Rafi segera menghampiri kedua saudaranya yang sudah lebih dulu mengambil posisi, menghadap bendera.
"Hehe sorry. Tadi habis nge rayu tuh guru gendut tapi gak berhasil,"Kata Rafi dengan mimik muka yg di buat sesedih mungkin tapi tak di pedulikan oleh mereka berdua.
Untung saja, pelajaran sedang berlangsung. Jadi rafi tak perlu malu di lihat murid murid, di hukum karena telat.
Mereka bertiga menjalankan hukumannya dengan Rafi yg tak berhenti bicara, membuat mereka yang menjadi pendengar ingin sekali
Membungkam mulutnya dengan plaster saking kesal nya."Woi kok kalian berdua diam aja sih," kata Rafi mulai protes karena ocehan nya sedari tadi tak ditanggapi.
Rayhan dan rafa masih tetap sama. Tak menanggapi rafi.
"Tau ah gue kesel sama kalian,"kata Rafi pura pura ngambek.
"Cih elah gitu aja ngambek lu," cibir Rafa.
"Biarin," balas rafi masih mode ngambek.
"Eh Ray kok wajah Lo Pucat sih" tanya Rafi saat tak sengaja ia melihat wajah sepupunya yang pucat. Mendadak, acara gambek nya ia tunda dulu, untuk lain kali.
"Gue gak papa," jawab Rayhan masih setia hormat pada bendera.
"Anjir. kok Gue bisa lupa sih, Lo kan gak sarapan tadi," pekik Rafi mulai panik
"Gue gak papa kak," kata rafa.
"Mending sekarang kita ke kantin," ajak Rafi, ia tahu meskipun rayhan mengapa tidak baik baik saja. Namun anak itu sedang tak baik baik saja.
"Kita lagi dihukum loh," kata Rafa memperingati, meskipun sebenar nya ia juga sama khawatir nya dengan rafi.
"Emang Lo gak kasihan sama Ray. gimana kalo seandainya dia pingsan terus siapa yang bakal gendong dia, gue gak mau yah," kata rafi yang maksud nya tak ingin di repotkan.
Namun itu hanya lah perkataan saja, asli nya ia akan berbuat apa pun demi rayhan, sepupu nya yang begitu ia sayang.
"Gue beneran gak papa,"ucap rayhan tak ingin membuat mereka khawatir.
"Gak percaya gue sama loh Ray, yuk buruan ke kantin."
"Jangan jangan elu kali yang pengen ke kantin,"tebak rafa.
"Yaps benar sekali brother," kata rafi sembari tersenyum.
"Tapi kak gue takut dimarahi sama Bu Julia," kata Rayhan.
"Udah Lo tenang aja, gue yang bakal tanggung semuanya. Si guru gendut itu gak bakalan marahin Lo,"kata Rafi sok berani.
"Emang Lo gak takut sama Bu Julia?" Tanya Rafa.
"Yahh takut sih. Cuman kan demi adek kesayangan gue apa pun bakal gue lakuin termasuk ngelawan Bu Julia,"ucap rafi dengan begitu yakin.
"Gak usah ngelawan juga kali, gak sopan Lo."kata Rafa.
"Iya deh maaf,"lata rafi akhirnya.
"Thanks kak," kata Rayhan tersenyum. Bahagia dia, mendengar rafi berkata demikian.
"Sama sama adek gue yang tersayang,"kata Rafi sok manis.
"Jijik gue dengarnya," kata rafa dengan eskpresi wajah jijik.
"Bilang aja Lo iri, soalnya rayhan lebih sayang sama gue kan," kata rafi pada rafa.
"Siapa juga yg iri," elak Rafa dan ninggalin mereka berdua.
Melihat Rafa yang pergi, Rafi segera menyusulnya tak lupa menarik Rayhan.
Akhirnya, mereka memutuskan ke kantin, mengabaikan hukuman dari bu Julia.
Skip pulang sekolah...
"Eh tadi ada pr gak sih?" Tanya Rafi pada Rafa.
Mereka sudah berada di rumah, sudah berganti pakaian, sudah makan dan sudah lain sebagainya. Rafi sekarang lagi ada di kamar rafa, tumben sekali, rafa membiarkan rafi masuk.
"Ada," jawab rafa singkat dan jelas.
"Seriusan Lo, Gue liat yah punya Lo"kata rafi kaget.
