Share

Bab 6. Jemput Karin

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2024-12-23 16:34:58

"Aku akan menjemputmu, Karin. Jangan kemana-mana. Jangan sedih lagi dong, Kamu 'kan masih punya aku." Jelas itu suara suaminya.

'Mas Krisna kapan pulang?' batin Rania dia bersembunyi di balik tembok.

'Ternyata, tebakkanku benar. Saat aku fokus memulihkan kondisi, Mas Krisna baik padaku karena tidak mau aku mengancam cerai lagi. Tapi di luar, dia masih seperti biasa dengan Karin,' batin Rania.

"Jangan nangis, aku pasti datang kok? Masih sakit nggak? Nanti akan kuantar ke dokter. Pokoknya selama ada aku, kamu jangan takut. Aku pasti akan datang kalau kamu hubungi."

Rania mengernyit dan tersenyum getir, dia menunggu apa lagi yang akan dikatakan suaminya.

'Mas Krisna pasti lagi teleponan dengan Karin,' batin wanita itu. Hatinya mendesir nyeri.

Sambungan telepon dimatikan tanpa ada kata lagi dari suaminya.

Rania lantas mendekat.

"Mas, tadi memanggilku?" Rania tersenyum kaku. Kemarin, dia ingin mencoba bertahan demi ayah mertua. Dia mencoba berdamai dan mau memulai berkomunikasi lagi dengan suaminya. Meski masih minta waktu untuk kembali tidur di kamar yang sama.

Wajah Krisna sebentar gugup, lalu tersenyum. "Oh, iya. Aku mencarimu tadi. Kamu dari mana saja?" Pria itu senang wajah istrinya tidak marah dan sudah kembali seperti biasa.

Rania tersenyum tipis. Suaminya berbohong, tapi masih berusaha tenang. Mencari apanya?

 

"Tadi kamu telepon sama siapa? Siapa yang sakit? Siapa yang lagi nangis? Mas mau antar orang itu? Dia Kiran, kan? Dia masih ganggu suami orang lagi?" cecar wanita itu.

Terdiam. Alis Krisna berkerut hingga hampir terpaut. Dia terjebak pertanyaan istrinya. Dia menarik nafas dalam-dalam. Baru beberapa hari dia menekan emosi agar tidak berdebat, kini Rania membuatnya kesal lagi. Rania menyinggung Kiran, dan Krisna tidak terima.

"Sejak kapan kamu datang, Ran? Lain kali jangan menguping. Karena aku Tidak macam-macam. Tadi itu-"

Rania menunjukkan foto-foto di ponselnya. Wanita itu tak kehabisan akal untuk tahu Kiran dan suaminya masih lengket mesra atau profesional kerja.

"Mas mau ketemu sama wanita ini, kan? Mau seperti ini lagi, kan? Mau jemput lalu nganterin dia lagi? Emang dia sakit apa sampai terus saja telepon suami orang?" Sekian hari malas bicara, kini dia ingin meluapkan gemuruh dadanya.

Pria itu terdiam sesaat mencerna cecaran istrinya. Emosinya semakin naik.

"Ran, dia itu te-man-ku! Teman lama sangat akrab. Kebetulan dia ada di kota ini beberapa bulan yang lalu. Kamu puas? Jadi jangan mikir macam-macam!" Rania menatap guratan wajah kaku, seperti menyembunyikan sesuatu pada suaminya.

Beberapa bulan lalu? Rania jadi ingat kalau suaminya sering pulang telat berdalih lembur. Beberapa kali dia mampir ke tempat kerja suami katanya sedang keluar. Padahal masih jam kerja. Hanya saja, yang dimaksud beberapa bulan yang lalu, seingatnya sudah lebih dari 6 bulan. Jadi?

"Teman? Wanita dan pria dewasa tidak ada yang namanya teman, Mas. Apalagi prianya sudah nikah. Sudah beda cara bergaul pria yang sudah nikah. MESKI DENGAN TEMAN AKRAB! Dan mana ada wanita dewasa mau diajak berdua aja sama suami orang tanpa ada aneh-aneh. Mas Krisna saja belum pernah menemaniku belanja, tapi malah mau menemani wanita itu. Aku sakit diragukan, dia pusing sedikit saja Mas bawa ke dokter."

"Kamu nggak percaya sama suami sendiri? Pernikahan kita sudah hampir dua tahun. Apa kamu pernah lihat aku main sama wanita selama ini?"

