"M-bak-Di-nar" lirihnya, nyaris tak terdengar.Aku mendekatkan wajah pada Bu Ustadzah yang menatap dengan sayu."Ibu Ustazah yang sabar dan kuat ya," ucapku seraya tersenyum kepadanya, berusaha memberikan motivasi agar beliau kuat melewati musibah yang di alaminya."Ma-af-kan-sa-ya." Bu Ustazah kembali berucap seraya menggerakkan jemarinya, seolah ingin menjabat tanganku.Aku meraih jemarinya dan mengusapnya dengan lembut."Tidak ada yang perlu dimaafkan Bu Ustazah, karena tidak ada yang salah. Sekarang yang terpenting Bu Ustazah sehat seperti sedia kala!" timpalku.Bu Ustazah menatapku lekat dan tiba-tiba keluar cairan bening dari kedua sudut matanya. Sementara itu, bibirnya seolah menyunggingkan senyum kearahku lalu kemudian kedua mata beliau terpejam. Aku mendekatkan wajah dan memanggil namanya, tetapi tidak ada respon sama sekali. Aku kembali memanggil di telinga kirinya, tetapi sama saja tidak ada sahutan dari bibirnya."Suster, Ibu Ustazah kenapa? Beliau diam saja, tidak menjaw
"Mbak Dinar, itu si Dani memangnya enggak di undang ke acara ulang tahunnya Kevin?" tanya Mbak Wiwit tetanggaku.Ditangan kanannya terlihat sebuah kado berukuran cukup besar. Sementara tangan kirinya menuntun Raka, anak laki-lakinya yang memakai kemeja serta celana jeans panjang.Baru saja aku akan menjawab pertanyaan Mbak Wiwit, Mbak Tina yang berada di belakangnya mendahului."Enggak di undang atau memang enggak punya duit buat beli kadonya?" cibir Mbak Tina."Iya bener. Jangankan beli kado, buat makan aja susah hahaha," sambung Mbak Beti yang berada di sebelah Mbak Tina menertawakanku.Mereka bertiga begitu kompak kalau urusan menjulidi orang lain. Aku yang tadinya akan menjawab, jadi berubah fikiran. Aku melayangkan sebuah senyuman kepada mereka bertiga. Biar mereka puas sekalian. Pantas saja mereka bertiga mendapat julukan Trio Barokah di kampungku, karena hidupnya hanya mengurusi hidup orang lain. Aku merasa tidak ada gunanya meladeni mereka, karena hanya akan menguras emosi dan
"Ibu tahu Dani anak yang hebat. Dani harus sabar menghadapi teman Dani yang seperti itu. Jangan pernah ditanggapi ya sayang, ingat kalau roda kehidupan itu berputar. Sekarang kita sedang berada di bawah, mungkin suatu hari nanti kita akan berada di atas. Jadi, jangan pernah berhenti untuk berdoa dan bersabar ya, sayang!" ujarku seraya mengecup kening anak laki-lakiku.Dani akhirnya tersenyum dan berhenti menangis. Hatiku merasa lega, melihatnya kembali ceria.Aku mengulurkan tangan kepada Dani untuk membantunya berdiri. Namun terdengar suara ketukan dari pintu rumahku."Assalamualaikum," terdengar orang yang mengucap salam.Aku segera menghampiri suara salam itu berasal. Sepertinya itu bukan suara Mas Dito, karena suaranya dari seorang perempuan.Aku segera membuka pintu, dan terkejut melihat sosok yang ada di hadapanku."Mbak Dinar, ini ada bingkisan dari ulang tahunnya Kevin. Saya memaklumi Mbak Dinar tidak datang ke acara ulang tahunnya Kevin, pasti karena kerepotan dengan Adiknya
Mas Dito menghentikkan suapan terakhirnya. Sepertinya dia baru menyadari kalau nasi goreng yang terhidang hanya untuk 3 orang saja. Mas Dito pasti tahu kalau Aku sedang berbohong. Terlihat raut penyesalan diwajahnya."Ayo lekas habisin sarapannya Dani. Habis itu, bantu Ibu untuk menjaga Dita ya. Ibu mau mencuci pakaian dan beres-beres rumah!" berucap pada Dani, mengalihkan pembicaraan yang membahas Aku tidak ikut sarapan bersama mereka. "Baik, Bu!" sahut Dani patuh.Dani segera menghabiskan sarapannya dan membantu membawakan piring kotor ke dapur. Aku bersyukur memiliki anak laki-laki yang pengertian seperti Dani. Di usianya yang mendekati enam tahun, dia jarang mengeluh dengan kondisi kami yang serba kekurangan. Dia selalu makan dengan lahap setiap masakanku. Dia juga anak yang rajin membantuku. Aku menuju kamar mandi untuk merendam pakaian terlebih dahulu sebelum mencucinya menggunakan tangan. Saat berada di pintu kamar mandi, Mas Dito meraih pergelangan tangan dan menatap wajahk
