Share

Berduka

last update Huling Na-update: 2024-11-08 13:26:48

Dengan tergesa Bagas mengemas pakaian ke dalam koper. Wajah panik terlihat jelas, dia pun buru-buru menyeret koper keluar rumah.

"Mau kemana kamu, Nak?" tanya Ibu Bagas saat melihat anaknya memasukkan koper ke dalam mobil.

"Aku ada kerjaan keluar kota, Bu." Bagas langsung naik ke dalam mobil tanpa peduli pada tatapan sang ibu.

"Keluar kota dengan siapa. Kenapa kamu tidak mengajak Luna?" 

Ibu Bagas menahan pintu mobil dan menatap putranya.

"Bu, ini urusan kantor. Untuk apa aku harus mengajak Luna. Lagipula, ini tidak ada hubungannya dengan dia." 

"Dia kan bisa bantu kamu nanti." ibu Bagas  seolah ingin memaksa anaknya untuk mengajak Luna.

"Bu, tolong jangan buat urusan semakin runyam. Aku terburu-buru.” Bagas memalingkan wajahnya, berharap Ibunya tahu jika dia tidak bisa memenuhi keinginan sang Ibu.

Ibu Bagas menghela nafas panjang dan menutup pintu mobil dengan kesal. Sedangkan Bagas, dia langsung menghidupkan mesin mobilnya dan segera pergi. 

"Ada apa, Tante. Kenapa terlihat kesal begitu?" tanya Luna sambil berjalan mendekati Ibu Bagas. 

"Tante kesal dengan Bagas. Dia keluar kota, tapi dia tidak mengajakmu.”

"Tidak masalah, Tante. Mungkin Mas Bagas ada urusan penting. Nanti biar aku telepon dia." Luna mengusap bahu Ibu Bagas, berusaha membuat wanita itu tenang. Tapi dalam hatinya dia juga merasa kesal dan kecewa. Seharusnya hal ini adalah kesempatan bagus untuk merayu Bagas. 

"Kamu harus bisa menahlukan anak itu. Aku tidak mau dia terus saja terjebak dengan Meira yang tak berguna itu." Ibu Bagas meraih tangan Luna dan menggenggamnya, menatap wajah wanita cantik itu penuh harap.

Luna tersenyum senang, dalam hati dia merasa menang karena punya dukungan.

"Tante tenang saja, Luna akan berusaha."

"Tante akan mendukungmu. Katakan saja jika butuh bantuan." 

Luna menganggukkan kepala. Dia pun berpamitan dan pergi bekerja. 

Sementara di tempat lain, Amiera yang saat ini sedang gelisah karena tidak bisa menghubungi suaminya pun terus menatap ke arah ponsel. Dalam hati dia berharap lelaki yang dia cintai datang dan menghibur dirinya. Tidak butuh dia datang dan memeluknya, hanya butuh suaminya menelepon dan menanyakan keadaan Ibunya. Hanya saja yang dia inginkan tidak pernah terjadi. 

"Mas, kenapa kamu terus seperti ini?" Air mata Amiera tanpa sadar menetes. Dia benar-benar ingin mendapatkan perhatian dari sang suami di saat sulit seperti sekarang. Ini memang bukan kali pertamanya Bagas bersikap begitu, dia sudah sering membuat Ameira kecewa.

Amiera termenung.  Entah sampai kapan dia harus menjalani kehidupan yang seperti sekarang. Dari pertama menikah hingga sekarang, dia terus berusaha untuk mengejar perhatian sang suami. Kadang, dia ingin menyerah, tapi dia tidak berani untuk menghadapi kenyataan kedepannya.

"Mbak, kondisi Ibu anda memburuk." Tiba-tiba seorang perawat datang menghampirinya dengan wajah panik.

Amiera pun terbangun dari lamunannya, bangkit dan mengikuti langkah perawat dengan tergesa. 

"Apa yang terjadi, Sus. Kenapa bisa Seperti ini?" tanya Amiera saat mereka sudah berada di depan ruang ICU. 

"Detak jantung Bu Ranti tiba-tiba melemah. Tapi dokter sudah menanganinya," jawab perawat itu lalu masuk kedalam ruangan. 

Amiera menatap pintu ruang ICU nanar. Pandangannya tiba-tiba menggelap.

