Semalam setelah makan malam sendirian, Raya menelpon Liam, menanyakan kabar dan kegiatan putranya. Biasanya saat santai seperti ini Raya akan menemani Liam mengerjakan tugas sekolahnya bersama Raga yang selalu datang meskipun tak pernah di undang.
Raga akan datang sendiri. Dibanding di rumahnya, Raga lebih sering menghabiskan waktu di rumah mantan istrinya bersama putra mereka. Rumahnya hanya sekedar tempat singgah untuk tidur dan mandi.
Hari ini Sabtu, kantor mereka libur. Raya sudah bangun sejak habis subuh tadi. Menjadi single kembali bukan berarti membuat ia malas, apalagi ia tak mempunyai asisten rumah tangga, meskipun berkali-kali Raga menawarkan itu untuknya.Saat Raya sedang mengatur bunga-bunga kesayangannya, Raga baru saja membuka jendela kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya. Raga melihat mantan istrinya sudah cantik dan segar membuat ia buru-buru mandi untuk bergegas menghampirinya.Ia tak ingin di abaikan Raya lagi apalagi kemarin ia hanya memegang uang 200 ribu saja. Niatnya pagi ini ia akan mengajak Raya sarapan soto dekat taman favorit Raya.
"Selamat pagi adek....!""Hemm... ngapain ke sini, Maaf ya pagi ini nggak menerima tamu, meskipun tamunya mantan suami sendiri!" Raya membalas culas sapaan Raga."Adek, cari sarapan yuk. Soto ayam dekat taman sana, langganan adek!" Raga berusaha merayu Raya yang semakin sibuk dengan para bunga-bunganya."Males! Lagi nggak pengen soto!""Trus maunya sarapan apa dong? Inget ya dek, kamu nggak boleh telat sarapan kalo lambungnya kumat kayak dulu siapa yang bingung ngurusin?""Nggak ada yang bingung ngurusin. Udah deh nggak usah sok perhatian gini. Kan udah dibilangin urusan kita cuma pekerjaan sama Liam aja, selain itu jalan masing-masing!""Ya ampun Raya... kakak udah lapar banget ini. Kakak udah miskin sekarang uang kakak cuma cukup buat beli bensin aja, itu pun nggak full. Kamu lupa dompet kakak kamu yang pegang?"Seketika Raya teringat kejadian kemarin sore."Trus sekarang mau di balikin dompetnya. Kemarin aja bilangnya beli apapun yang kamu mau, belum juga ke kebeli udah di ambil lagi!""Bukan gitu sayang... kakak cuma mau ajak makan aja, urusan dompet kamu aja yang atur. Kakak rela ikhlas bener deh, yang penting kamu jangan ngambek-ngambek lagi sama kakak."Akhirnya Raya menerima tawaran Raga, tapi dengan satu syarat mereka harus pergi menggunakan sepeda motor lama milik Raga yang masih ada di bagasi Raya.Raya juga meminta Raga menemaninya belanja bulanan, membeli keperluan Liam, juga meminta sebuah oven baru. Akhir-akhir ini ia hobi berkreasi membuat kue.
Pokoknya hari ini ia akan mengeruk uang Raga.Raga jelas tak keberatan dengan permintaan mantan istrinya. Baginya semua itu tak ada apa-apanya dibanding rasa kecewa Raya dan putranya.Sebenarnya bisa saja ia langsung mengatakan jika ia ingin kembali lagi, tapi ia merasa belum waktunya. Selagi Raga masih bisa mengawasi Raya dan putranya tak ada halangan baginya.
****Raga berada di belakang Raya yang sedang memilih beberapa sayuran sambil mendorong troli mengikuti kemanapun mantan istrinya mau, sebenarnya ini sudah menjadi kebiasaan selama setahun belakangan ini, walaupun sudah mantan tapi Raga tetap ingin memberikan kehidupan yang layak untuk putra dan mantan istrinya, baginya ini adalah langkah awal untuk kembali pada mantan istrinya.Tadi setelah sarapan mereka kembali pulang dan berganti pakaian mengingat pasti belanjaannya tak akan bisa terbawa semua jika menggunakan motor Raga, apalagi Raya juga akan memilih oven yang pasti membutuhkan tempat yang lebih luas.Saat ini Raya tengah memilih beberapa sayuran dengan tenang sebelum ada suara memanggil namanya."Raya .... ini bener Raya kan anak jurusan hukum dulu?"Seorang perempuan dan pria bertanya pada Raya.Raga menoleh mengamati perempuan dan pria tadi. Tak merasa mengenalnya, ia pun diam saja, sedangkan Raya terbengong sambil mengingat siapa yang ada di hadapannya.
