共有

Insiden

作者: AgilRizkiani
last update 最終更新日: 2025-12-02 19:50:38

Bumi menggeliat pelan di kamar, lalu tiba-tiba muncul di ambang pintu ruang tamu sambil garuk-garuk mata—masih setengah ngantuk, rambut acak-acakan kayak singa kecil baru bangun tidur.

“Ayah?”

Rey dan Zinia otomatis menoleh bersamaan.

Kananta membeku.

Rey melotot.

Dan Bumi—anak kecil polos tanpa dosa—langsung memeluk kaki Kananta begitu melihat ayahnya duduk di sofa.

“Ayah! Aku aku mimpi buruk!"

Hening.

Hening memalukan.

Hening yang levelnya setara tabrakan dua galaksi.

Rey mengedip. Sekali.

Dua kali.

Ketiga kalinya, dia ngomong, suaranya turun satu oktaf.

“Dia … punya anak?”

Zinia mencubit batang hidungnya. “Iya, itu Bumi. Anaknya Kananta.”

Bumi menatap Rey dengan polos, tanpa filter. “Om siapa? Musuh ayah?”

Rey tersedak batuk udara. “Ha—apa?!”

Kananta buru-buru mengangkat Bumi ke pangkuan, wajahnya merah padam. “Astaga, Bumi, jangan bilang sembarangan!”

“Emang muka Omnya serem,” bisik Bumi—dan sayangnya terdengar seisi ruangan.

Rey terdiam.

Matanya melirik ke Zinia. “Jadi pasienmu b
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Rayuan Maut Dokter Cantikku    Insiden

    Bumi menggeliat pelan di kamar, lalu tiba-tiba muncul di ambang pintu ruang tamu sambil garuk-garuk mata—masih setengah ngantuk, rambut acak-acakan kayak singa kecil baru bangun tidur.“Ayah?”Rey dan Zinia otomatis menoleh bersamaan.Kananta membeku.Rey melotot.Dan Bumi—anak kecil polos tanpa dosa—langsung memeluk kaki Kananta begitu melihat ayahnya duduk di sofa.“Ayah! Aku aku mimpi buruk!"Hening.Hening memalukan.Hening yang levelnya setara tabrakan dua galaksi.Rey mengedip. Sekali.Dua kali.Ketiga kalinya, dia ngomong, suaranya turun satu oktaf.“Dia … punya anak?”Zinia mencubit batang hidungnya. “Iya, itu Bumi. Anaknya Kananta.”Bumi menatap Rey dengan polos, tanpa filter. “Om siapa? Musuh ayah?”Rey tersedak batuk udara. “Ha—apa?!”Kananta buru-buru mengangkat Bumi ke pangkuan, wajahnya merah padam. “Astaga, Bumi, jangan bilang sembarangan!”“Emang muka Omnya serem,” bisik Bumi—dan sayangnya terdengar seisi ruangan.Rey terdiam.Matanya melirik ke Zinia. “Jadi pasienmu b

  • Rayuan Maut Dokter Cantikku    Kananta VS Rey

    Kananta berdiri di ambang pintu seperti orang yang baru saja diseret ke realitas yang terlalu HD untuk kepalanya. Tanktop tipis Zinia? Ya Tuhan. Ini bukan cuma HD-ini 4K tanpa sensor.Zinia, santai banget, menyibak rambutnya ke samping. "AC-nya rusak," gumamnya sambil mengibaskan tangan ke arah wajah.Kananta mengatupkan rahang. "Eh ... aku- maksudnya saya ....""Kananta," potong Zinia sambil berjalan ke meja kerja, pinggulnya bergerak dengan percaya diri khas perempuan yang tau persis efek visualnya. "Kita lagi di rumah, bukan klinik. Santai aja.""Ba-baik."Wibawa duda keren mendadak hilang seperti sinyal 3G di pedalaman.Zinia mengambil tablet medis, duduk di sofa, lalu menepuk ruang kosong di sebelahnya. "Duduk. Biar aku jelasin dulu terapinya sebelum kamu ya, kamu tau lah ... panik duluan."Kananta merasa lututnya mendadak kayak spons basah, tapi ia duduk juga. Jarak mereka cuma sejengkal. Wangi lotion Zinia-manis, dingin-langsung nempel di hidungnya."Terapi andrologi itu," Zini

