Share

Bab 5. Program Hamil

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2024-12-23 16:33:55

"Rania!" Cepat Krisna menangkap tubuh istrinya yang terkulai lemas. Dia panik. 

"Kamu kenapa, Ran?" Krisna menepuk-nepuk pipi istrinya. Tak ada respon.

Lalu Krisna meletakkan pelan tubuh istrinya ke atas tempat tidur. "Ran, kenapa kamu bisa seperti ini? Aku minta maaf buat kamu pingsan."

Tangan Krisna menyentuh kening pucat Rania. "Panas? Kenapa kamu tidak bilang kalau sakit, Ran?" 

Krisna mengusap wajahnya kasar, dia frustasi dan bingung. "Aku harus panggil dokter. Ya, dokter." 

"Harusnya kamu sekalian periksa ke dokter saat kemarin di rumah sakit. Kenapa malah bersama pria lain?"

Kontak dokter, ketemu.

Akan tetapi, saat ingin menekan kontak itu, Krisna mendengar suara ayahnya.

"Krisna, Rania, kalian di dalam?" suara ayahnya terdengar dari balik pintu, membuat Krisna membelalak.

Pria itu menatap istrinya yang terbaring lemah. Krisna panik, takut ayahnya tahu apa yang terjadi pada Rania dan menyalahkannya.

"Ayah nggak boleh tahu kalau orangnya pingsan."

Krisna mengurungkan memanggil dokter dan langsung keluar dari kamar itu. 

"Ayah?" Krisna tersenyum kaku menyembunyikan kegugupannya. Dia berdiri sambil mengatur laju nafasnya yang bergetar.

"Mana Rania? Biasanya dia langsung menyambut kalau ayah datang."

"Rania? Dia ... dia bilang kecapean habis bersih-bersih rumah dan sekarang ketiduran."

"Makanya, kamu itu carikan pembantu buat istrimu. Jangan dengarkan apa kata ibumu. Dulu ibumu juga berhenti kerja setelah menikah sama ayah. Di rumah juga ada dua pembantu dan satu tukang kebun. Apa nggak kasihan lihat istrimu setiap hari membersihkan rumah sebesar ini? Belum masak dan ngurusin kamu."

Krisna malah baru sadar hal itu. Dia mengedarkan sisi ruang rumahnya, ternyata luas juga, membayangkan saat istrinya membersihkan rumah sebesar itu sendirian.

"Ehm, duduk Pa." 

Agung, ayah Krisna memilih duduk di sofa lantai atas. "Jadi suami itu mikirnya bukan hanya kasih duwit ke istri. Pikirkan kebahagiaannya juga. Memangnya semua wanita bahagianya cukup dengan uang? Kalau wanita lainnya nggak tahu, tapi kalau Rania tidak. Dia tidak materialistis."

Glek! Krisna menelan kasar ludahnya. Ekor matanya melirik pintu kamar, dan semakin cemas memikirkan Rania di dalam.

"Kris, ayah mau bicara soal lain."

"Ehm." Pikiran Krisna bercabang dan lebih terbayang istrinya yang pingsan dan sembunyikan.

---

Sedang di kamar itu.

Detik ke menit, hingga putaran puluhan menit. Rania mengerjap pelan.

"Akhh!" Dia masih pusing, tubuhnya masih terasa lemah.

Dia mengedar pandangan mencari sosok Krisna, Nihil! Rasa kecewa segera menyusup di hatinya.

"Apa yang aku harapkan darinya. Huh!" Rania tersenyum getir.

"Auwhh!" Susah payah Rania berusaha duduk di sisi ranjang.

Tepat saat itu, pintu kamar terbuka, dan Krisna muncul. Dia kaget melihat Rania sudah terjaga.

"Kamu sudah bangun, Ran?" Dia mendekat.

Rania hanya memalingkan wajah, acuh. "Hem."

"Aku akan panggil dokter dulu." Krisna menatap khawatir. Dia mencari keberadaan ponselnya. Ada di nakas, dan hendak mengambil, tapi tertahan.

"Tidak perlu. Sudah terlambat. Aku sudah bangun." Rania menjawab dingin. 

Krisna terdiam, tampak bingung. "Tapi kamu masih kelihatan lemas. Seharusnya tadi kamu periksa dokter saat di rumah sakit. Kenapa malah cuma datang menemani pria itu?"

