Share

Part 5 : Desa Pontang

Setelah aku selesai mandi, kami segera berangkat menggunakan kereta kuda. Walau ini dunia sihir, namun sepertinya lebih maju dari bayanganku. Rumah dengan atap seng, lalu kereta kuda ini, sudah menggunakan ban dari besi dan karet, dilengkapi per seperti truk. Walau sisi kiri dan kanannya hutan lebat, tapi jalanan di sini sudah dikeraskan menggunakan beton semen.

"Sering ada monster yang menyerang pemukiman?" aku bertanya agar tidak bosan karena paman Robert mengendarai dan aku duduk di bagian belakang.

"Biasanya tidak ada, tapi beberapa hari yang lalu kami kehilangan ternak lalu hari berikutnya ada yang memergoki serigala yang mencurinya. Kami takutnya jika para serigala itu sampai menyerang warga lagi," Robert.

"Memangnya tidak bisa kalian usir sendiri? kan hanya serigala,"

"Mau dilawan pun tidak mungkin sanggup, mereka bukan serigala biasa tapi monster tingkat atas,"

"Ehh jadi bukan serigala biasa?" hmm betul juga sih, gurita saja bisa sebesar itu.

"Tentu bukan, ras werewolf, mereka yang dari dulu menjaga hutan ini. Jadi saya mohon jangan sampai membunuh mereka." Dia melihatku sambil tangannya memohon.

"Jadi? Aku harus ngapain?"

"Saya mohon, mereka sudah menjauhkan kami dari para monster, selama ada mereka kami tidak diserang monster lain." Robert melihat ke arahku lagi dengan tatapan memelas.

"Sulit juga, apa kerajaan tidak ada pasukan pembasmi monster atau para petualang seperti itu?"

"Ada, namun mereka bertindak setelah ada laporan,"

"Hmm, aku tidak janji untuk tidak membunuh mereka, tergantung situasi yang akan kita hadapi nanti." Aku menyandarkan kepala di bagian depan karena bingung harus bagaimana.

"Baiklah,"

"Aku tinggal tidur dulu paman, bangunkan kalau hampir sampai."  Aku merasa bosan di perjalanan, karena jalannya sudah mulus dan juga cukup nyaman untuk tiduran. Katanya tidak sampai satu jam sudah hampir sampai. 

"Wooh luas sekali ladang kedelainya,"

Terlihat dari atas bukit, desa Pontang dengan luas yang melebihi desa nelayan. Desa itu dikelilingi oleh lahan pertanian kedelai sebagai komoditas utama.

"Dulunya desa ini sangat miskin, pajak yang diberikan kerajaan sangat tinggi, banyak yang kelaparan, anak anak banyak yang diculik untuk dijadikan budak. Namun sekitar 35 tahun lalu Raja digulingkan dan wilayah kerajaan ini menjadi bagian dari negara Danirmala," Robert menceritakan sejarah desanya.

"Oh, jadi saat ini sudah diambil alih kerajaan lain?" Aku pindah duduk di samping pak Robert, kusir yang lagi mengendarai kuda.

"Iya, namun kerajaan Lamris tidak dibubarkan, hanya saja di bawah kepemimpinan negara Danirmala. Awalnya pajak dihilangkan, perbudakan dilarang dan dibuatkan pula jalan yang menghubungkan antar desa, lalu kami diajarkan cara bertanam dan beternak,"

  "Ehh,

 jadi tidak dipungut pajak lagi?" Aku kaget, bagaimana jalannya negara tanpa itu.

  "Pada saat itu tidak, namun pajak sekarang lebih tinggi dari saat itu. Tapi karena kondisi kami yang lebih maju, jadi tidak begitu masalah,"

"Luar biasa sekali, siapa pemimpin negara Danirmala?"

"Pada saat itu ada 4 sosok yang dipuja sebagai dewi, beliau Ratu dari masing-masing ras Elf, Druid, Peri dan yang satu lagi rumornya dari ras manusia yang abadi,"

"Abadi? Jadi sudah hidup sangat lama?"