  • Rayuan Maut Dokter Cantikku    Apartemen

    Ketua komite baru saja selesai melempar-lempar kode, aroma manja-mautnya masih beterbangan di udara ketika Kananta akhirnya menyerah pada kondisi. Ia mengangkat kedua tangan seperti tahanan yang baru ketangkap.“Baik, Bu Komite. Saya minta maaf,” katanya hati-hati, menjaga intonasi supaya tidak menimbulkan harapan palsu. “Bumi tidak akan melakukannya lagi. Saya janji.”Entahlah, Bumi titisan anak seperti apa. Sejak kecil virus buaya daratnya sudah kelihatan.Bumi langsung interupsi. “Ayah, tapi—”“Diam.”Satu kata. Penuh tekanan. Penuh ancaman jenaka.Bumi langsung menutup mulut dan berdiri tegak seperti murid kena push-up.Ketua komite menghela napas panjang—panjang sekali sampai dua gunung kembar itu ikut bergerak ke atas dan ke bawah kayak roller coaster slow motion.“Kalau begitu, baiklah,” katanya sambil memiringkan kepala. “Tapi kalau butuh bantuan mendidik, nomor saya bisa dipakai kapan saja. Kapan saja, Pak Kananta.”Karena suara “kapan saja”-nya kedengarannya tidak sehat, Kan

  • Rayuan Maut Dokter Cantikku    Komite Sekolah

    Namun, saat Kananta semakin terbawa suasana, tiba-tiba Zinia menghentikannya.“Stop.”Suaranya terdengar seperti rem tangan ditarik mendadak di tikungan. Kananta berhenti freeze dengan pose tangan masih nemplok di dada si manekin—pose yang kalau difoto, bisa masuk grup WA keluarga dan bikin Mama pingsan.Zinia mendekat. Sangat dekat. Aroma parfumnya—mahal, segar, sedikit mint—mengikis sisa-sisa kewarasan yang masih tersisa di kepala Kananta.“Kananta,” ucapnya sambil menatap lurus ke matanya, “sekencang itu kamu imajinasinya?”Kananta menelan ludah. “Sa-saya cuma fokus pada sensasi?”Berusaha mencari alasan yang tentu saja mimik wajahnya seperti buku dengan tulisan capslock semua.“Fokus?” Zinia mengangkat alis. “Kamu dari tadi ngelus kayak orang lagi nyari koin jatuh.”Wajah Kananta memanas. Ini bukan terapi. Ini roasting session. Beginilah rasanya jika dokter yang menangani mantan yang pernah tersakiti. Mantan yang ia tinggalkan untuk menikahi wanita durjana. Mungkin memang benar

  • Rayuan Maut Dokter Cantikku    Ternyata Seorang CEO

    Kali ini pulang fisioterapi membuat kananta sedikit lebih tenang, walaupun tadi ada sedikit gangguan dari sang mantan yang benar-benar tidak diharapkan. Seperti jelangkung yang datang tidak diundang, tapi berperawakan seperti kuyang! "Ayah!"Monster kecil itu berlari memeluknya. Bumi, putra sematawayang yang didapatkan dengan begitu sangat sulit. Tiga kali gagal dalam proses bayi tabung. Menghabiskan banyak sekali uang, tapi Kananta bersyukur karena memiliki anak seceria lincah dan juga cerdas Bumi."Wah, wah anak ayah. Ada apa ini sepertinya bahagia sekali?" Kananta dengan satu tangan saja mampu mengangkat tubuh putranya itu. Membawanya ke sofa panjang yang berada di ruang tamu. "Ayah tau tidak? Hari ini aku berhasil mencium tiga gadis di kelas. Hebat kan aku?" Bumi mengangkat kedua alisnya, seolah-olah apa yang dia lakukan itu adalah hal yang sangat membanggakan. Kananta terperangah, dirinya tidak menyangka ternyata Bumi se-playboy itu padahal masih kecil. Dulu ia sepertinya t

  • Rayuan Maut Dokter Cantikku    Terapi Sentuhan

    Kananta dirinya langsung saja menggenggam lengan Maya untuk segera keluar dari ruangan. Dia tidak peduli tatapan orang-orang di luar—untung saja keadaan sudah sepi karena memang dia pasien terakhir hari itu. Tak menyangka si ratu nyinyir dunia daring, kembali lagi hadir untuk mengobrak-abrik hatinya. "Apa sih maksud kamu?" tanya Kananta dengan suara marah, menarik Maya keluar sampai ke koridor. "Kamu ini ya benar-benar sangat menyebalkan!" Maya berbalik, pakaiannya benar-benar seksi baju tanpa lengan yang ketat menyoroti bentuk badannya, dan rok hanya satu jengkal dari paha yang putih bersih. Dia bergoyang-goyang di hadapannya seolah-olah menggoda, rambutnya tergelincir ke satu sisi. "Kamu nggak lihat ya? Aku cuma mau cek apakah kamu beneran berobat atau cuma main-main sama dokter cantik itu," ujarnya dengan nada menggoda. Maya, setelah cerai dari dirinya benar-benar seperti wanita lajang bahkan lebih mirip jalang. Pole dance, tanpa mengenakan pakaian yang layak mungkinkah itu

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status