Rania mendengkus kesal. Benar-benar heran dengan suaminya itu. "Lagi-lagi begitu. Mas Krisna masih saja terus begitu. Ya, aku memang sengaja tidak periksa karena ingin cari perhatianmu, Mas. Berencana pingsan agar Mas Krisna jadi memperhatikanku bukan malah-" Wanita itu malas meneruskan kalimatnya.

"Aku hanya khawatir, Ran. Memangnya salah?" 

"Mas Krisna tidak perlu repot-repot khawatir. Aku sudah sakit dari tadi, tapi Mas lebih sibuk dengan Kiran."

Kata-kata Rania membuat Krisna tercengang. Ada rasa iba dalam sorot matanya, tapi terselip juga rasa kesal. "Kenapa kamu  membahas ini lagi?"

"Karena Mas lebih membela dan perhatian padanyaSeolah-olah aku ini tidak penting dan bukan istrimu."

"Ran, sudah aku jelaskan sejak awal, aku tidak bermaksud begitu. Tolong mengerti posisiku. Kamu juga tahu kalau Kiran—"

"Jangan sebut-sebut nama dia lagi! Aku sudah muak dengar nama dia." Rania memalingkan muka.

Krisna terdiam, mencoba mengendalikan diri. "Aku cuma berusaha bagaimana caranya biar semua tetap baik. Jangan bertengkar lagi. Kita tetap suami istri dan kamu harus mengerti soal zona kerjaku. Jangan salah paham lagi. Kiran tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Tidak seperti yang aku pikirkan?"

"Ran, cukup. Kamu masih lemah."

"Kalau begitu, keputusanku untuk pisah memang tepat." Rania berkedip-kedip agar air matanya tidak tumpah.

Krisna mengatup matanya sejenak. Dadanya berdenyut mendengarnya. "Jangan bahas itu lagi. Ayah baru saja datang, dia malah membahas cucu. Ayah mengatakan agar kita ikut program hamil, karena kamu belum hamil juga sampai saat ini. Aku tidak mau membuat ayah kecewa. Jadi jangan bahas hal itu lagi."

Program hamil? Ingin sekali Rania mengatakan kalau dia kehilangan calon bayinya, tapi malas!

Rania beranjak, tanpa kata.

"Mau ke mana?"

Krisna mencegat, dia merentangkan tangannya dengan tatapan sesal tak rela.

"Aku mau istirahat, Mas. Jangan halangi aku." Rania menatap malas.

"Kenapa mau jalan keluar? Tempat tidurnya di sini."

"Karena yang lelah bukan cuma ragaku, tapi hatiku. Aku mau tidur di kamar lain, mau istirahatkan hati dan pikiranku." Rania menepis tangan Krisna yang menghadang.

Deg! Krisna terdiam. Dia membiarkan tangannya disingkirkan.

---------

Beberapa hari ini, Rania memilih tidur di kamar lain. Dia hanya membawa beberapa bajunya saja dan perlengkapan penting. Wanita itu memilih mengurung diri di kamarnya. 

Rania hanya keluar saat harus mengurus suaminya saja. Makanan, dia memilih yang simple atau pesan.

"Ran. Kamu sudah baikan?" 

Rania juga irit bicara dan menampilkan wajah datar. Dia mengikat dasi suaminya. "Sudah." Hanya itu.

Krisna merasa kosong. Apalagi saat malam, dia tidak bisa tidur.

"Sarapan di rumah atau di kantor, Mas."

"Di kantor. Ki- ... ehm aku ada meeting pagi."

Rania tersenyum getir. Dia tahu apa yang akan dikatakan suaminya. Wanita itu tetap mengantar sampai depan.

Kalau bukan karena ayah mertua yang sangat baik padanya, ingin sekali Rania kabur meski Krisna menolak berpisah. Namun, setelah tahu dia kurang sehat, ayah mertuanya datang dan memberinya perhatian bak anaknya sendiri. 

Rania jadi istri Krisna karena dibawa Agung, ayah mertuanya, kini dia dilema kalau harus membuat paruh baya yang menyayanginya kecewa.

--------------

"Aku akan menjemputmu, Karin. Jangan kemana-mana. Jangan sedih lagi dong, Kamu 'kan masih punya aku." Jelas itu suara suaminya.