"Kalau aku percaya, memangnya Mas Krisna bisa dipercaya? Kalau Mas mau ketemu sama wanita itu sekarang ya udah silahkan. Tapi aku diajak sekalian. Bagaimana?" Tatapan Rania menajam.

"Kamu sungguh-" Krisna mengepal kuat tangannya di bawah.

"Aku sudah menuruti apa kata Mas Krisna untuk bertahan dan coba percaya. Setidaknya aku bertahan karena ayah. Tapi, kalau seperti ini terus, apa aku kuat, Mas?"

"Nggak usah banyak curiga dan menyudutkanku, Ran. Kamu sama sekali tidak tahu tentang hubunganku dengan Karin. Sudahlah, Rania, jangan terlalu cemburu buta. Lagi pula itu hanya foto dari seseorang, tanpa tau kebenarannya, lantas kamu jadi menuduhku yang bukan-bukan. Percaya itu sama suami, bukan percaya orang lain!"

"Wajar jika aku cemburu. Aku ini istrimu dan tadi Mas bilang kalau akan ada setiap dia butuh. Mas juga bilang kalau dia itu punya Mas  Krisna. Enak banget jadi dia. Bisa panggil suami orang seenaknya saja." Rania menaikkan intonasinya.

"Stop, Rania. Jangan bahas ini lagi. Aku nggak mau kita berantem gara-gara pikiranmu yang penuh curiga nggak jelas. Tenangkan dirimu."

"Aku? Curiga?" Bola mata Rania melebar sambil menunjuk wajahnya sendiri.

Krisna mengusap wajahnya dengan helaan berat. "Dia lagi sakit, Ran. Dia membutuhkanku. Keluarganya tidak ada di sini. Sekarang dia lagi kumat di luar."

Rania malah tertawa getir. "Kalau sakit ya suruh aja ke rumah sakit. Telepon dokter, bukan telepon suami orang."

"Pokoknya aku nggak mau debat sama kamu, Ran. Jangan mikir macam-macam. Aku akan jemput Karin dan kamu pergi ke acara Om Soni. Nanti aku akan menghubungimu. Bilang sama ayah kalau aku ada perlu. Jangan ngadu." Krisna berlalu melewati bahu istrinya tanpa menoleh lagi.

"Mas!" Air mata Rania yang tertahan sejak tadi luruh sambil menatap punggung suaminya hilang.

"Mas, apa kamu benar-benar akan mendatangi wanita itu? Hah, sulit dipercaya. Teman? Lucu sekali." Rania tertawa dengan derai air mata.

Bertambah nyeri saat mendengar deru mobil suaminya meninggalkan pelataran. Pria yang dicintainya benar-benar akan mendatangi Karin.

[Pak Joko, minta tolong seperti biasanya. Buntuti suamiku. Dia baru saja keluar. Sebentar lagi pasti lewat pertigaan Pak Joko mangkal. Kalau sampai di mana lapor ya, Pak.]

Untung saja, Rania kenal tukang ojek yang masih mangkal di dekat pertigaan perbatasan perumahan. 

Huh! Rania menghentak nafasnya kuat. Ya, dia harus datang ke acara keluarga suaminya. Ke acara yang sebenarnya sangat tidak disukainya. Jika saja bukan karena ayah mertua, dia ingin sekali menghindar. Kalau asalan sakit, Rania terlanjur mengatakan kalau sudah sembuh dan akan datang.

---------------

Rania telah sampai di acara keluarga suaminya. Dia masih menunggu kabar dari pak Joko. 

Notifikasi masuk.

[Bu Rania, Pak Krisna sedang masuk rumah makan bersama seorang wanita. Tadi saya ikuti, Pak Krisna menjemput wanita itu di pinggir jalan.]

Deg! 

[Pak Joko tetap awasi sampai saya datang ke sana.]

Rania gegas ingin pergi dari acara itu, meski baru saja tiba. Dia ingin membuat bukti lebih kalau hubungan suaminya dan Karin tak sekedar teman. Karena foto saja tak cukup.

"Mau ke mana, Kamu? Nggak usah pergi!" 