"Ngapain kamu di sini, kamu nggak inget sama aku? Vika, anak alam, kita pernah hiking bareng? Aku sepupunya Edo, senior kamu!"Raya membulatkan matanya, Vika dan Edo, saudara sepupu yang selalu menyusahkannya dulu. Saat masih maba, Raya memang sangat mencintai alam, ia bahkan rela tidur di hutan bersama kelompok pecinta alam yang ada di kampusnya."Ya ampun Vika, sama siapa kamu..? Ngapain di sini ?" Raya tampak heboh setelah mengingat Vika."Belanjalah...mumpung balik ke indo, btw kita ngobrol dulu yuk! mumpung ketemu di sini, kamu free kan sekarang?""Ya udah yuk! Ehh kak kita ngobrol-ngobrol dulu nggak papa kan ? kakak nggak kemana-mana kan hari ini?" Raya menoleh pada Raga.Raga mengangguk dan mendorong troli menuju kasir bersama suami vika, sedang mereka berdua sudah duduk manis di kafe sebelah swalayan.***"Jadi dia benar mantan suami kamu?" Vika bertanya pada Raya, ia nampak tak percaya dengan penuturan Raya beberapa saat lalu."Ya benarlah!! dia mantan suami aku, ayahnya anak aku Vik!""Miris banget hidup kamu, masih muda udah janda...tapikan kamu janda kaya ya...pasti gampang lah cari pengganti dia?""Belum kepikiran Vik, gimana mau cari ganti, orang tiap hari di kintilin terus sama dia, bayangkan 24 jam aku full sama dia!""Maksud kamu?""Aku kerja satu kantor sama dia, jadi sekretaris dia, trus dia beli rumah tepat di depan rumah lama kita, tiap hari dia datang ke rumah nengokin anak katanya!""Aneh banget! trus ngapain kamu di cerai kalo gitu?""Tau. Nyesel kali dia udah ngelepasin aku!""Tapi kamu nggak ada niatan buat balik lagi kan Ray?"Raya terdiam mendengar pertanyaan Vika."Belum tahu, ntar dulu masih sakit hati aku !"Raga menuju kafe setelah keluar menaruh belanjaannya, ia lalu duduk di sebelah Raya,sedang suami vika sedang menerima telepon di luar."Silahkan Mas Raga, saya ini temen kampusnya Raya dulu, cuma beda fakultas aja, kemarin pas Raya di singapura aku mau nyamperin kamu tahu Ray...eh kamu udah keburu balik ke indo!"Vika berkata seolah-olah tak terjadi apa-apa, Raga hanya tersenyum menanggapi dan menarik minuman bekas Raya, semua tindakan Raga tak luput dari pengawasan Vika.Vika merasa tampak tak asing dengan Raga, namun ia lupa kapan dan pernah bertemu dimana.Raga juga berbeda kali ini, jika saat Raya bertemu dengan teman-temannya ia akan menyesuaikan diri, tapi kali ini ia lebih banyak diam.."ya tadi yang marah-marah sama Liam tadi !” “ Tadi namanya Tante Gendhis , teman kerja ayah. “ “ Kalau tante itu teman kerja ayah kok dia nggak tahu Liam , ? “ “ Kan, Memang Liam sama tante gendhis nggak pernah ketemu, dia itu adiknya Om Cakra.” “ Om Cakra baik kok adiknya kayak mak lampir ! “ Liam masih menjawab seenaknya, ternyata ia masih menyimpan rasa kesal pada Gendhis. Raga jadi ragu untuk bertanya lebih detail permasalahan tadi, tapi jika tidak segera bertanya Raga takut Liam akan mengadu pada Raya karena jika liam mengadu pada Raya dia pasti bertambah benci pada Gendhis mengingat Raya dan Gendhis memiliki hubungan yang sangat tak baik dan sudah pasti Raga juga akan terkena amukan dari Raya. “ Jadi gimana awalnya kok tante Gendhis bisa marah-marah sama kamu ? “ “ Bentar habisin susu dulu ! “ Raga masih memperhatikan Liam yang sudah menyedot habis susu pisangnya dengan sangat semangat. “ Hah.. enaknya ! “ “ Jadi gimana awalnya ? “ “ Kan aku lari dari tama
Karena tak sabar ingin segera kembali pada ayahnya Liam bahkan tak memperhatikan kanan-kiri, Ia terus berlari sampai tiba-tiba terdengar suara seorang wanita kesakitan karena tertabrak olehnya. “ Aduh….. sakit !! “ Seorang perempuan dalam posisi terduduk sedang menjerit kesakitan. Liam yang masih kaget ia tetap terdiam dalam posisi tengkurap dan makanan yang di bawanya jatuh sebagian dari kantongnya. Semua orang yang sedang berada disitu nampak kaget mendengar suara jeritan perempuan tadi, terlebih yang mengalami kejadian tadi adalah cucu dan anak boss mereka. Para karyawan segera membantu Liam berdiri dan sebagian lagi memunguti makanan Liam yang jatuh tadi.Liam berdiri namun masih diam belum bisa menjawab pertanyaan para karyawan ayahnya yang menanyakan keadaanya, Nampaknya rasa kaget nya belum hilang , Ia di tuntun untuk duduk terlebih dahulu. “ Heh bocah kalau mau lari-larian jangan di sini, Di sini itu tempat orang kerja bukan arena bermain, Lagian kalau mau lari-larian