'Mas Krisna kapan pulang?' batin Rania dia bersembunyi di balik tembok.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cerita ini nyampah banget. g mendidik dg drama bodoh tokohnya yg bernama rania. udah tau dijodohkan tapi tetap aja penuh drama
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 6. Jemput Karin

    "Aku akan menjemputmu, Karin. Jangan kemana-mana. Jangan sedih lagi dong, Kamu 'kan masih punya aku." Jelas itu suara suaminya.'Mas Krisna kapan pulang?' batin Rania dia bersembunyi di balik tembok.'Ternyata, tebakkanku benar. Saat aku fokus memulihkan kondisi, Mas Krisna baik padaku karena tidak mau aku mengancam cerai lagi. Tapi di luar, dia masih seperti biasa dengan Karin,' batin Rania."Jangan nangis, aku pasti datang kok? Masih sakit nggak? Nanti akan kuantar ke dokter. Pokoknya selama ada aku, kamu jangan takut. Aku pasti akan datang kalau kamu hubungi."Rania mengernyit dan tersenyum getir, dia menunggu apa lagi yang akan dikatakan suaminya.'Mas Krisna pasti lagi teleponan dengan Karin,' batin wanita itu. Hatinya mendesir nyeri.Sambungan telepon dimatikan tanpa ada kata lagi dari suaminya.Rania lantas mendekat."Mas, tadi memanggilku?" Rania tersenyum kaku. Kemarin, dia ingin mencoba bertahan demi ayah mertua. Dia mencoba berdamai dan mau memulai berkomunikasi lagi dengan

    Last Updated : 2024-12-23
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 7. Menantu Buat Malu

    "Mau ke mana, Kamu? Nggak usah pergi! Di belakang saja?" Wanita paruh baya itu menekan bibirnya dengan tatapan intimidasi. Dia mencegat agar Rania tidak sampai keluar menemui tamu. Ya, dia Puspa, ibu mertua Rania.Rania diam sebentar, tidak mungkin dia mengatakan kamu mau pergi. Apalagi menyusul suaminya yang sedang bersama wanita lain."Aku mau menemui Ayah, Bu. Disuruh menemui beberapa orang. Katanya mau dikenalkan sebagai menantu." Rania tidak berbohong karena memang kenyataannya seperti itu.Puspa tertawa kecil remeh dengan wajah kecut. "Kamu? Mau dikenalkan? Untuk apa? Cuma buat malu Krisna dan kami saja.""Tapi aku kan istri sah Mas Krisna. Bukankah wajar jika aku dikenal oleh keluarga besar? Banyak yang belum tahu aku istrinya Mas Krisna." Puspa, ibu mertua Rania mendesah kesal. "Kamu ngerti nggak?! Yang hadir di acara ini adalah orang-orang kaya di daerah sini. Mending kamu tidak usah menyapa mereka. Kasihan Krisna kalau orang-orang kaya itu tahu istrinya seperti ini. Level

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 8. Teman tapi Mesra

    "Sungguh pas niat datang aku nggak tahu kalau kamu udah nikah, Kris. Aku datang ke kota ini karena ngerasa nggak punya selain kamu. Keluargaku sedang seperti itu, aku juga sedang sakit. Dengan kondisiku seperti ini, gimana aku harus hidup sendiri tanpa kamu?"Karin. Wanita itu mantan kekasih Krisna saat berada di ibu kota. Kini datang dengan membawa banyak hal tak terduga. Paras cantik dan rintikan air matanya telah menyihir Krisna hingga hatinya goyah dan dilema. Beberapa bulan ini, Krisna disibukan mengingat dan menyelami cerita cinta mereka dulu. Hingga dia lupa memperhatikan istrinya sendiri."Jangan ngomong gitu Karin. Aku masih bisa seperti dulu. Bilang saja kalau kamu kenapa-napa atau butuh sesuatu. Aku akan selalu ada untukmu.""Sekarang kamu tahu 'kan kenapa aku pergi tiba-tiba dan putusin kamu dulu?" Wajah Karin begitu sendu.Krisna ingat, dulu Karin tiba-tiba datang dan memutuskannya. Disaat cintanya pada Karin semakin dalam, disaat itu Karin pergi tanpa kabar. Dia patah ha

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 9. Apa Dia Lebih Penting?