"Emangnya Lo siapa, kerjain sendiri sana,"kata rafa tak ingin memberikan tugas nya.
"Pelit amat Lo sama kembaran sendiri,"kata rafi kesal.
"Keluar Lo dari kamar gue"balas rafa menatap tajam rafi.
"Lo ngusir gue?"tanya rafi tak percaya.
"Iyalah. Kurang jelas. Ini kan kamar gue dan gak Nerima orang yang gak punya akhlak kek elu."
"Anjing lu fa,"umpat Rafi.
"Buruan keluar, gue mau tidur."
"Gue doain Lo gak bangun sekalian," kata Rafi dan membanting keras pintu kamar Rafa.
Rafi pergi ke ruang tamu dan melihat Rayhan yang tengah menonton kartun Upin Ipin kesukaan nya.
"Wihh bocah, masih nonton kek ginian," kata Rafi dan langsung duduk disamping Rayhan yang tampak tak peduli dengan kehadiran Rafi.
"Eh Ray gue minta pr Lo dong," kata Rafi mencoba membujuk rayhan, kali aja rayhan mau berbagi padanya.
"Pr? Pr apaan?" tanya rayhan bingung. emang iya ada pr tadi, perasaan enggak deh.
"Pr tadi, kata si Rafa ada," kata rafi memberitahu.
"Yaudah mending Lo liat aja punya kak Rafa,"balas rayhan tak ingin ambil pusing.
"Pelit tuh anak, makanya gue minta sama Lo. Please," mohon rafi.
"Coba Lo cek di tas gue ada apa nggak."
"Ok," kata Rafi dan berlari ke kamar Rayhan
Tak lama Rafi kembali dengan wajah masam.
"Kenapa Lo?" Tanya Rayhan pada Rafi yang wajahnya di tekuk.
"Gak ada pr nya,"jawab lesuh rafi.
"Berarti lu dibohongi sama kak Rafa," tak mengalihkan matanya dari layar televisi padahal saat ini, sedang iklan.
"Sialan tuh si Rafa berani beraninya dia membohongi gue njir"kata rafi dengan marah.
"Raf, jangan bicara kasar," tegur Megan dan bergabung bersama mereka.
"Iya mah maaf, gak sengaja tadi," kata Rafi.
"Kak Rafi sengaja tuh Tan," kompor rayhan, padangan nya masih tetap pada layar tv.
"Gak ma, si Ray bohong. Masa mama lebih percaya sama si Rayhan dari pada anak mama yg paling tampan ini."
"Rafi bisa gak sih sehari aja kamu gak buat ulah,"ucap megan.
"Rafi gak buat ulah tuh hari ini, malahan si Rafa mah. Masa ia tega bohongin Rafi kalo tadi ada pr tapi ternyata gak ada ma,"adu nya pada megan.
"Itu sih karena lu doang yg gampang di kibulin kak."
"Tuh mah, masa Ray bilang gitu,"adunya lagi pada megan.
"Benar kan Tante," tanya Rayhan dan mendapat anggukan dari Megan.
"Sialan Lo cil. Awas aja ntar" gumam Rafi.
"Mending kalian berdua belajar aja deh, dikamar, di mana kek. Pusing mama dengar kalian ribut."
"Rayhan ke kamar dulu yah mau belajar," kata Rayhan sopan.
"Eh gue ikut cil," kata rafa mengikuti rayhan ke kamar.
"Gak, kamar gue gak Nerima tamu gak punya otak kayak Lo."
"Tega amat Lo sama kakak sendiri."
"Gak peduli," kata rayhan langsung masuk ke kamar tak lupa mengunci pintu agar rafi tak bisa masuk dan mengganggu dia yang ingin belajar.
"Maaf tapi..... "BUGGG.....Tangan Sagara melayang begitu saja mengenai rahang kiri milik dokter Erlangga." Jangan bilang maaf!! bilang adek saya baik baik aja!!! "Teriak Sagara murka.Dokter itu menunduk mengabaikan rasa sakit yang menjalar di pipi kirinya. "Maafkan kami tapi pasien dengan nama Rayhan Kavendra Clarence dinyatakan meninggal dunia pada pukul 11.07."Liquid bening yang sejak tadi di tahan oleh Daniel luruh seketika mendengar nya. Adiknya, adiknya tak mungkin benar benar meninggalkan nya kan? adiknya tadi berkata merindukan nya tapi kenapa? kenapa mereka harus bertemu saat sang adik sudah tak bernyawa lagi?Tidak!! pasti dokter keparat itu berbohong, adiknya itu kuat adiknya tak mungkin secepat ini meninggalkan nya kan?"JANGAN SAMPAI GUE BAKAR RUMAH SAKIT INI SIALAN!! BILANG KE GUE RAYHAN BAIK BAIK AJA!!
