Share

8. The Lucky One

Hola, happy reading and enjoy!

Chapter 8

The Lucky One

Yenny Su, wanita berusia dua puluh lima tahun itu mengemasi kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerjanya, keletihan terlihat di wajah cantiknya dan beberapa kali pemilik rambut sebahu itu menghela napas dalam-dalam lalu bergegas keluar dari ruang kerjanya.

Membangun perusahaan rupanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selama empat tahun, entah berapa kali kegagalan yang dialami hingga dirinya nyaris menyerah. Beberapa kali bisnis kecantikan yang dibangun berada di ambang kebangkrutan dan terseok-seok pertumbuhannya.

Namun, sekarang semuanya terbayarkan karena bisnis produk kecantikan kulit yang digelutinya menjadi salah satu produk yang paling dicari di Tiongkok. Itu semua tentu saja berkat kegigihannya juga dukungan penuh dari ibunya.

Ibunya adalah wanita yang luar biasa penyayang, wanita terbaik yang pernah Yenny temui sepanjang hidupnya. Sebagai putri satu-satunya keluarga Bao, seharusnya Yenny tidak perlu bekerja keras membangun perusahaan sendiri mengingat banyaknya bisnis yang dimiliki oleh keluarga itu. Sayangnya di keluarga itu, dirinya hanya anak angkat yang diambil dari panti asuhan.

Jika nyonya Bao memperlakukannya dengan baik sebagaimana putrinya sendiri, tidak dengan Tuan Bao. Ayahnya itu bersikap dingin padanya, bahkan tidak mengizinkannya memakai nama keluarga Bao. Yenny menggunakan nama keluarga ibunya dan hal itu sebenarnya sangat tidak mengenakkan di mana dirinya sering dicemooh oleh teman-temannya saat duduk di bangku sekolah.

Konon keluarga Bao mengadopsi anak karena lima tahun pernikahan Tuan dan Nyonya Bao tidak kunjung memiliki keturunan. Kemudian beberapa kerabat memberikan saran untuk mengadopsi anak dengan keyakinan dapat digunakan untuk memancing keturunan. Namun, faktanya hingga dua puluh tahun usia pernikahan mereka, orang tua angkatnya itu tidak kunjung mendapatkan keturunan meskipun segala cara telah dilakukan melalui cara modern dan tradisional.

Ibu angkatnya bahkan sampai sekarang masih mengonsumsi tonik yang konon resepnya berasal dari ramuan kekaisaran kuno.

Kenapa tidak menyerah saja?

Yenny sering berpikir begitu karena usia ibu angkatnya kini tidak muda lagi, empat puluh delapan tahun bukan usia yang aman untuk melahirkan. Dan jika usahanya untuk memiliki anak sendiri berhasil, bukankah terlalu berisiko karena mungkin tidak akan dapat menyaksikan anak kandungnya dewasa dan mewarisi kekayaan keluarga Bao. Anak itu akan menjadi yatim piatu di saat masih sangat muda.

Yenny memasukkan kertas yang telah tersusun rapi ke dalam laci di bawah meja kerjanya lalu memeriksa jam di pergelangan tangannya. Satu jam lagi ia harus berada di kediaman Nenek Li dan tidak boleh terlambat meskipun hanya satu detik. Sulit sekali mengambil hati wanita itu meskipun wanita tua itu terlihat baik di depannya.

Nenek Li menjodohkan cucunya dengan keluarga Bao dan tidak memandang asal usul Yenny bisa dibilang merupakan tindakan yang luar biasa. Desas-desusnya sih, cucu satu-satunya di keluarga Li sudah berulang kali menolak perjodohan yang diatur oleh keluarga mereka hingga akhirnya nenek Li menjodohkannya dengan putri keluarga Su.

Bagaimana cucunya bisa menolak? Keluarga Li dan keluarga Su masih memiliki pertalian keluarga meskipun jauh, juga banyaknya bisnis yang terjalin di antara mereka sepertinya benar-benar membuat Tian tidak berkutik. Kemudian hubungan bisnis keluarga Bao dengan keluarga Li yang saling membutuhkan juga menjadi salah satu faktor yang tidak kalah penting.

Apa pun alasannya, bagi Yenny tidak masalah. Yang penting ia bisa masuk ke dalam keluarga Li dan memiliki nama keluarga Li. Ayah angkatnya tidak mengizinkannya memiliki nama Bao, tetapi kelak jika dirinya telah menyandang nama keluarga Li dan pastinya perusahaan akan diwarisi menantu angkat mereka. Artinya, dia juga menjadi pemilik. Dan Yenny bersumpah akan membalas sikap dingin ayah angkatnya itu nanti.

Sekarang hal terbaik adalah fokus mengambil hati Nenek Li dan tentunya juga hati cucunya yang tampan bak dewa dari film fantasi Tiongkok. Yenny merasa hidupnya terberkati dan seperti kisah dalam dongeng.

Dilahirkan entah dari perempuan mana yang tega membuangnya ke panti asuhan kemudian diadopsi keluarga kaya raya dan dinikahi oleh pangeran tampan yang memiliki segalanya. Ia yakin, seluruh wanita di Tiongkok bahkan di muka bumi merasa iri padanya.

Ketika tiba di kediaman Nenek Li, Yenny mendapati wanita tua itu sedang menyulam seperti biasa. Jika kebanyakan wanita dari keluarga kaya di Tiongkok memiliki kebiasaan mengisi waktu luang mereka dengan bermain Mahyong, atau go sepertinya tidak dengan Nenek Li karena setiap kali Yenny datang ke sana, wanita tua itu selalu sedang memegang alat menyulam.