    "Rania?" Krisna menatap lebar tak berpaling dari penampilan istrinya kali ini.Biasanya Rania hanya akan berpenampilan sederhana. Hanya memakai sunscreen, bedak tabur dan lipblam natural. Namun, sebenarnya penampilan sederhana Rania sudah terbilang manis dan cantik. Nyaman dan betah dipandang. Apalagi yang sekarang? Membuat beberapa pria di sekitarnya terpana.Karin tersenyum kaku dengan mata lebar. Dia menangkap wajah tidak nyaman pada Krisna. Seperti maling ketangkap basah."Maaf ganggu. Boleh 'kan aku ikut duduk di sini?" Tanpa menunggu jawaban dari siapapun, Rania menarik sebuah kursi dan duduk di antara mereka. Dia duduk tenang menatap Krisna dan Karin bergantian. Karin diam dan trus tersenyum kaku pada Rania. Wanita ini juga tampak tenang, tak ada gurat wajah bersalah.Krisna tercengang melihat penampilan istrinya. Dia bahkan tak berkedip sekian detik."Mas Krisna." Rania tersenyum manis, dia berusaha tetap tenang dan terus mengatakan pada hatinya agar jangan menangis.Krisna g

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 10. Di Kamar Karin

    "Sebenarnya, yang membuat dia tidak jadi sakit itu, datang ke rumah makan atau suamiku?" Rania menertawakan diri sendiri. Krisna sedang heboh dengan keadaan Karin. "Karin! Karin! Kamu masih mendengarku?" "Nggak apa-apa, Kris. Aku cuma-" Karin lemas begitu saja. Rania beranjak dan menatap adegan itu. Tercengang kembali. Tidak habis pikir dia akan melihat suaminya yang langsung mengangkat wanita lain ala bridal style di tempat umum. Dan ... meninggalkannya. Pergi! Suaminya sudah pergi. Rania mematung hingga suaminya tak terlihat lagi. "Bu Rania. Gimana sekarang? Saya sudah merekam semuanya termasuk saat Bu Rania tadi berantem dengan Pak Krisna. Dan saat Pak Krisna mengejar wanita itu dan pergi. Semuanya akan saya kirim ke Ibu." Pak Joko membuyarkan lamunan Rania. Rania tersenyum tipis. "Makasih ya, Pak. Saya akan transfer seperti kemarin. Besok kalau saat butuh, Bapak harus siap lagi. Dan rahasiakan semua ini. Nanti akan saya tambah bonus." "Sama-sama, Bu. Yang sabar ya.

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 11. Hilang Kendali

    "Kris ...." Nafas Karin kian berat. Dia memajukan wajahnya pada wajah Krisna.Krisna terpaku merasakan tarikan magnet dari sorot mata Karin. Dua tatapan saling terpaut sangat dalam. Keduanya sama-sama tengelam pada rasa masa lalu. Perasaan keduanya makin tak karuan, sangat ingin mengulang keromantisan dulu kala. Kamar itu terasa panas, hingga jantung Krisna berdetak sangat cepat.Kini, hembusan nafas keduanya menjadi satu saling menerpa wajah. Hanya sekian jarak saja wajah keduanya.Akhh! Seketika wajah Rania melintas dalam benak dan membuat mata Krisna menegang. Dia tersadar. Krisna memalingkan wajahnya canggung."Ehem! Kamu istirahatlah. Besok aku akan kembali. Hubungi aku kalau ada apa-apa." Jantung Krisna jadi tak karuan. Dia seperti maling yang ketahuan saja.Karin mencengkram kuat selimutnya dan cepat mengatur deru nafasnya."Kris, maaf kalau kamu jadi nggak nyaman." Karin menggeram dalam hati. Dia tidak hanya canggung, tapi jengkel serasa ditolak Krisna."Ehm, jangan dipikir

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 12. Bulan Madu Bertiga

    'Selamat tinggal, Mas. Sepertinya akulah orang ketiga diantara kalian. Aku tidak tahu kamu menyuruhku bertahan karena mencintaiku atau karena ayah. Akhh, pasti karena ayah. Bodohnya aku yang mengira kamu mencintaiku,' batin Rania.Rania menarik kopernya dengan langkah cepat, seolah tak ingin lagi menoleh ke belakang. Matanya memerah, tapi tidak ada air mata yang keluar. Baginya, cukup sudah semua itu.Krisna yang baru saja keluar dari kamar dan hendak ke kamar Rania mendengar suara koper diseret di lantai bawah. Dia gegas ke tangga dan melihat istrinya mau pergi. "Ran! Rania!" Krisna berlari cepat. Perasaannya makin tak karuan.Rania tak menoleh dan malah mempercepat langkahnya.“Rania, kamu mau ke mana?” Krisna memegang koper agar berhenti. Rania berhenti punggungnya masih membelakangi Krisna. "Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, Mas. Aku akan pergi, kalau tetap di sini hanya akan lebih sakit hati."Krisna serasa tertampar keras, dia cepat berdiri di depan Rania, menghalangi jalan.