Rayhan membuka mata nya perlahan saat dirasa merasakan sesuatu yang menimpa perutnya hingga menimbulkan nyeri. Ia menoleh dan langsung tersenyum begitu melihat kakaknya yang tertidur sembari memeluknya. Mungkin kakaknya terbangun dan pergi ke kamarnya.Padahal ia sendiri lupa ia kembali ke kamar nya jam berapa."Makasih ya kak masih mau di samping bocah nyebelin ini, maaf sering bikin kesel" Tangan Rayhan mengusap pipi kakaknya begitu lembut.Ia tersenyum sendu ingin menangis namun air matanya bahkan sudah tak mau keluar sama sekali. Rasanya terlalu menyesakkan untuk saat ini."Bangun kak nanti keburu ikan nya yang di goreng idup lagi" Rayhan menepuk nepuk pipi dafka yang tampak terganggu."Kak ihh ayok" Rayhan mendengus kesal ia duduk lalu dengan sekuat tenaga langsung menarik kasar tangan Dafka."Bangunnn!!! "Dafka terbangun paksa saat m
Dafka berlari secepat mungkin menuju area kolam renang saat salah satu maid memberi tau nya jika kedua adiknya ada disana. Sumpah demi apapun perasaan nya sudah tak enak. Apalagi mengingat kondisi emosi Rafka yang sedang buruk. Dan pasti Rayhan lah yang akan jadi tempat pelampiasan nya."RAYHAN!! "Mata nya membola melihat Rayhan berada di kolam renang dengan kondisi yang sudah mengenaskan.Wajahnya pucat dan seragamnya basah kuyup. Dengan segera ia menghampiri Rayhan."Adekkk!!?? " Panik Dafka.Dengan tergesa Dafka mencoba menarik tubuh lemah Rayhan agar naik ke atas. Cukup sulit mengingat ia tak pernah menggendong Rayhan selama ini."Di... ngin... hahh... " Rayhan merasa dada nya menyempit.Nafasnya bahkan nyaris habis. Namun jantung seakan tak mau di ajak kerja sama. Ingin menarik nafas saja rasanya begitu menyakitkan. Sesak.
Rayhan berjalan mengendap endap menuju lantai bawah ia berjalan lewat tangga tentu saja. Takut kakak kakaknya terbangun jika ia turun dengan lift. Bersyukur lah ia memasang alarm dan bisa bangun sebelum yang lainnya bangun. Ia berjalan turun menuju dapur utama. Dapat ia lihat banyak maid yang sudah mulai bekerja."Untung kakak buncit belum bangun"Gumamnya pelan.Ia bersenandung ringan sambil tersenyum ke beberapa maid dan penjaga yang menyapa nya." Tuan kecil ada apa ke dapur?? apa anda ingin sesuatu?? "Tanya salah seorang maid yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga Kavendra.Rayhan menggumam pelan. " Eung Rayhan mau masak buat gege Kak"Jawab nya singkat.Memang alasan Rayhan ingin bangun pagi karena ia ingin membuatkan gege nya bekal. Walaupun ia tak pernah di ijinkan oleh gege nya memasuki area dapur karena takut ia ceroboh dan terluka.