"Ibu harus bertahan, jangan tinggalkan aku dan Amel." Amiera terduduk di lantai, pikiran wanita itu 

Dia mengambil ponsel, berusaha menghubungi suaminya, tapi ponselnya tidak aktif. Wanita itu beralih menghubungi Karina, tapi sahabatnya itu juga  tak mengangkat panggilannya.

Amiera menangis. Bingung harus melakukan apa. Akhirnya dia hanya diam dan menunggu dengan kepanikan.

Hampir setengah jam Amiera duduk di lantai dan menunggu dokter keluar. Dia terus berdoa agar semuanya baik-baik saja. Wanita itu langsung bangkit saat melihat pintu ruangan di depannya terbuka. 

"Bagaiaman keadaan Ibu saya, Dok?" tanya Amiera.

Dokter menghela nafas panjang. Dia mengusap pundak Amiera pelan. "Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkata lain. Kamu yang sabar ya!"

 

Tubuh Amiera lunglai seakan tak bertulang. Tiba-tiba badannya terasa berat dan dia tak sadarkan diri. 

Saat Amiera terbangun, dia berada di sebuah ruangan. Wanita itu membuka matanya, dia pun ingat dengan kejadian terakhir dan  langsung menangis tersedu. Dia bangun  dan segera berlari keluar.

"Dimana Ibuku?" teriak Amiera saat melihat dokter lewat di depannya.

"Tenanglah. ibumu ada di ruang jenazah, kamu harus segera mengurusnya," ucap Dokter.

Amiera berjalan gontai, mengikuti langkah perawat yang menunjukkan keberadaan jenazah sang Ibu. Wanita itu kembali histeris saat melihat tubuh kaku sang Ibu.

"Bangun, Bu. Jangan tinggalkan Amiera?"  Amiera mengguncang tubuh  bu Ranti dan hilang kendali.

"Tenanglah, Ra. Kamu tidak boleh seperti ini. Kasihan Tante Ranti jika kamu Seperi ini," ucap seorang lelaki yang tiba-tiba datang dan meraih pundak Amiera. 

"Siapa kamu?" tanya Amiera  terkejut.

"Namaku Satria," jawab lelaki itu sambil menatap Amiera sendu.  Wajah lelaki itu terlihat sedih saat menatap Amiera.

"Satria?" Amiera berusaha mengingat siapa lelaki yang ada di depannya.

"Iya, dulu saat SMA aku pernah ...

Satria tidak meneruskan kalimatnya. Wajah lelaki itu menunduk.

"Iya, aku ingat. Tapi kenapa kamu ada di sini?" 

"Itu tidak penting. Lebih baik sekarang kita urus jenazah Tante Ranti. Kasihan jika terlalu lama di sini," ucap Satria.

Amiera mengangguk setuju. Amiera terus menangis. Sementara Satria mengurus administrasi agar jenazah Bu Ranti bisa segera di bawa pulang. 

Satu jam kemudian, Jenazah Bu Ranti pun di bawa pulang ke rumah duka. 

Amiera sedikit terkejut karena semua persiapan pemakaman sudah di urus oleh Satria. Sedangkan dia daritadi terus berusaha untuk menelpon suaminya, tapi sama sekali tidak di angkat. 

Sampai jenazah di makamkan, Bagas tak juga bisa di hubungi.

"Apa suamimu sangat sibuk?" tanya Satria yang melihat Amiera terus berusaha menelpon suaminya.

"Iya, dia di luar kota," jawab Amiera sambil menundukkan kepalanya. Dia ingin menyembunyikan wajah penuh kecewanya dari Satria.

"Ya sudahlah, toh semuanya sudah berlalu. Yang penting sekarang kamu harus jaga kesehatan, ingat kamu masih punya Amel yang harus diurus," ucap Satria dengan senyum tipis di bibirnya.

Amiera menganggukkan kepalanya. 

“Jadi kamu tidak kunjung pulang karena ingin berduaan dengan lelaki itu?” Tiba-tiba Ibu mertua Amiera datang dan langsung menatap sinis ke arah Satria. 

“Ibu, mana Mas Bagas?” tanya Amiera sambil melihat keluar, berharap suaminya datang.

“Dia masih di luar kota. Aku datang bersama Luna,” jawab Ibu Bags ketus. 

Tak lam, Luna pun masuk. Dia langsung mendekati Amiera dan memeluknya.

“Aku turut berduka cita ya, Mbak,” ucap Luna.