    Last Updated : 2025-01-19
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 13. Aroma Shampo Mantan

    "Bulan madu bertiga. Dan aku orang ketiganya. Ya, aku istri yang tak tahu harus bagaimana diacara bulan madu bersama suamiku, karena dia lebih suka bersama dengan mantan kekasihnya."Rania bersembunyi di balik kerumunan orang-orang. Dia mengaktifkan rekam video ponselnya."Bukankah acara bulan madu kali ini harus diabadikan? Ya, harus!" Rania menahan diri untuk tidak keluar untuk merekam apa yang dilakukan suaminya dengan wanita lain. Wanita yang terus dikatakan teman oleh suaminya itu.Sayatan demi sayatan tertoreh di hatinya saat melihat adegan mesra suaminya dengan sang mantan.-----"Kamu ingat, Kris? Dulu kita pernah datang ke pantai ini?" "Tentu. Mana mungkin aku lupa. Kita sering duduk di sini sampai matahari terbenam, hanya berdua."Karin tertawa pelan, tatapannya terfokus pada garis cakrawala yang semakin berwarna oranye. "Waktu itu kita tidak pernah berpikir tentang apa-apa, hanya menikmati kebersamaan. Dan ... tidak pernah berpikir kalau akan berpisah.""Jangan bicara sepe

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 84

    Krisna tersenyum tipis. "Aku nitip Rania sementara padamu. Cuma ini rencana yang bisa menyelesaikan singkat. Kita ringkus dia pakai rencana jebakannya."Adrian tersenyum tipis. "Pokoknya aku nggak janji bisa tahan diri, tahan hati di depan istrimu. Lagian kenapa juga kamu minta bantuan musuh cintamu. Nggak takut resiko istrimu aku culik?""Ane sedang mengincarmu. Dan aku lebih percaya sama kamu saat ini. Lakukan semua sesuai rencana kita.""Hish! Terserah kamu. Aku hampir gila sejak kemarin kamu datang. Ditambah kamu menyuruhku mendampingi Rania soal restoran. Argh! Gimana kalau aku kerasukan iblis terus jadi perebut istri orang?" Adrian meneguk cepat minuman di depannya.Lalu, Krisna berdiri dan berjalan ke dekat kursi Adrian. "Kamu memang nggak ada jaminan bisa tahan diri, tapi aku sangat percaya sama istriku. Dia nggak mungkin mau menerimamu." Diiringi tawa renyah.Adrian sontak berdiri dan menendang kaki Krisna. "Hish! Licik! Nggak menghormati sad boy. Aku ini sad boy terhormat. S

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 83. RMKS

    Langkah Krisna pelan. Tangan hangatnya menutup mata Rania dari belakang.“Sebentar lagi, sayang. Jangan curi-curi intip,” bisiknya lembut.Rania tertawa kecil. “Kenapa harus ditutup segala? Aku jadi penasaran, Mas.”“Pokoknya lihat saja nanti. Jangan penasaran.”Dia membawa Rania melewati kamar. Pelan-pelan menuju balkon yang pintunya sudah terbuka. Udara malam menyambut, angin tipis membawa aroma bunga segar dan suara gemericik air dari kolam kecil di halaman bawah.Ketika sampai di ujung balkon, Krisna berhenti.Tangannya perlahan turun dari wajah Rania. “Sekarang boleh lihat.”Rania mengedarkan pandang. Napasnya tertahan. Bibirnya langsung melengkungkan senyum.Balkon itu sudah berubah. Lampu-lampu kecil bergantung dari atap kayu, berkelip cantik. Di tengah, ada meja kecil bulat dengan dua piring yang sudah tertata rapi. Lilin aromaterapi menyala di tengah. Di sisi lain balkon, kursi didekor dengan selimut tipis dan bantal lembut. Langit malam memayungi segalanya—bintang tersebar s

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 82.