Seorang wanita mencegat Rania. Apa Rania bisa keluar?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 7. Menantu Buat Malu

    "Mau ke mana, Kamu? Nggak usah pergi! Di belakang saja?" Wanita paruh baya itu menekan bibirnya dengan tatapan intimidasi. Dia mencegat agar Rania tidak sampai keluar menemui tamu. Ya, dia Puspa, ibu mertua Rania.Rania diam sebentar, tidak mungkin dia mengatakan kamu mau pergi. Apalagi menyusul suaminya yang sedang bersama wanita lain."Aku mau menemui Ayah, Bu. Disuruh menemui beberapa orang. Katanya mau dikenalkan sebagai menantu." Rania tidak berbohong karena memang kenyataannya seperti itu.Puspa tertawa kecil remeh dengan wajah kecut. "Kamu? Mau dikenalkan? Untuk apa? Cuma buat malu Krisna dan kami saja.""Tapi aku kan istri sah Mas Krisna. Bukankah wajar jika aku dikenal oleh keluarga besar? Banyak yang belum tahu aku istrinya Mas Krisna." Puspa, ibu mertua Rania mendesah kesal. "Kamu ngerti nggak?! Yang hadir di acara ini adalah orang-orang kaya di daerah sini. Mending kamu tidak usah menyapa mereka. Kasihan Krisna kalau orang-orang kaya itu tahu istrinya seperti ini. Level

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 8. Teman tapi Mesra

    "Sungguh pas niat datang aku nggak tahu kalau kamu udah nikah, Kris. Aku datang ke kota ini karena ngerasa nggak punya selain kamu. Keluargaku sedang seperti itu, aku juga sedang sakit. Dengan kondisiku seperti ini, gimana aku harus hidup sendiri tanpa kamu?"Karin. Wanita itu mantan kekasih Krisna saat berada di ibu kota. Kini datang dengan membawa banyak hal tak terduga. Paras cantik dan rintikan air matanya telah menyihir Krisna hingga hatinya goyah dan dilema. Beberapa bulan ini, Krisna disibukan mengingat dan menyelami cerita cinta mereka dulu. Hingga dia lupa memperhatikan istrinya sendiri."Jangan ngomong gitu Karin. Aku masih bisa seperti dulu. Bilang saja kalau kamu kenapa-napa atau butuh sesuatu. Aku akan selalu ada untukmu.""Sekarang kamu tahu 'kan kenapa aku pergi tiba-tiba dan putusin kamu dulu?" Wajah Karin begitu sendu.Krisna ingat, dulu Karin tiba-tiba datang dan memutuskannya. Disaat cintanya pada Karin semakin dalam, disaat itu Karin pergi tanpa kabar. Dia patah ha

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 9. Apa Dia Lebih Penting?

    "Rania?" Krisna menatap lebar tak berpaling dari penampilan istrinya kali ini.Biasanya Rania hanya akan berpenampilan sederhana. Hanya memakai sunscreen, bedak tabur dan lipblam natural. Namun, sebenarnya penampilan sederhana Rania sudah terbilang manis dan cantik. Nyaman dan betah dipandang. Apalagi yang sekarang? Membuat beberapa pria di sekitarnya terpana.Karin tersenyum kaku dengan mata lebar. Dia menangkap wajah tidak nyaman pada Krisna. Seperti maling ketangkap basah."Maaf ganggu. Boleh 'kan aku ikut duduk di sini?" Tanpa menunggu jawaban dari siapapun, Rania menarik sebuah kursi dan duduk di antara mereka. Dia duduk tenang menatap Krisna dan Karin bergantian. Karin diam dan trus tersenyum kaku pada Rania. Wanita ini juga tampak tenang, tak ada gurat wajah bersalah.Krisna tercengang melihat penampilan istrinya. Dia bahkan tak berkedip sekian detik."Mas Krisna." Rania tersenyum manis, dia berusaha tetap tenang dan terus mengatakan pada hatinya agar jangan menangis.Krisna g