“Terimakasih.” Amiera tersenyum walau dalam hati  sangat kecewa karena suaminya tidak datang.

“Apa Mbak Amiera sudah menelepon Mas Bagas?” tanya Luna dengan suara lembut.

“Sudah, tapi tidak diangkat.” Suara Amiera serak, menahan sedih dan kekecewaan.

“Coba aku bantu telepon,” ucap Luna lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Dia pun mulai menelepon dan tak lama, Bagas lanĝsung mengangkatnya. 

Luna tersenyum smirk, dia langsung mengatakan pada Bagas jika Ibu Amiera meninggal. Tapi yang membuat semuanya terkejut adalah, ada suara seorang wanita yang memanggil Bagas dengan begitu mesra. 

Luna yang saat itu menyalakan loudspeaker ponselnya pun langsung melirik ke arah Amiera. Dia segera mematikan ponselnya. 

Amiera menangis tersedu. Meski dia tidak ingin berprasangka. Tapi dia juga tidak bisa menahan pikiran buruk tentang hal itu. Wanita itu segera berlari ke kamar dan

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 34. Bimbang

    Bagas mondar mandir di depan ruang ICU. Karin yang duduk di bangku pun menatap pria itu tidak suka.“Apa kamu sangat menyayangi anak dalam kandungan pelacur itu?” tanya Karin dengan nada sinis.Bagas menatap Karin tidak suka. “Kamu seorang wanita, seandainya ini terjadi padamu, bagaimana rasanya?”“Oh, jadi sekarang kamu membandingkan dia dengan aku. Apa dia pantas? Dia hanya wanita yang aku bayar untuk membuat Amiera pisah denganmu,” ucap Karin dengan mata berkaca-kaca.Bagas terpaku saat melihat mata Karin berkaca-kaca. “Aku tak bermaksud begitu, Rin. Aku hanya ingin semuanya berjalan dengan baik.” “Jadi kamu tidak ingin meninggalkan wanita itu?” tanya Karin dengan tatapan nanar.Bagas kembali terdiam. Kebimbangan kembali menghampirinya.Melihat Bagas hanya diam, Karin mengusap air mata yang mulai mengalir di pipinya. “Baik, jika memang kamu tidak akan meninggalkan wanita itu, maka aku yang akan pergi.” Karin membalikkan badan dan beranjak pergi.Melihat Karin menjauh, hati Bagas

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 33. Pertengkaran Karin Dan Luna

    “Terima kasih sudah membelaku,” ucap Amiera saat mereka sudah berada dalam mobil. “Tidak usah berterima kasih, kamu adalah calon istriku, sudah sewajarnya aku bela.” Satria tersenyum manis, dia mencondongkan tubuhnya ke arah Amiera dan membuat wanita itu terkejut dan salah tingkah.“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Amiera dengan jantung yang berdegup kencang.q“Memakaikan sabuk pengaman,” ucap Satria sambil tersenyum.Amiera terdiam, dia mengira jika pria itu akan menciumnya, pipinya pun memerah.Satria menyalakan mobil dan segera mengantar Amiera pulang. Sedangkan Amiera, dia hanya diam sepanjang perjalanan. “Ra, bisakah kita menikah secepatnya?” tanya Satria saat Amiera akan turun dari mobilnya.“Apakah harus terburu-buru?” tanya Amiera sambil menundukkan kepala.“Aku takut kamu akan berubah pikiran dan meninggalkan aku.”Satria menatap wajah Amiera lekat, terlihat banyak harapan di wajah pria itu.“Tenanglah, aku bukanlah orang yang gampang berubah pikiran.” Amiera melepaska

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 32. Kesialan Bagas

    Bagas berjalan keluar dari rumah Karin, pria itu mengusap wajahnya kasar. Dia bingung harus melakukan apa. Saat ini dia tidak ingin kehilangan Karin, tapi dia juga tidak mau menggugurkan anak yang dikandung Luna. Dengan enggan dia masuk ke dalam mobil dan menyalakannya. Dia tak ingin pulang, belum sanggup untuk menghadapi Luna dan juga Ibunya. Ada sedikit rasa bersalah dalam diri pria itu pada Luna. Meski tak ada perasaan apapun pada wanita itu, tapi dia pernah tidur dengannya dua kali. Mungkin perasaan tidak ada, tapi bayi dalam kandungan itu adalah darah dagingnya.Titt …Hampir saja Bagas menabrak pejalan kaki yang sedang menyeberang. Membuat pria itu terkejut dan ngerem mendadak.“Apa kamu buta, gak lihat kalau lampu merah?” bentak wanita yang hampir saja dia tabrak.“Kamu yang jalan sembarangan.” Bagas turun dari mobil dan menyeret wanita itu ke tepi jalan dengan kasar.“Dasar pria bajingan.” Wanita itu mendorong Bagas dengan sekuat tenaga, membuat Bagas emosi. “Katakan siapa

