Share

bab 5

***

Setelah pertemuan Raya dan Vika kemarin, Raga nampak berpikir keras berusaha mengingat kembali siapa Vika. Namun sepertinya untuk saat ini daya ingatnya belum bisa di ajak kerjasama.

Hari ini masih hari libur bekerja, semalam seusai makan malam Raga meminta Raya untuk menemaninya menjemput Liam di bandung. Putranya sudah menerornya untuk minta di jemput.

Liam tak ingin pulang bersama Oma dan Opanya karena mereka masih lama di peternakan dan lagi Liam sudah mendapatkan apa yang dia mau.

Pukul 10 siang Raya sudah bersiap di teras rumah Raga, menunggu Raga yang entah sedang menyiapkan apalagi.

"Kak....lama banget sih!" Teriak Raya dari teras.

"Iya bentar ini lagi cari sepatu, aku cocoknya pake sepatu yang mana dek?"

Raga menghampiri Raya sambil membawa 2 pasang sepatu. Raya mendongak melihat tampilan Raga, cukup terkesima sebenarnya tapi ia harus pandai menutupi kekagumannya terhadap mantan suaminya itu.

"Yang putih aja, lagian kan yang navi udah sering banget di pake, nggak takut tiba-tiba jebol pas lagi buat jalan?"

"Ya nggak mungkin jebol lah, ini sepatu mahal dek, kualitasnya nggak main-main?"

Raga duduk di bawah undakan teras dan menggunakan sepatu pilihan Raya.

Ia cukup senang Raya masih mau memilihkan apa yang menurutnya cocok untuk Raga. Setelah semuanya siap mereka berangkat ke Bandung.

Sebenarnya orang tua Raya ini cukup kaya, mereka mempunyai beberapa peternakan sapi dan unggas di beberapa daerah mereka juga mempunyai usaha produksi beras terbesar di jawa. Namun semua itu tak bisa menghentikan niat Raya untuk memiskinkan Raga, baginya Raga harus miskin itu adalah janji Raya untuk dirinya sendiri.

"Nanti kita nginep nggak ya?" Raga memecah kesunyian setelah hampir 15 menit Raya asik dengan ponselnya.

"ya nggak dong kak! besok udah masuk kantor, lagian emang kakak mau besok ada gosip di kantor tentang kita?"

"Gosip apa coba?"

"Bos dan sekretaris mantan suami istri kompak tak masuk kerja di waktu yang sama!" Raga tertawa mendengar ucapan Raya.

"Belum lagi si kesayangan kakak pasti makin berulah kalo tahu kita nggak kerja bareng?"

"Kesayangan siapa sih?"

"Siapa lagi kalo bukan bu Gendis, perempuan paling cantik,sempurna dan bisa segalanya!!

Raga makin terpingkal mendengarnya .Raya ini sebenarnya sama seperti dirinya cemburu tapi malu untuk mengakui.

"Nggak ada yang sempurna selama kamu yang jadi sekretaris aku, udah nggak usah pusing mikirin bu Gendis, dia kan memang kalah cantik sama kamu!"

Raya mendengus mendengar rayuan Raga.

"Kalo cantik udah dari dulu, sebelum nikah pas nikah bahkan udah jadi janda aku tetep aja cantik!" Raya berkata dengan percaya dirinya yang tinggi.

"Iya kamu yang paling cantik sejak dulu sampe sekarang bahkan nanti kalo ada adeknya Liam, anaknya Liam kamu tetep yang tercantik, mau jadi nenek-nenek juga kamu paling cantik"! Raga meneruskan Rayuannya.

"Apaan tuh maksudnya adeknya Liam, kakak mau aku nikah lagi gitu?"

"Ya kenapa enggak ,kita nggak mungkin begini terus kan dek..?"

"Kalo nggak begini kakak maunya kayak gimana?"

"Ya harus berubah, kamu nikah lagi aku juga nikah lagi, Liam bakal punya adek lagi!"

Mendadak Raya tak bisa berpikir ia diam beberapa saat, jadi selama ini Raga masih bertanggung jawab seolah-olah masih suaminya karna Raya belum menemukan pengganti Raga.

Bagai abg labil yang patah hati Raya terdiam bersandar menatap keluar kaca, Raga tersenyum melihat perilaku Raya.

Raga sudah berpikir pasti Raya memikirkan ucapannya, ia pasti mengira jika ia ingin Raya menikah lagi dengan yang lain, namun ini adalah akal-akalan Raga saja, mana mau dia jika Raya menikah dengan pria lain, sampai kapanpun Raya akan tetap jadi miliknya.

Hanya saja Raga ingin memastikan perasaan Raya padanya, karna sejak awal perceraian bukan bujukan atau tangisan yang Raya berikan akan tetapi ia nampak bahagia tanpa beban apapun, semua itu membuat Raga berpikir jika Raya tak pernah mencintainya ia hanya menuruti keinginan orang tuanya juga orang tua Raga.

2 jam perjalanan penuh kebisuan, akhirnya Raga memutuskan untuk berhenti dan mengajak Raya turun di sebuah restoran untuk makan siang mereka. Awalnya mantan istrinya itu menolak dengan alasan sebentar lagi mereka sampai, tapi Raga beralasan jika perutnya sudah lapar dan ingin istirahat sebentar, mau tak mau Raya ikut turun mengikuti kemauan Raga.

"Jangan cuma di aduk dong mie nya, keburu nggak enak nanti, keburu dingin!!" Raga memperhatikan Raya yang sejak tadi nampak tak nafsu makan.

Raya diam tak menyahuti ucapan Raga, Ia nampak malas bahkan untuk mendongakkan kepalanya.

"Kamu mau makan apa sih sebenarnya, di tawarin ini itu nggak mau, suruh milih sendiri makah nggak makan?"

"Ya kan tadi aku udah bilang kalo langsung aja, ngapain mampir segala sih? lagian perjalanannya tuh tinggal 20menitan sampe!" Raya berucap dengan ketus.

"Kan kakak laper dek..! tadi pagi cuma sarapan roti doang loh, kamu juga pasti dari pagi nggak makan kan? ";

"Udah lah...cepetan habisin kak, aku mau cepet sampe rumah, pengen rebahan aku tuhh!!"

"Ya kan dari tadi nungguin kamu habisin makanan, bukan kakak! kamu nggak sadar 30menit di sini cuma nungguin kamu!"

Raya tersadar lalu menatap sekeliling mejanya,benar juga piring Raga sudah bersih pun dengan gelas minumannya, bahkan beberapa camilan seafood yang di pesannya juga tinggal sedikit.

Menyadari hal itu Raya bangkit menyampirkan tasnya dan menuju kasir, Raga pun bangkit mengikuti Raya.

"Udah nggak usah ngambek terus, nggak enak nanti mama sama papa lihat, apalagi Liam, ntar di kira aku ngapa-ngapain kami lagi!"

Raya tak menggubris omongan Raga, dalam hati ia berjanji Raga akan menerima pembalasan karna ulahnya, ia akan memanfaatkan Liam seperti biasa, memangnya hanya Raga saja yang bisa menarik ulur hatinya, tunggu saja nanti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status