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 10. Di Kamar Karin

    "Sebenarnya, yang membuat dia tidak jadi sakit itu, datang ke rumah makan atau suamiku?" Rania menertawakan diri sendiri. Krisna sedang heboh dengan keadaan Karin. "Karin! Karin! Kamu masih mendengarku?" "Nggak apa-apa, Kris. Aku cuma-" Karin lemas begitu saja. Rania beranjak dan menatap adegan itu. Tercengang kembali. Tidak habis pikir dia akan melihat suaminya yang langsung mengangkat wanita lain ala bridal style di tempat umum. Dan ... meninggalkannya. Pergi! Suaminya sudah pergi. Rania mematung hingga suaminya tak terlihat lagi. "Bu Rania. Gimana sekarang? Saya sudah merekam semuanya termasuk saat Bu Rania tadi berantem dengan Pak Krisna. Dan saat Pak Krisna mengejar wanita itu dan pergi. Semuanya akan saya kirim ke Ibu." Pak Joko membuyarkan lamunan Rania. Rania tersenyum tipis. "Makasih ya, Pak. Saya akan transfer seperti kemarin. Besok kalau saat butuh, Bapak harus siap lagi. Dan rahasiakan semua ini. Nanti akan saya tambah bonus." "Sama-sama, Bu. Yang sabar ya.

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 11. Hilang Kendali

    "Kris ...." Nafas Karin kian berat. Dia memajukan wajahnya pada wajah Krisna.Krisna terpaku merasakan tarikan magnet dari sorot mata Karin. Dua tatapan saling terpaut sangat dalam. Keduanya sama-sama tengelam pada rasa masa lalu. Perasaan keduanya makin tak karuan, sangat ingin mengulang keromantisan dulu kala. Kamar itu terasa panas, hingga jantung Krisna berdetak sangat cepat.Kini, hembusan nafas keduanya menjadi satu saling menerpa wajah. Hanya sekian jarak saja wajah keduanya.Akhh! Seketika wajah Rania melintas dalam benak dan membuat mata Krisna menegang. Dia tersadar. Krisna memalingkan wajahnya canggung."Ehem! Kamu istirahatlah. Besok aku akan kembali. Hubungi aku kalau ada apa-apa." Jantung Krisna jadi tak karuan. Dia seperti maling yang ketahuan saja.Karin mencengkram kuat selimutnya dan cepat mengatur deru nafasnya."Kris, maaf kalau kamu jadi nggak nyaman." Karin menggeram dalam hati. Dia tidak hanya canggung, tapi jengkel serasa ditolak Krisna."Ehm, jangan dipikir

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 12. Bulan Madu Bertiga

    'Selamat tinggal, Mas. Sepertinya akulah orang ketiga diantara kalian. Aku tidak tahu kamu menyuruhku bertahan karena mencintaiku atau karena ayah. Akhh, pasti karena ayah. Bodohnya aku yang mengira kamu mencintaiku,' batin Rania.Rania menarik kopernya dengan langkah cepat, seolah tak ingin lagi menoleh ke belakang. Matanya memerah, tapi tidak ada air mata yang keluar. Baginya, cukup sudah semua itu.Krisna yang baru saja keluar dari kamar dan hendak ke kamar Rania mendengar suara koper diseret di lantai bawah. Dia gegas ke tangga dan melihat istrinya mau pergi. "Ran! Rania!" Krisna berlari cepat. Perasaannya makin tak karuan.Rania tak menoleh dan malah mempercepat langkahnya.“Rania, kamu mau ke mana?” Krisna memegang koper agar berhenti. Rania berhenti punggungnya masih membelakangi Krisna. "Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, Mas. Aku akan pergi, kalau tetap di sini hanya akan lebih sakit hati."Krisna serasa tertampar keras, dia cepat berdiri di depan Rania, menghalangi jalan.

    Last Updated : 2025-01-19
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 13. Aroma Shampo Mantan

    "Bulan madu bertiga. Dan aku orang ketiganya. Ya, aku istri yang tak tahu harus bagaimana diacara bulan madu bersama suamiku, karena dia lebih suka bersama dengan mantan kekasihnya."Rania bersembunyi di balik kerumunan orang-orang. Dia mengaktifkan rekam video ponselnya."Bukankah acara bulan madu kali ini harus diabadikan? Ya, harus!" Rania menahan diri untuk tidak keluar untuk merekam apa yang dilakukan suaminya dengan wanita lain. Wanita yang terus dikatakan teman oleh suaminya itu.Sayatan demi sayatan tertoreh di hatinya saat melihat adegan mesra suaminya dengan sang mantan.-----"Kamu ingat, Kris? Dulu kita pernah datang ke pantai ini?" "Tentu. Mana mungkin aku lupa. Kita sering duduk di sini sampai matahari terbenam, hanya berdua."Karin tertawa pelan, tatapannya terfokus pada garis cakrawala yang semakin berwarna oranye. "Waktu itu kita tidak pernah berpikir tentang apa-apa, hanya menikmati kebersamaan. Dan ... tidak pernah berpikir kalau akan berpisah.""Jangan bicara sepe