"Saya kurang tahu untuk itu, sedikit sekali informasi tentang beliau, tidak pernah ada yang tahu nama dan wajah beliau semua,"

"Jadi mereka hanya mitos?" 

"Bukan, beliau semua benar-benar ada. Beliau muncul hanya disaat saat penting saja dan itu memakai jubah dan topeng." Sambil memperagakan topeng.

"Ohh mereka adalah 4 sosok suci yang dipuja?"

"Sekarang menjadi 6, kabarnya keturunan vampir murni dan naga legendaris,"

"Ehh bagaimana bisa naga?"

"Menurut rumor yang beredar, sebenarnya ada Raja negeri ini namun sama sekali tidak ada yang mengetahui kebenarannya,"

"Lalu apa hubungannya dengan naga?"

"Apabila Naga menjalin kontrak, maka akan berevolusi menyerupai manusia dan bukan orang sembarangan yang bisa melakukannya,"

"Sebentar dulu, kalau setelah dia memimpin, negara ini menjadi lebih maju dengan teknologi yang bisa dibilang modern untuk dunia ini, berarti bisa jadi dia reinkarnator sepertiku," ucapku dalam hati.

"Ohh atas dasar itu bisa di ambil kesimpulan ada Raja di balik layar?"

"Iya seperti itu,"

"Tapi kan bisa jadi para Ratu terdahulu yang melakukan kontrak,"

"Ehh benar juga." Paman Robert melihat ke arahku dan terlihat bingung.

...

"Selamat datang di desa Pontang, mari istirahat dulu di rumah saya." Saat kami sampai, ternyata sudah ada yang menyambut kami.

"Terima kasih banyak,"

Rumah di desa ini tidak berbeda dari desa nelayan, suasana di tengah hutan saja yang menjadi perbedaannya. 

"Ini istriku Dita, kau harus merasakan masakannya." Paman Robert memperkenalkan istrinya yang terlihat lebih muda darinya.

"Tuan muda ini yang jadi pahlawan di desa nelayan?" Wanita tadi mendekatiku.

"Iya, aku pun awalnya tidak percaya bahwa dia semuda ini,"

"Bakat yang luar biasa," 

"Saya tidak sehebat itu kok,"

"Kalau begitu mari tuan, sudah saya siapkan hidangan." Mereka menyuruhku untuk segera masuk ke rumah. Setelah masuk ke ruang makan, aku lihat makanan yang sangat tidak asing bagiku.

"Ehhh tempe dan tahu?"

"Iya olahan dari kedelai yang cara pengolahannya diajarkan oleh para Elf yang diutus langsung Ratu Danirmala, bahkan beliau langganan dari desa ini." Dita sambil menyajikan hidangannya.

"Mmm tempe goreng, ahh pas banget ada sambal cabai." Aku lihat ternyata ada juga sambal cabai tersaji di depanku.

"Oh, jadi anda tau cara makannya ya? Warga kami awalnya tidak tahan pedas, namun sekarang kurang lengkap kalau tidak pedas," Robert

"Lebih nikmat memang kalau ada sambal, apalagi kalau dibuat tempe mendoan,"

"Mendoan? Apa itu?" mereka terlihat bingung.

"Gorengan tempe seperti ini, namun dengan irisan lebih tipis dan digoreng tidak terlalu lama jadi tekstur masih lunak,"

"Baiklah akan saya akan mencobanya, silahkan disantap terlebih dahulu." Dita pergi menuju dapur.

Tidak lama kemudian Dita membawa mendoan yang aku bilang tadi.

"Apakah seperti ini?" Sambil menunjukkan hasil gorengannya dan segera aku ambil.

"Mmmm benar sensasi setengah matang ini." Aku mencobanya.

____

[Yang mulia, ada laporan dari kepala desa Pontang bahwa tuan Al sudah berada disana,] seorang cewek dengan pakaian ketat serba hitam dan topeng. Dia adalah pemimpin pasukan ASU di bawah kendali Violet. Dia melapor menggunakan telepati dari hutan desa Pontang.