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 31. Pernikahan

    Seminggu sudah berlalu, hari ini adalah hari di mana Bagas dan Luna menikah. Kediaman Bu Hera tampak ramai, karena mereka melaksanakan akad nikah di rumah.“Akhirnya kamu akan resmi menjadi bagian keluarga ini,” ucap Bu Hera sambil mengusap rambut Luna lembut. “Semua ini berkat kerja keras Ibu,” ucap Luna sambil bergelut manja di lengan Bu Hera.“Apapun keinginanmu, Ibu pasti akan berusaha untuk kabulkan.” Bu Hera tersenyum senang, dia pun membawa Luna untuk turun untuk melakukan ijab qabul.“Apa ijab qabul sudah bisa dimulai?” tanya penghulu pada Bagas.Bagas tidak menjawab, pria itu justru melamun. Entah apa yang saat ini dia pikirkan. “Pak, apakah sudah siap ijab?” penghulu kembali mengulangi pertanyaannya. “Sebentar, Pak.” Bagas berdiri dan meninggalkan ruangan itu, dia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menelepon seseorang. “Siapa yang kamu telepon?” tiba-tiba Bu Hera muncul di belakang Bagas.“Bu,kenapa kamu ada di sini?” Bagas terkejut dan langsung mematikan ponselnya.“

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 30. Bukan Penjual Mie Ayam

    Bagas membuka matanya pelan, pria itu memegangi kepalanya. Matanya berbinar saat melihat ada Ameira di sana. ‘Ra, kamu disini?” Bagas langsung ingin memeluk Amiera, tapi wanita itu langsung menghindar. “Kalau kamu sudah sembuh, lebih baik kamu segera pulang. Ibu dan dua kekasihmu pasti kebingungan mencari,” ucap Amiera.Bagas terdiam “Kepalaku masih pusing,” ucapnya sambil memegang kepalanya. Bagas pun melihat ke arah lain, di sana dia melihat ada Satria. Wajah yang tadinya berbinar pun berubah kesal.“Kenapa kamu ada disini?” tanya Bagas sedikit ketus.“Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu bisa ada di rumah orang tuaku?” Satria berdiri dan mendekat ke tempat tidur. “Orang tuamu?” Bagas terkejut, dia melihat ke arah Amiera, seolah ingin meminta wanita itu memberikan jawaban yang benar.Satria hanya mendengus kasar, kesal karena Bagas melihat ke arah wanita yang dia cintai. “Tidak usah bertanya pada Amiera, tanya saja pada ayah dan Ibuku, mereka siap memberi jawaban yang ben

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 29. Insiden Tak Terduga

    Semakin hari, hubungan Amiera dan Satria semakin dekat. Keduanya sering pergi bersama, baik itu bersama Amel atau hanya berdua saja.Kedekatan mereka tentu saja membuat Bagas kesal. Pria itu semakin menyesal karena telah menyia-nyiakan Amiera. Menyesal karena baru menyadari betapa dia mencintai ibu dari anaknya setelah dia benar-benar kehilangan. Seperti halnya hari ini. Bagas pulang bekerja dan ingin menemui Amel. Tapi saat sampai di rumah Amiera, pria itu justru melihat Amiera sedang duduk di teras rumah bersama dengan Satria dan Amel. Mereka bercanda tawa layaknya keluarga kecil yang bahagia.Tangan Bagas mengepal, menahan nyeri dalam hatinya. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi. Dia mengemudi dengan kecepatan tinggi.Brak …Tanpa sengaja Bagas menabrak gerobak mie ayam yang tiba-tiba menyeberang. Kepala pria itu berdarah karena membentur setir. “Ahh..Bagas memegang kepalanya, pria itu turun dari mobil dengan menahan kesakitan. “Apa Bapak baik-baik saja?” tanya Bagas pada Bap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status