    "Bagaimana soal pria ponakanmu yang katanya sabar, tapi tegas itu, Bayu?" tanya Krisna."Dia setuju saja kalau dijodohkan, tapi yang pasti harus tinggal di kampung dan hidup seadanya. Dia nggak mau tinggal di kota. Dan pekerjaannya kasi tukang bengkel."Krisna tersenyum lebar. "Kita lihat nanti dulu."------Plakkk! "Dasar anak nggak tahu diri!"Tangan Agung sudah melayang lebih dulu sebelum pikirannya sempat mencerna. Pipi Winda memerah seketika.Winda memegang pipinya. Mata membelalak antara syok dan amarah.“Kamu menamparku, Yah?! Hanya karena PEREMPUAN ITU?” Teriakan Winda melengking, membuat Puspa reflek berdiri dari sofa.Puspa mendekat cepat, memeluk bahu putrinya. “Apa-apaan, Mas? Kamu gila?! Dia anak kita sendiri! Kamu nggak bisa seenaknya tampar Winda!”Agung melotot. “Karena anakmu ini nggak pernah tahu diri! Sudah kubilang jangan ganggu Rania lagi! Kamu pikir aku nggak tahu semua yang kamu lakukan, Win?! Kamu pikir aku buta?!”“Sudah cukup, Mas!” Puspa menepuk bahu Winda

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 81.

    "Adrian?" Rania melotot."Ya, ini aku? Kenapa?" Pria itu lantas duduk di depan Rania. Duduk tegap dengan sedikit condong agar bisa menatap Rania jelas.Lalu, Rania menatap Ajeng dan Indra. "Pasti kalian, kan?"Ajeng dan Indra tertawa kecil.“Memang kami yang panggil. Biar tambah semangat saja bahas kasus Ane. Kan enak ada pengacara di sini. Gratis lagi," ucap Ajeng dengan kekehannya."Biar Krisna kepanasan, Ran. Tambah seru. Lagian suruh siapa jadi suami lembek. Nggak ok! Tukar tambah aja kalau bisa!" ucap Indra dengan dua pundak terangkat.Langsung disahut tawa kecil Andrian. "Kalian kalau ngomong suka bener."Rania hanya bisa menggeleng melihat tingkah dua sahabatnya itu. Ada-ada saja mereka.Adrian menatap Rania lekat. “Aku masih belum bisa melupakanmu, Rania. Selama ini aku pilih menjauh, karena aku nggak mau jadi perebut istri orang.”Rania tersenyum kaku. "Kamu pasti akan temukan wanita yang lebih baik dariku, Drian. Aku yakin itu. Asal kamu mau membuka hati untuk wanita lain."

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 80.

    Rania menarik napas dan melangkah mundur. Dia tahu maksud Ajeng dan Indra bukan sekedar ikut campur. Dua temannya itu pasti kesal karena suaminya terlalu percaya pada Winda.Krisna menoleh cepat. “Sayang, suruh mereka menyingkir.” Sambil mendorong Indra.Rania malah tersenyum tipis, dengan kepalanya menggeleng pelan."Sayang. Apa-apaan ini? Kenapa mereka begini?""Sssstttt! Kamu ini harus kami verifikasi soal kejantanan. Hish! Selalu saja begini. Bikin aku kesel dan pengen kamu jadi duda saja." Ajeng menggeleng."Kamu-" Krisna melotot, geram pada Ajeng.Indra maju dan telunjuknya menekan dada Krisna. “Kamu pikir kamu pantas berdiri di samping Rania sekarang? Kamu terus saja teledor. Sebenarnya kamu itu bodoh atau kurang waras atau otakmu berkarat? Masa mbak Winda yang kaya nenek lampir kamu percaya gitu aja. Gimana dengan masalah lainnya?""Buat apa kamu ikut campur urusanku? Tahu apa kamu dengan apa yang aku lakukan saat ini? Ok, aku memang terlewat dalam hal ini, tapi tidak untuk ya

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 79.