[Terus saja awasi!] Violet

[Baik Yang Mulia,]

..

[Erin, tuan Al sudah di posisi, kerahkan anak buahmu!] Violet berada di atas pohon yang sangat besar dan tinggi, terlihat hamparan hutan dan lautan yang luas.

[Wokey,] Erin 

..

Hutan serigala yang berada di atas pegunungan Goromo. Di bawah pepohonan pinus yang besar-besar ada lapangan luas, di samping itu terlihat ada pemukiman yang mirip perumahan.

"Segawon!" Erin berada di depan pasukan serigala.

"Siap Yang Mulia." Serigala yang paling besar berubah menjadi wujud manusia dan berlutut di depan Erin.

"Lakukan sesuai perintahku, awas kalau tidak dapat!" Erin

"Siap yang mulia,"

"Maaf menyela Yang Mulia, izinkan saya memimpin pasukan ini." Berbeda dari Segawon yang memiliki wujud manusia seutuhnya, dia ini masih memiliki ekor dan telinga serigala.

"Alpha, lalu siapa yang mengawasi pasukanmu? Sudah ada tugasnya masing-masing, Selen saja tetap mau mengawasi dari jauh sebagai pemimpin ASU," Erin memarahinya.

"Baik, maafkan hamba Yang Mulia," Alpha terlihat lesu tapi tetap mematuhi perintah Erin.

"Woy demon labil, bagaimana denganmu?" Erin berteriak ke arah pria yang matanya hitam.

"Tenang saja yang mulia, tugas ini mudah bagi saya." Demon yang bermata hitam dengan garis merah menyilang di matanya. Berbeda dari para serigala yang berlutut, demon ini hanya menundukkan kepalanya dengan tangan berada di dadanya. 

"Awas kalau membuat masalah lagi, nanti aku yang kena getahnya. Kalau Al sampai tau, kau pasti akan kena ganjarannya!" Erin lalu menjentikkan jarinya dan membuat gravitasi di sekitar demon itu menjadi sangat berat. Demon tadi tidak kuat menahan gravitasi dan jadi merangkak.

"Baik Yang Mulia, tidak akan saya lakukan kesalahan yang ke-dua kalinya," jawabnya dengan santai.

"Kedua!? Sudah 2 kali kau membuat kesalahan!" Erin mendekatinya sambil mengeluarkan kuku jarinya dan meletakan di dagu demon itu. Demon itu terpaksa mendongak ke arah Erin yang sedang menatapnya dengan mata merah menyala.

"Baik, saya mengerti," jawab demon itu masih dengan santai.

Erin melepaskan sihirnya lalu menjentikkan jari lagi, lingkaran sihir sangat besar mengitari mereka semua. 

Casssh cassh cringg

Ternyata sihir teleport berskala area yang digunakannya. Semua orang kecuali Erin dan Alpha sudah dipindahkan menuju hutan desa Pontang. 

____

Setelah makan, kami beristirahat sejenak sampai menjelang sore.

"Karena para serigala itu menyerang saat malam hari, untuk saat ini apakah tuan mau saya ajak untuk berkeliling desa?" ajak Robert.

"Tentu saja!" aku iyain saja daripada diam saja di sini, aku merasa canggung kalau berdiam diri tapi tidak di rumah sendiri. Robert mengajakku berkeliling desanya dan menjelaskan bagian desa. Setelah itu, kami menuju pertenakan yang diberi jarak puluhan meter dari desa. Kandang ternak dijadikan satu membentuk bangunan yang panjang.

"Lumayan luas juga ternyata, jadi ternak apa yang kalian punya?"

"Kami memelihara sapi, kambing dan kerbau, mereka sarankan itu karena banyaknya ladang rumput di sekitar sini. Ampas hasil pembuatan tahu juga digunakan sebagai pakan," Robert

Tidak ada bedanya ternak di sini sama dunia asalku. Di samping kandang ada padang rumput yang cukup luas, tepat di pinggir hutan yang lebat.