"Nenek," sapa Yenny seraya membungkuk memberikan tanda hormat.

Nenek Li mengangkat kepalanya. "Kemarilah," ujarnya.

Yenny mendekat dan tersenyum. "Nenek, bagaimana kabarmu?"

Nenek Li meletakkan jarum di atas kain sulamnya dan menempatkannya di pangkuannya. "Kabarku sangat baik. Apa yang kau bawa?" tanyanya seraya matanya beralih ke kantong belanja di tangan Yenny.

Ibunya mengatakan, salah satu adab yang harus diperhatikan saat berkunjung ke rumah tetua adalah membawakan buah tangan. Jadi, Yenny singgah di toko obat-obatan herbal dan membeli teh.

"Saya membawakan teh untuk Anda," jawab Yenny seraya meletakkan kantong belanjanya ke atas meja. "Saya harap Nenek menyukai tehnya."

Nenek Li mengalihkan pandangannya ke kantong yang diletakkan Yenny ke atas meja, ia membetulkan letak kacamatanya dan membaca tulisan tertera di kantong belanja yang terbuat dari kertas, wanita tua itu justru merengut.

"Nenek, saya tidak tahu teh apa yang Nenek suka. Jadi, saya membeli teh oolong," ucap Yenny lagi.

Teh yang Yenny beli adalah oolong narcissus wuyi, teh itu berasal dari negeri mereka dan menjadi salah satu teh termahal di dunia. Yenny pernah membawakan ramuan herbal dan tonik sarang burung walet. Semua dibeli dari toko yang sama, dan toko itu hanya menjual barang-barang berkualitas tinggi dengan harga yang hanya bisa dijangkau masyarakat kelas atas.

"Jangan menghamburkan uang untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan," ujar Nenek Li seraya memberikan kode kepada Yenny agar duduk.

Harga teh oolong tersebut mencapai 42.000 Yuan perkilogram, tetapi dalam satu kemasan mungkin hanya berkisar beberapa puluh gram. Yenny tidak merogoh uang terlalu banyak untuk itu, juga mengingat minum teh merupakan kebiasaan yang menyerupai kebutuhan di tempat mereka, Yenny menganggap ucapan Nenek Li hanyalah basa-basi.

"Nenek, itu hanya teh biasa, tidak terlalu mahal," ujar Yenny.

Nenek Li menghela napas pelan kemudian memanggil pelayan di rumah itu. "Bawa masuk barang itu," titahnya kepada pelayan.

Yenny meringis di dalam benaknya. Bukan pertama kali Nenek Li hanya menyuruh pelayan untuk memindahkan buah tangan yang dibawanya, belum pernah sekali pun Nenek Li membuka di depannya.

Namun, biarkan saja. "Nenek, ada apa kau memanggilku ke sini?"

Nenek Li melepaskan kacamata bacanya. "Aku ingin mendengar seberapa jauh persiapan kalian untuk menggelar pertunangan resmi."

Tian telah mengatakan kepada neneknya jika semua urusan pertunangan diserahkan kepada Yenny sehingga wajar jika Nenek Li kemudian bertanya padanya, bukan bertanya kepada cucunya. Tempat dan tanggal sebenarnya bukan masalah, mereka bisa menggunakan gedung mana saja karena ada banyak properti yang mereka miliki. Yang jadi kendala adalah ia belum menemukan desainer gaun yang cocok.

Yenny berdehem pelan dan menjepitkan sejumput rambutnyanya ke belakang telinga. "Kami belum menentukan tanggalnya karena dalam beberapa bulan ini kami sama-sama memiliki jadwal pekerjaan yang sangat padat."

"Belum menentukan tanggalnya?" Alis Nenek Li berkerut cukup dalam. "Kalian ini bagaimana? Pertunangan resmi kalian harus segera diumumkan dan kalian belum menentukan tanggal? Lalu apa saja yang kalian lakukan selama ini?"

Jelas Nenek Li tidak tahu jika Yenny sebenarnya sedikit mengulur waktu agar pertunangannya berjalan lebih lama-agar dirinya memiliki waktu untuk mendekati Tian sebelum mereka bertunangan. Tian mencetuskan pertunangan palsu, pernikahannya juga pasti palsu. Namun, tidak dengan Yenny.

Kesempatan tidak datang dua kali. Bayangan kehidupan yang sempurna di masa depan tidak akan dilepaskan. Meskipun pernikahannya diatur orang tua angkatnya, ia bersyukur karena pria pilihan itu adalah Christian Li. Dengan ketampanan dan kekayaannya, tidak sulit bagi Yenny untuk jatuh cinta pada pria itu.

"Aku ingin pertunangan kalian dilaksanakan secepatnya dan pernikahan harus dilaksanakan sebelum festival perahu naga," ucap Nenek Li.

Peh Cun atau festival perahu naga jatuh di bulan lima, itu berarti karena tahun baru China sudah di depan mata, mereka hanya memiliki waktu tiga atau empat bulan untuk mempersiapkannya.

"Apa itu tidak terlalu cepat?" tanya Yenny dengan hati-hati.

"Niat baik harus segera disegerakan. Kalian sudah beberapa kali bertemu dan cucuku tidak mengeluhkan apa pun tentangmu." Nenek Li bangkit dari kursinya. "Kurasa dia bisa menerimamu sebagai calon istrinya."

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan Rate!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

🍒♥️🥰

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status