    Krisna menutup keras pintu ruang kerja Rania. Sorot matanya tidak bisa lagi menyembunyikan emosi yang menumpuk."Lalu apa ini, Mbak Winda. Kamu masih bilang restoran nggak kenapa-napa. Tiap aku tanya, kamu selalu bilang aman. Aku percaya sama kamu, apalagi kemarin kamu kasih laporan keuangan resto. Tapi kenapa beda sama yang ini?"Krisna tak diam saja selama ini. Di samping dia sibuk soal perusahaan, ditambah kemarin quality time dengan istri, dia masih menyempatkan mengontrol restoran. Namun, setelah Winda memberikan laporan keuangan palsu, dan ibunya membujuk agar percaya pada Winda, Krisna mulai kendor mengawasi soal restoran."Restoran ini memang nggak ada masalah, Kris. Cuma butuh tambahan biaya buat promosi. Kamu nggak usah nylolot gitu lah," kesal Winda.Rania makin geram dengan Winda. "Memangnya Mbak Winda nggak bisa bedain mana usaha yang sehat dan yang kacau? Kalau keuntungan terus diambil untuk keperluan pribadi, dan setiap hari mengundang banyak teman untuk makan-makan, di

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 78.

    Ponsel Rania bergetar. Nama Ajeng muncul di layar.“Restoranmu udah di ujung tanduk. Winda gila, Ran. Ada pramusasi resign karena nggak tahan. Ada supplier berhenti kirim bahan. Kamu harus datang sekarang. Jangan tunggu dia naik satu tingkat lagi gilanya.”Rania terdiam. Pandangannya kosong menatap jendela.Selama ini dia memang membiarkan Winda berbuat sesukanya. Diam, pura-pura tak tahu. Bahkan menyuruh Ajeng tak usah datang. Bukan karena takut—karena dia ingin Winda merasa menang lebih dulu. Supaya semua bukti terkumpul rapi.“Aku akan ke sana Sudah waktunya benalu itu dituntaskan.”Rania menatap layar laptop di meja yang berisi laporan dari orang kepercayaannya. Foto-foto, rekaman, catatan manipulasi laporan keuangan. Semua kekacauan yang dilakukan Winda, ibunya Krisna, dan orang-orang titipannya. Tentu saja semua itu dilakukan di belakang Krisna. “Sekalian kita bahas soal Ane,” ucap Rania.“Siap. Aku tunggu di restoran.”Panggilan berakhir. Rania berdiri pelan. Kepalanya menund

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 77. RMKS

    "Jika aku nggak datang, kamu pasti akan menikmati wanita seksi itu, Mas. Sepertinya penyakit lamamu soal wanita kambuh lagi." Rania tampak tenang.Krisna menyandarkan punggung pada jok mobil, menatap istrinya dengan alis terangkat. “Kamu cemburu?”Rania mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap kelamnya malam yang memantul samar di kaca.“Di restoran kamu bilang nggak cemburu. Aku sedikit kecewa mendengarnya.”Rania menghela napas, pelan tapi dalam. Tidak ada jawaban. Hanya diam yang jadi bentuk protesnya.Krisna mendekat, lengannya melingkari bahu Rania dan menariknya ke dalam pelukan.“Aku nggak akan pernah jadikan wanita lain sebagai objek menarik kecemburuan kamu. Aku nggak sebodoh itu, Sayang. Kalau kamu marah, tentu aku sendiri yang repot.”Lengan Rania tetap kaku di sisi tubuhnya. "Aku memang marah, tapi nggak cemburu. Cemburu sama wanita seperti Veni itu bukan kelasku. Sudah tahu suami orang, masih pede banget bilang hal biasa. Untung aja aku inget kalau kamu lagi puny

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 76.

    “Anda mengenal Karin?” Tatapan Rania tajam, menembus balik senyum manis yang terlalu manis di bibir Ane.Ane mengangkat alis sambil menyesap minumannya perlahan. Senyum sinis tipis itu masih melekat di wajahnya.“Siapa yang tidak kenal? Kabar pertunangan Pak Krisna dengan Karin jadi trending topik di kalangan pengusaha. Tentu saja saya tahu.”Krisna diam dengan picingan tajam. Tangannya yang satu mengepal di bawah. Andai tidak sedang ada kerja sama, dia akan memaki-maki Ane karena membuat wajah istrinya gelisah. 'Siapa sebenarnya Ane ini. Harus aku cari tahu. Sikap pengusaha nggak akan seperti ini,' batinnya.Detak jantung Rania melambat, itu bukan sekadar menyebut nama masa lalu. Namun, seperti membuka kembali luka yang seharusnya sudah dikubur.Matanya tetap menatap Ane. Dalam hatinya, Rania mulai merangkai benang merah yang terasa makin mengarah ke satu titik. 'Ane. Karin. Bayiku yang keguguran dan kejadian di kamar hotel kemarin. Memang tidak kebetulan,' batinnya.Lalu, Rania mena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status