"Bagus sekali diberi jarak dari pemukiman untuk mencegah gangguan. Ehh tunggu sebentar, bahkan feses pun dimanfaatkan untuk gas rumah tangga?" Aku lihat di belakang kandang ada septic tank dan di atasnya ada bambu untuk menyalurkan gasnya.

"Gas? Itu pasokan sihir untuk menyalakan lampu dan kompor," jawabnya.

"Kok sihir?"

"Iya hasil penguraian dari feses berubah menjadi sihir, begitu pula dengan fosil hewan atau monster yang sudah terurai oleh tanah,"

Lah, jadi kalau di dunia ini fosil tidak berubah jadi minyak bumi namun berubah menjadi sihir.

Tiba-tiba aku merasakan aura sihir yang cukup besar dari arah hutan. Setelah aku lihat, ternyata ada sekelompok serigala yang sedang berbaris di pinggir hutan. Aku gunakan pendeteksi untuk mengetahui berapa jumlah serigala itu, aku dikagetkan oleh energi aneh di atasnya yang berkumpul menuju suatu tempat. Saat aku lihat arah energi itu, ternyata ada yang mengendalikan serigala.

"Ehh hantu tengkorak?" ada tengkorak yang berdiri sambil memegang tongkat, matanya menyala dan menyadari bahwa aku mengintainya.

"Ada apa tuan?" tanya Robert kaget.

"Itu, para serigala ternyata dikendalikan oleh tengkorak." Aku menujuk ke arah hutan.

"Tengkorak? Maksud anda undead?"

"Ohh, jadi ada makhluk seperti itu juga?"

"Kalau sampai bisa mengendalikan kawanan werewolf berarti itu undead tingkat atas,"

"Baiklah aku akan mendekat ke sana, paman Robert di sini saja," lebih baik aku datangi saja daripada mereka datang kemari dan membahayakan warga di sini.

"Berhati-hatilah, saya akan segera beritahu warga untuk membantu." Paman Robert berlari menuju desanya.

Saat teleport di dekat kawanan werewolf itu, aku langsung diserang. Gerakan mereka sangat cepat, aku hanya bisa menghindar menggunakan teleport dan penghalang.

Slash slash slash 

Serangan dari para serigala silir berganti ke arahku. Untung saja sudah berlatih dengan paman Bob, reflekku sekarang jadi jauh lebih baik.

"Aku di sini mau membantu kalian!" teriakku, nsmun mereka tetap saja menyerangku, untung saja serangan mereka masih bisa aku hindari.

"Auuuuuuuuu," terdengar suara lolongan yang sangat keras, para serigala itu mundur dan muncullah satu serigala yang sangat besar.

Suuuuuut Cetas

Serangan serigala itu sangat cepat mengenai penghalang di depanku, betapa kagetnya aku tiba-tiba saja dia menyerang.

"Woy aku tidak mau menyerang kalian!" 

"Lah iya mereka kan monster kenapa aku ajak bicara?" batinku.

Mereka kembali menyerang secara serentak dan lebih cepat. Dengan kecepatan itu, kalau aku tidak memiliki teleport, pasti aku sudah dicabik-cabik nya. 

"Sial! Harus aku hilangkan efek kendali sama pemimpinnya itu duluan. Tapi akan sulit kalau menyerang tengkorak itu sebelum mereka lepas. Haduh, mana aku harus menyelesaikan tanpa membunuh para serigala," gerutuku.

Energi sihir yang ada di atas mereka aku serang menggunakan pemotong dimensi, namun tidak berefek sama sekali. Aku teringat dengan sihir penghalangku, lalu aku coba buat penghalang yang mengitari semua kawanan serigala. Padahal niatku hanya mengurung para kawanan serigala, namun ternyata malah membatalkan sihir pengendalinya.

"Tuan Al?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ghina26nada
sampai bab akhir ini belum terasa gregetnya sih dari cerita ini semoga berikutnya aku dah dpt sensasi itu. selamat berkarya terus ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status