    Last Updated : 2025-01-20
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 14. Masuk Kamar Mantan

    "Mbak Rania?" Karin tersenyum. Dia hanya sebentar terkejut dan langsung menguasai dirinya. Wanita itu bahkan menyibak sisi rambutnya sambil mengibas kepalanya. Seolah sangat senang karena keberadaannya diketahui Rania.Dua wanita beradu tatapan tajam. Ingin sekali Rania menarik wajah Karin agar topeng itu terbuka jelas. Apalagi saat ini dia melihat wajah Karin sama sekali tak ada rasa bersalah. Bahkan malah menantang."Bagaimana rasanya sarapan dengan suamiku? Di lap bibirnya dengen suami orang. Menyenangkan?" Rania tersenyum kecut."Sarapan yang menyenangkan, apalagi dengan laki-laki perhatian. Jangan kaget, karena itu hal biasa bagi kami. Oh maaf, Mbak kalau kamu jadi nggak selera sarapan gara-gara sendirian. Tadi, Krisna mendadak ngajak sarapan. Dia maksa banget, jadi enak kalau nolak."Huh! Memang sejenis nenek sihir sangat menyebalkan. Harus dilawan dengan akal sehat."Kenapa tadi malam suamiku bisa ingat pulang ke kamarnya? Kamu gagal buat Mas Krisna menginap di kamarmu? Ehm, se

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 90. Sebuah Ketulusan.

    Dalam hitungan menit, Krisna sudah membawa Rania dalam mobil dan siap ke rumah sakit terdekat.Sepanjang perjalanan, Krisna menggenggam tangan istrinya erat. Wajahnya tegang.Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung ditangani cepat. Krisna memayao dokter. "Bagaimana kondisi istri saya, Dok? Ada apa? Apa ada yang serius?"Dokter tersenyum tenang. "Tenang, Pak. Istri Bapak sehat. Dan ... selamat. Istri Anda hamil. Untuk lebih lanjutnya silakan ke dokter obgyn."Krisna terdiam. Mulutnya terbuka tapi tidak ada suara yang keluar. Seolah otaknya butuh waktu untuk mencernanya. Lalu perlahan, wajahnya berubah. Mata melebar. Rania tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia diam memegang perutnya. Tanpa suara air matanya menetes begitu saja. Akhirnya dia bisa hamil lagi."Hamil?" Jantungnya berdetak sangat kencang. Akhirnya, yang dia tunggu tiba juga.Dokter mengangguk. "Tidak perlu terlalu khawatir soal mual pagi. Itu wajar. Tapi harus banyak istirahat."Setelah kepergian dokter."Aku hamil, Ma

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 89

    "Nggak ada toleransi lagi. Ayah sudah lelah melihat tingkahmu tiap hari. Emangnya ayah nggak tahu apa yang kamu lakukan selama ini di luar. Pamitnya cari kerjaan tapi kamu cuma nongkrong sama teman yang biasanya. Mau jadi apa kamu kalau terus kayak gini.""Aku tahu Ayah membenci anakmu ini. Tapi setidaknya jangan menyiksa anak dengan menikahkan sama pria kampungan. Mau ditaruh di mana mukaku ini, Yah!" teriak Winda."Ayah nggak peduli. Kamu nikah sama pria pilihan ayah atau kamu urus hidupmu sendiri sana.""Mas, jangan keterlaluan!"Agung tidak mendengarkan lagi protes istri dan anaknya.Rania dan Krisna yang kebetulan berkunjung, saling berpandangan. Saat mereka masuk rumah langsung disuguhi perdebatan itu."Mbak Winda, tenanglah. Ayah punya alasan sendiri melakukan hal itu. Lagi pula apa salahnya menikah dengan pria dari kampung, tapi bertanggung jawab. Dan tidak semua pria dari kampung itu miskin dan kumal." Rania menyembunyikan senyum tipisnya."Aku nggak butuh nasihatmu, Rania! I