Daniel mengusap lembut punggung tangan Rayhan yang masih belum sadar sejak 1 jam lalu. Sudah berulang kali ia memanggil nama Rayhan. Namun nihil adiknya ini seakan begitu menikmati tidur lelap nya. Atau mungkin adik nya terlalu kelelahan. Pipi gembul yang biasanya berwarna putih juga tampak memucat."Prince bangun yuk, " Daniel mengecup punggung tangan adiknya sekali lagi berharap afeksi nya berhasil membuat Rayhan bangun.Adiknya sudah diperiksa tadi dan kata dokter yang berjaga adiknya mengalami dehidrasi dan mengalami tekanan sehingga kondisi nya menurun di tambah imun adiknya yang memang rendah untuk anak seusianya. Tak ada yang perlu di khawatir kan cukup menjaga pola makan dan perbanyak istirahat. Rayhan juga tak boleh mendapatkan tekanan dulu karena itu tak baik bagi kondisi nya."Kalo prince bangun nanti kakak ajak prince jalan jalan ya kita kulineran kemanapun prince
Rayhan termenung memperhatikan jalanan yang ramai dari balik kaca mobil milik kakaknya. Pikirkan nya melayang ke sikap gege nya tadi. Ia bahkan tak pernah menyangka jika pada akhir gege nya serius akan mengabaikan nya. Padahal biasanya gege nya itu selalu cerewet mengingatkan semua keperluan nya saat akan sekolah."Awas ketempelan Cil" Celetuk Dafka."Kan aku temenan sama setan nya kak jadi nggak mungkin mau nempelin aku setan nya" Balas Rayhan sedikit malas.Dafka menghembuskan nafasnya kasar. Ia tak bodoh untuk tau jika adiknya sedang memikirkan sikap Rafka tadi. Namun jika mengingat kembali ucapan Rafka semalam semuanya memang nyata. Padahal tak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya jika Rafka akan begitu berubah."Jangan di pikirin Ray, nanti lo sakit. Rafka cuma lagi kesel aja makanya kayak jadi nanti juga baik lagi kok" Dafka menatap lurus kedepan sesekali a
Dafka berjalan cepat menuju kamar milik Rafka ia sangat yakin adiknya berada di sana. Entahlah perasaan nya juga tak enak ia takut Rafka macam macam pada Rayhan. Sejak semalam ia bahkan di kunci abang nya di kamarnya dan berakhir ia yang hanya bisa berdoa agar adiknya baik baik saja.Cklek...Dafka berusaha membuka pintu Rafka namun gagal. Sudah beberapa kali ia mencoba nya namun hasilnya sama saja. Sepertinya Rafka mengunci nya."Sial mana di kunci lagi" Gumam nya kesal.Terdengar suara langkah kaki di belakangnya dan tanpa menoleh pun ia sangat tau siapa yang menyusul nya saat ini."Cari ini kak?? "Kata nya sinis.Memamerkan sebuah kunci di tangannya.Dafka menoleh dan benar saja itu adalah Rafka. " Balikin kuncinya Raf, gue mau liat adek "Geram nya.Rafka terkekeh pelan ia kembali memasukan kunci itu ke
"Sudah selesai drama nya Rayhan Kavendra Clarence?? " Desis suara itu terdengar begitu tajam.Rayhan sontak menoleh dan netra nya beradu tepat dengan tatapan yang sangat dingin milik Rafka. Di sana tepat di hadapan nya Rafka berdiri dengan raut wajah yang bahkan belum pernah sekalipun ia lihat sebelumnya."Ge_gege..." Suaranya tercekat tak mampu keluar sedikitpun.Plok... plok.... plok...Suara tepuk tangan dari Rafka sambil menyunggingkan senyum miring miliknya. Rahang nya mengeras dengan sorot mata yang begitu mengerikan. Aura yang mansion bahkan begitu gelap."Bagus sekali permainkan mu Rayhan" Rafka berjalan menghampiri adiknya yang masih terpaku di tempatnya.Dafka sendiri tak kalah terkejut ia bahkan tak mampu untuk sekedar mengeluarkan pembelaan apapun. Terlebih melihat adanya abang nya yang hanya menatap mereka dengan tangan
Rafka menatap adiknya yang sibuk memakan makan siangnya dengan tenang. Tangan nya sesekali mengusap sudut bibir Rayhan yang kotor oleh makanan nya. Bahkan ia tampak tak peduli dengan makan siang nya sendiri. Kini semua atensi nya terfokus pada kesayangan nya itu."Kamu nggak makan Zheyeng??" Tanya Satya yang ikut duduk bersama kedua kakak beradik itu. Mulut nya masih sibuk mengunyah nasi goreng nya."Bisa nggak sih lo jadi manusia sehari aja Sat jijik gue" Balas Rafka datar.Netra tajam nya masih menatap penuh sayang ke arah pipi bulat adiknya yang tampak menggembung karena makanan nya. Terlalu malas menghadapi sahabat nya yang gila itu.Efek baru saja putus karena di selingkuhi mungkin. Ingin rasanya ia memasukan teman nya itu ke rumah sakit jiwa tapi kasian juga dokter yang merawat nya."Ge~adek mau es susu coklat" Pinta Rayhan setelah menelan makanan nya yang