"Wah, malah merepotkan Mbak Ismi. Perkenalkan nama saya Dinar, Ibunya Dani dan Dita" ucapku seraya mengulurkan tangan. Mbak Ismi menyambutnya. "Tidak repot kok, Mbak Dinar. Semua tetangga terdekat di lingkungan sini memang mendapatkan hantaran makanan yang sama. Nanti kalau butuh apapun, jangan sungkan datang kerumah saya ya, Mbak Dinar." timpal Mbak Ismi ramah."Semoga Mbak Ismi betah tinggal di kontrakan Babeh Sabeni, ya" ujarku tersenyum simpul."Amiin. Ya sudah, saya pamit dulu ya Mbak Dinar. Salam untuk keluarga semuanya!" Mbak Ismi berpamitan dan meninggalkan rumahku.Lagi-lagi Aku harus bersyukur dengan rezeqi tak terduga yang Tuhan berikan hari ini melalui wanita cantik bernama Ismi itu.Aku membawa dua kotak makanan besar itu ke dapur dan segera membukanya. Mataku berbinar ketika melihat isi dalam kotak makanan itu. Ada nasi, rendang daging, sambal goreng kentang plus ati ampela, bihun, kerupuk udang, buah serta minuman air mineral dalam gelas. Aku membuka kotak makanan yang
Aku menarik nafas dan membuangnya perlahan. Suamiku sudah berikhtiar dengan cara yang halal mencari rezeqi untuk keluarganya. Berapapun hasilnya, mungkin itulah rezeqi yang Allah titipkan kepada kami."Alhamdulillah...tidak apa-apa, Mas. Masih bisa untuk beli beras satu liter. Semoga besok Allah memberikan rezeqi lebih untuk kita" ucapku membesarkan hati Mas Dito."Maafkan Mas ya, Dinar" lagi-lagi Mas Dito meminta maaf seraya menggenggam tanganku erat."Tidak usah minta maaf, Mas Dito enggak salah kok. Sekarang Mas bersih-bersih, setelah itu baru makan," ujarku seraya mengelus pundak Mas Dito dengan lembut."Memang Kamu sudah masak? dapat uang darimana?" tanya Mas Dito heran."Aku belum masak, Mas. Tadi ada rezeqi nasi kotak dari tetangga baru kita, namanya Mbak Ismi" sahutku."Alhamdulillah. Itu artinya kamu sudah makan, Din?" tanya Mas Dito dengan mata berbinar."Iya, sudah Mas. Ayo buruan bersih-bersih, tubuh Mas Dito bau kecut tuh" ucapku meledek Mas Dito dan tergelak."Biarpun ba
"Apa syaratnya?" tanyaku ragu."Aku mau minta bantuanmu. Tolong pinjamkan data identitasmu buat ajukan pinjaman online, ya?" ucap Ismi dengan wajah memelas.Aku sedikit terkejut mendengar permintaan Ismi. Dia sendiri yang menawarkan akan memberikan skin care secara cuma-cuma, tetapi kenapa harus bersyarat? Lalu syaratnya pun cukup berat menurutku. "Kalau ada syaratnya, aku gak mau. Enggak dikasih skin care cuma-cuma juga gak apa-apa!" tolakku tegas."Sebenarnya ini bukan masalah skin care gratis, tetapi aku memang benar-benar butuh bantuanmu, Din!" ucap Ismi dengan wajah sedih.Kenapa Ismi meminta bantuan padaku untuk mengajukan pinjaman online? setahuku dia orang yang berkecukupan materi, karena suaminya bekerja di pertambangan yang gajinya pasti besar."Enggak salah kamu Ismi, mau minta tolong sama aku? buat apa kamu ajukan pinjaman online? suamimu kan kerja di pertambangan?" tanyaku tanpa berbasa-basi."Itu dia masalahnya, suamiku memberi kabar kalau agak telat mengirim transferan
"Alhamdulillah...pengajuannya diacc, kamu memang pembawa keberuntungan, Din!" puji Ismi padaku.Sementara aku masih tidak percaya, pengajuan pinjaman online yang diproses setengah jam yang lalu sudah bisa menghasilkan uang. "Ting" terdengar notif pesan dari ponselku.Aku segera membukanya, ternyata notif pemberitahuan dari sms banking. Ada transferan masuk sebesar satu juta rupiah.Setelah membaca notif yang baru diterima, barulah aku percaya. Ternyata semudah itu mendapatkan pinjaman. Namun entah kenapa bukannya senang, tetapi malah sebaliknya. Mungkin karena pengajuan pinjol menggunakan namaku, bukan nama Ismi."Ismi, kenapa enggak mengajukan pinjaman pakai nama kamu sendiri aja, sih? Malah pakai nama orang lain. Aku takut sekali, karena baru pertama kali berurusan dengan hutang!" cetusku pada Ismi serius."Aku sudah mengajukan pinjaman online sendiri, tetapi uang yang dibutuhkan masih kurang. Tidak mungkin Aku mengajukan dua kali pinjaman pada aplikasi yang sama, makanya minta ban