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 88

    Belum sampai Krisna menjawab, dua polisi datang. Satu dari mereka mengeluarkan berkas sambil menatap langsung ke arah Ane."Saudari Ane. Kami dari kepolisian. Berdasarkan laporan dan bukti yang sudah kami terima, Anda kami tetapkan sebagai tersangka dalam beberapa tindak pidana."Ane melangkah mundur, panik. "Apa-apaan ini?"Veni langsung gelisah takut."Anda diduga terlibat dalam upaya penganiayaan berencana terhadap saudari Rania, termasuk insiden keguguran yang terjadi akibat racikan obat yang Anda kirim melalui perantara. Anda juga terlibat dalam upaya penculikan secara tidak langsung dengan menjebak korban ke hotel. Malam ini, Anda juga mencoba menjebak suami korban, pak Krisna dalam upaya pencemaran nama baik."Polisi lainnya mengambil borgol dari pinggang."Saudari Ane, Anda berhak didampingi pengacara. Tapi malam ini, Anda kami tangkap dan akan dibawa ke kantor kepolisian untuk pemeriksaan lanjutan. Kami mohon kerja sama Anda."Ane berontak. "Kalian semua gila! Ini jebakan!

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 87

    Krisna bersandar sambil memegang keningnya, memejamkan mata, seperti halnya orang ngantuk dan lemas. Kepalanya pelan tertunduk di sofa empuk.Tak butuh waktu lama, suara langkah pelan masuk ke ruangan. Dia Veni dan Ane."Kena sekarang. Lakukan tugasmu selanjutnya, Veni.""Siap. Aku senang melakukannya."Ane tersenyum sinis berdiri menatap Krisna yang tergeletak.Lalu, ada seseorang lagi yang masuk dan memindahkan Krisna ke atas ranjang. Ane keluar dan menyerahkan sisanya pada Veni. Dia akan mengawasi dari luar.Kini, Veni itu mendekat, makin mendekat. Langkah heels nya nyaris tak terdengar.Tubuh Krisna yang tampak tertidur membuat Veni makin percaya diri. Dia duduk di sisi ranjang, tangannya mulai meraih kerah jas Krisna, lalu bersiap berbaring ke ranjang di sisi Krisna.Baru satu sentuhan, lengan Krisna langsung menangkap pergelangan tangannya."Aku tidak suka disentuh oleh wanita murahan.""Kamu-" Veni terperangah, langsung bangkit dan mundur dua langkah. Matanya membelalak meliha

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 86

    "Aku nggak akan macam-macam. Aku cuma pengen pastikan kamu aman sampai rumah. Krisna nggak bisa dihubungi kan?"Rania menggigit bibir. Jawaban itu tepat sasaran. Krisna memang belum membalas pesan, belum juga mengangkat telepon. Hatinya makin tidak tenang.Dan kenapa Adrian bisa tahu? Semua makin janggal di hatinya."Tolong jangan buat situasi makin rumit, Drian.""Percaya sama aku sekali ini aja. Aku cuma pengen kamu selamat. Nggak lebih."Rania terdiam. Lalu membuka ponsel. Mengetik pesan singkat ke suaminya. [Aku bareng Adrian. Ban mobilku kempes, Mas. Dan ke mana orang-orangmu saat ini? Kenapa semuanya hilang?]Terkirim. Tapi belum dibaca."Jadi ikut denganku, kan?"Rania menatap Adrian sesaat lalu mengangguk pelan.Adrian mendekat dan memayungi tubuh Rania. Mereka berjalan pelan menuju mobil. Langkah kaki berirama dengan gemuruh hujan.Rania hanya diam, kaku. Jarak tubuh mereka dekat, tapi rasa asing membentang seperti jurang tak kasatmata.Saat hampir sampai mobil, sepatu Rania

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 85

    "Restoran sepi bingung, giliran ramai juga bingung. Kamu maunya apa, Jeng," ucap Indra sambil mendecih."Maunya kamu mingkem, Dra. Biar aku bisa fokus pakai indra ke sebelas. Ada yang nggak wajar sama semua ini soalnya."Rania menatap sekeliling. "Itu juga yang bikin aku bingung. Review restoran ini sebelumnya jelek banget. Dan usaha perbaikan baru saja dimulai. Tapi sekarang? Tiba-tiba banyak orang makan sambil selfie."Indra menyikut lengan Ajeng pelan. "Fix. Ini settingan Adrian, temanku yang terlalu tulus dan baik hati dan nggak nuntut balesan. Pasti pelanggan bayaran. Nih orang terlalu niat."Ajeng mengangguk cepat. "Yakin, Adrian. Bisa jadi Kang Mas Krisna. Kan dia udah jadi sweet banget sekarang."Indra mendesis. "Kamu tim Krisna sekarang? Aku tim Adrian."Lalu, Ajeng menoleh pada Rania. "Gila sih kalau semua ini emang hasil karya suamimu. Dia keren, Ran. Maksud aku, suami kamu tuh bukan tipe asal janji. Dia kerjain semua dengan detail. Meski nyebelin, tapi tobatnya beneran."I

