“Harus berapa lama lagi aku memainkan drama ini Ndi? Kamu nggak tahu kan kalau setiap harinya aku bikin Ayra nangis? Kamu nggak tahu kan kalau tiap harinya aku menatap mata Ayra yang penuh kecewa? Aku nggak tahan lagi!” ucapku pada Sandi yang saat ini sedang duduk di depan jendela, menatap kosong ke arah keramaian di luar sana. “Lalu apakah kamu sudah bisa membuktikan semuanya Ka? Kamu yang memutuskan semua ini kan? Kamu beralasan kalau kamu takut media menyebarkan berita yang akan membuat keluarga Ayra tahu dan akan membuat rumah tanggamu menjadi hancur?” Sandi menyudutkanku dengan pertanyaannya, aku tak tahu harus berkata apa lagi, aku hanya mengusap kasar wajahku berkali-kali karena sangat kesal dengan apa yang terjadi saat ini. “Lalu apa yang harus ku lakukan saat ini Ndi?” tanyaku lagi pada Sandi yang masih belum mengalihkan pandangannya. “Kamu hanya perlu meyakinkan Keisha bahwa kamu memang benar-benar mencintainya sehingga dengan mudah kamu akan membuatnya mengakui segalanya
Di sebuah ruangan yang gelap terlihat seorang lelaki yang tubuhnya semakin mengurus, dia adalah Dani yang masih terus-terusan dikurung dan disiksa oleh Sandi dan anak buahnya. “Katakan sekarang juga, akuilah bahwa anak dalam kandungan Keisha itu adalah anakmu,” ucap Sandi, ia hampir putus asa mengorek informasi dari lelaki yang tetap pada pendiriannya untuk melindungi Keisha yang dicintainya.“Walaupun aku harus mati di sini aku tak akan pernah mengatakan apapun,” jawab Dani, ia hanya semakin meremehkan Sandi. “Oke kalau itu maumu, maka aku akan segera memberitahu segalanya pada Ibumu,” ancam Sandi. Setelah sekian lamanya akhirnya ia menemukan informasi tentang lelaki yang berada di depannya saat ini, Dani memang lelaki yang mampu menyembunyikan identitasnya dengan sangat baik sehingga Sandi dan anak buahnya memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa mengetahui latar belakangnya.“Apa kita harus video call sekarang juga? Bukankah Ibumu menderita penyakit jantung? Bagaimana jika ia
“Assalamualaikum,” ucap seorang wanita sambil mengetuk pintu rumah Ayra.“Waalaikumussalam,” sahut Ayra sembari berjalan melangkahkan kaki untuk membukakan pintu. “Ibu,” ucap Ayra senang, ia mencium tangan Ajeng dan memeluknya. “Apa kabar sayang?” tanya Ajeng dengan lembut, hubungan mereka memang sudah sangat membaik. Ajeng dan Lastri tinggal di rumah Ayu atas permintaan putrinya itu. “Alhamdulillah baik Bu, Ibu sama siapa? sendirian?” tanya Ayra, ia menggandeng tangan Ajeng memasuki rumah. “Tadi diantar Sandi, tapi dia langsung berangkat katanya ada urusan penting,” jawab Ajeng sembari memberikan toples berisi masakannya. “Makasih Tan,” ucap Keisha, ia merebut bingkisan di tangan Ajeng dan berlalu menuju dapur. “Dasar tak sopan!” hardik Ajeng, namun Keisha memilih untuk mengabaikan dan mulai membuka toples-toples yang di bawakan oleh mertuanya itu. Hoek.. Hoek.. Keisha merasa mual setelah melihat opor ayam olahan Ajeng, ia bahkan melemparkan toples itu hingga semua makanan be
“Mas, aku mau buah anggur yang hijau,” rengek Keisha pada Azka yang baru saja pulang kerja, hal itu membuat Ayra merasa sangat jengah. “Nggak usah diladenin lah Mas, kamu mandi dulu terus makan dan istirahat ya,” ucap Ayra pada suaminya yang terlihat sangat lelah. “Aku maunya sekarang Mas, anak kita maunya sekarang!” ucap Keisha dengan nada yang meninggi. Sudah tiga bulan semenjak pernikahan itu berlangsung, awalnya Keisha dan Ayra tinggal terpisah hanya saja karena Ayra yang menghabiskan waktu lebih lama bersama Azka dibandingkan dengan Keisha akhirnya wanita licik itu membujuk Azka agar ia bisa tinggal serumah bersama mereka. Keisha beralasan bahwa dia takut jika terjadi sesuatu yang buruk dengan kandungannya jika ia sering sendirian di rumah. Setelah perdebatan yang sangat panjang akhirnya Ayra pun menurutinya. “Ra, buburku tolong bawain ke kamar ya. Perutku agak keram,” ucap Keisha dengan sedikit memerintah pada Ayra. “Kamu punya kaki kan? Lagian bukannya yang sakit perutmu?
Seorang petugas kebersihan sedang memasuki ruangan VIP di mana Lastri sedang dirawat. Ia mulai membersihkan ruangan dengan tenang berpura-pura tak mengetahui bahwa pasien yang saat ini terbaring lemah di atas ranjang sebenarnya sudah sadar dan memperhatikannya. Ia mulai membersihkan ruangan Lastri dengan perlahan sembari mencari kertas yang dimaksud oleh Dani. Lastri yang merasa curiga dengan gerak-gerik wanita yang kini semakin mendekati tubuhnya berusaha untuk bersikap tenang. Dan benar saja, wanita itu mulai meraba bagian tubuh Lastri untuk mencari barang yang menjadi tujuannya. Saat tangan wanita itu merogoh saku Lastri ia tersentak saat tangannya ditahan dengan kuat.“Anda mencari apa Mbak?” tanya Lastri tajam. Wanita itu tak terlihat takut ia malah semakin mengencangkan tarikannya pada baju Lastri untuk mengambil kertas yang memang dirasakannya berada di dalam kantong baju milik targetnya itu. Lastri berusaha kuat untuk menahan tubuhnya, ia tak ingin menimbulkan keributan
BRAK Keisha membanting kuat pintu ruangan Azka, ia sangat marah, hatinya terasa sangat panas mengingat apa yang dikatakan Ayra padanya. “Kamu apa-apaan sih Kei?” tanya Azka kesal. “Kamu yang apa-apaan? Kenapa kamu ngomong ke Ayra kalau kamu nggak mau nikahin aku? Maksud kamu apa HAH? Kamu mau lari dari tanggung jawab? Jangan pengecut kamu Mas! kamu jangan seenaknya menanam benih di rahimku lalu dengan gampangnya kamu ingin meninggalkannya?” tanya Keisha dengan sangat nyaring, bahkan suaranya terdengar hingga ke meja kerja Ranti. Ranti bergegas menghampiri ruangan Azka lalu menutup pintu itu dengan cepat. ‘Ya Tuhan, apa yang dikatakan oleh Keisha itu benar? Jika iya bagaimana nasib Bu Ayra?’ batin Ranti, ia sangat cemas terhadap istri bosnya yang menurutnya sangat baik hati. “Aku memang tak berniat menikahimu karena aku masih bingung Kei, aku masih merasa bahwa ini nggak mungkin,” jawab Azka risau.“Nggak mungkin dari mana? Kamu mabuk dan kamu nggak sadar melakukan itu berkali-kal