Raga dan Liam Di dalam ruangan wakil direktur ada ayah dan anak dengan kesibukan masing-masing, tak ada suara sejak tadi, keduanya sangat fokus dengan kegiatan masing-masing. Raga masih fokus dengan layar laptopnya dan Liam masih fokus dengan tabletnya. Sejak pulang sekolah tadi Liam merengek ingin ikut ayahnya bekerja, hingga akhirnya ia berada di sini sejak 2 jam lalu. Raga sudah pasti mengizinkan asal dengan satu syarat tidak boleh berisik saat ayahnya bekerja, lagipula Liam tadi sudah meminta supir kantor ayahnya untuk langsung di antar ke kantor saja, dengan begitu ia tidak perlu meminta izin pada pada sang ibu. “ Yah Liam lapar! “ Raga mengalihkan fokusnya pada laptop di depan nya dan menatap sang putra. “ Kamu tadi nggak di bekali mami ? ‘’ ‘’Udah habis, hari inikan pulang cepat jadi mama Cuma bekal jajan doang .” Raga menghela nafas kasar, sebenarnya ia pun merasa lapar dari tadi pagi ia hanya minum sereal sachet tanpa terlebih dahulu sarapan. Ia merogoh kantong cel
Cakra mendatangi Raga di kantor barunya, Ia masih tak terima dengan keputusan Raga yang tiba-tiba memutuskan sebagian kerja sama dengan perusahaan miliknya. Laki-laki bertubuh kurus itu meminta penjelasan karna merasa tak melakukan kesalahan pada perjanjian kerja sama yang mereka setujui."Silahkan pak!" Sekretaris Raga yang baru membuka pintu mempersilahkan Cakra masuk setelah sebelumnya sudah mendapat izin dari atasannya."Nggak usah basa-basi kamu tahu kan maksud kedatanganku kesini!" Cakra langsung pada inti permasalahan."Apalagi masalahnya? bukannya udah jelas alasannya apa?" "Kalau cuma itu alasannya aku yakin kerja sama kita masih bisa di lanjutkan Raga!""Sayangnya memang itu alasannya, kamu tahu sendiri posisi aku udah nggak mungkin menangani sendiri kerja sama ini, sedangkan kamu bilang sendiri kalo bukan aku yang handle sendiri kamu nggak mau lanjut karna pesimis akan gagal?""Kamu pikir aku percaya gitu aja, kita udah sering kerja sama bareng Raga dan ini bukan masalah
Acara tadi perpisahan Raga tadi siang berjalan lancar, hanya Raya saja yang tidak nyaman berada di acara itu, sebenarnya ia sangat pantas berada disana mengingat posisinya sebagai sekretaris Raga namun seseorang membuatnya sangat tak nyaman hingga ia meminta Raga untuk pulang terlebih dulu sebelum acaranya selesai.Ya bu Gendis orangnya, perempuan itu sangat mengintimidasi Raya bahkan sejak pertama kali Raya dan Raga datang, padahal Raya sudah mencoba tak mempermasalahkan masalah kemarin. padahal jika ia mau ia bisa saja mengadu pada ayahnya atau pada Raga namun ia tak melakukannya ia merasa bahwa masalah ini tak perlu di besar-besarkan.Tapi sepertinya bu Gendis memang menaruh dendam padanya, perempuan itu semakin menunjukkan hawa permusuhan padanya dan mulai saat ini Raya sudah memutuskan akan melawan apapun yang di lakukan bu Gendis padanya. Apalagi sekarang sudah tak ada Raga.***Posisi Raya di kantor masih sama meskipun sudah bukan Raga lagi yang menjadi atasan, katanya sih ada
2 hari berlalu sejak acara makan malam bersama kemarin Raya sudah sehat, Ia berniat akan kembali bekerja lagi besok karna sekarang hari minggu. Saat ini ia sendiri di rumah, Liam sejak tadi pagi sudah di jemput para kakek yang sudah janjian untuk memancing bersama.Sekarang ia kebingungan mencari dimana ponselnya berada seingatnya ia sudah tak pernah memegang benda pintar itu sejak ia merasa pusing di kantor dulu. Apa jangan-jangan ketinggalan di meja pikirnya, sudah lelah mencari akhirnya ia memutuskan menelpon Raga."Halo kenapa dek?""Kakak belum bangun?" "Hemm..!""Kakak lihat hp aku di meja kantor nggak, di rumah aku cari-cari nggak ada?""Apa? hp ya...?""Iya kak! kakak ada lihat nggak?''"Itu..e--enggak dek! udah nanti agak siang kakak mau ke kantor nanti kalo ada kakak bawain sekalian!""Ngapain hari libur ke kantor? kakak jangan bohong deh lagian mau ke kantor sama siapa coba?""Kamu lupa kalo mulai besok kakak udah pindah ke pusat? hari ini anak-anak kantor minta kakak ngu