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 84

    Krisna tersenyum tipis. "Aku nitip Rania sementara padamu. Cuma ini rencana yang bisa menyelesaikan singkat. Kita ringkus dia pakai rencana jebakannya."Adrian tersenyum tipis. "Pokoknya aku nggak janji bisa tahan diri, tahan hati di depan istrimu. Lagian kenapa juga kamu minta bantuan musuh cintamu. Nggak takut resiko istrimu aku culik?""Ane sedang mengincarmu. Dan aku lebih percaya sama kamu saat ini. Lakukan semua sesuai rencana kita.""Hish! Terserah kamu. Aku hampir gila sejak kemarin kamu datang. Ditambah kamu menyuruhku mendampingi Rania soal restoran. Argh! Gimana kalau aku kerasukan iblis terus jadi perebut istri orang?" Adrian meneguk cepat minuman di depannya.Lalu, Krisna berdiri dan berjalan ke dekat kursi Adrian. "Kamu memang nggak ada jaminan bisa tahan diri, tapi aku sangat percaya sama istriku. Dia nggak mungkin mau menerimamu." Diiringi tawa renyah.Adrian sontak berdiri dan menendang kaki Krisna. "Hish! Licik! Nggak menghormati sad boy. Aku ini sad boy terhormat. S

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 83. RMKS

    Langkah Krisna pelan. Tangan hangatnya menutup mata Rania dari belakang.“Sebentar lagi, sayang. Jangan curi-curi intip,” bisiknya lembut.Rania tertawa kecil. “Kenapa harus ditutup segala? Aku jadi penasaran, Mas.”“Pokoknya lihat saja nanti. Jangan penasaran.”Dia membawa Rania melewati kamar. Pelan-pelan menuju balkon yang pintunya sudah terbuka. Udara malam menyambut, angin tipis membawa aroma bunga segar dan suara gemericik air dari kolam kecil di halaman bawah.Ketika sampai di ujung balkon, Krisna berhenti.Tangannya perlahan turun dari wajah Rania. “Sekarang boleh lihat.”Rania mengedarkan pandang. Napasnya tertahan. Bibirnya langsung melengkungkan senyum.Balkon itu sudah berubah. Lampu-lampu kecil bergantung dari atap kayu, berkelip cantik. Di tengah, ada meja kecil bulat dengan dua piring yang sudah tertata rapi. Lilin aromaterapi menyala di tengah. Di sisi lain balkon, kursi didekor dengan selimut tipis dan bantal lembut. Langit malam memayungi segalanya—bintang tersebar s

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 82.

    "Bagaimana soal pria ponakanmu yang katanya sabar, tapi tegas itu, Bayu?" tanya Krisna."Dia setuju saja kalau dijodohkan, tapi yang pasti harus tinggal di kampung dan hidup seadanya. Dia nggak mau tinggal di kota. Dan pekerjaannya kasi tukang bengkel."Krisna tersenyum lebar. "Kita lihat nanti dulu."------Plakkk! "Dasar anak nggak tahu diri!"Tangan Agung sudah melayang lebih dulu sebelum pikirannya sempat mencerna. Pipi Winda memerah seketika.Winda memegang pipinya. Mata membelalak antara syok dan amarah.“Kamu menamparku, Yah?! Hanya karena PEREMPUAN ITU?” Teriakan Winda melengking, membuat Puspa reflek berdiri dari sofa.Puspa mendekat cepat, memeluk bahu putrinya. “Apa-apaan, Mas? Kamu gila?! Dia anak kita sendiri! Kamu nggak bisa seenaknya tampar Winda!”Agung melotot. “Karena anakmu ini nggak pernah tahu diri! Sudah kubilang jangan ganggu Rania lagi! Kamu pikir aku nggak tahu semua yang kamu lakukan, Win?! Kamu pikir aku buta?!”“Sudah cukup, Mas!” Puspa menepuk bahu Winda

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status