Home / Fantasi / Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain / Part 4 : Monster Gurita

Share

Part 4 : Monster Gurita

Author: Aldho Alfina
last update Last Updated: 2021-09-20 20:29:24

Bruuussshh byuurr

Tiang itu jatuh sampai mengenai air laut, ombak besar terbuat karena hentakannya.

"Kenapa kita di sini?"

"Kita selamat?" Jean, anak buahnya dan beberapa bagian kapalnya berhasil aku pindahkan menuju daratan.

"Woyy! Apa yang kau lakukan!? Gurita  tadi sudah terkena seranganku!" Jean berteriak kepadaku yang masih di atas mercusuar.

"Tidak kah kau lihat kondisi kapalmu? Kalau aku diamkan, semua kru kapal termasuk dirimu hanya akan menjadi santapannya!" aku sedikit kesal, bukannya berterima kasih malah menyalahkanku.

"Bersyukurlah Jean karena masih selamat," Bob

"Asssh sial! Jadi bagaimana rencana kalian selanjutnya?" Jean

"Menyerangnya dari atas air sangatlah berbahaya." Paman Bob kemudian turun dari mercusuar.

"Aku punya ide, aku akan pindahkan gurita itu menuju ke daratan, kalian kumpulkan panah besar serangannya tadi dapat melukai .."

"Lahh, kok anak panah yang mengenai gurita tadi tersisa pangkal yang terikat oleh tali saja. Anak panah yang terbuat dari besi tebal seukuran tombak kenapa bisa patah?" batinku, saat aku lihat lagi, ternyata terpotong dengan sempurna. Tidak hanya itu, namun beberapa bagian kapal juga terpotong sempurna.

"Apa karena teleportasi? ohh jadi terpotong karena pergeseran dimensi, bakal jadi sihir serangan yang bagus nih,"

"Al ada apa?" Paman Bob yang sudah berada di bawah jadi bertanya karena aku tidak melanjutkan ucapanku.

"Oh tidak apa-apa paman, saya lanjutkan lagi, jadi kalian menunggunya di daratan. Saat gurita itu aku bawa kemari dan dengan aba-aba dariku, kalian serang secara bersamaan,"

"Ide yang bagus, besok pagi kita lakukan bersama," paman Bob

"Oh iya ada tambahan, aku pinjam kapal buat memancingnya keluar, tenang saja setelah monster itu dikalahkan akan aku ambil kembali kapalnya,"

"Gunakan saja kapalku." Paman Bob menunjuk ke arah kapalnya yang bersandar di pelabuhan.

"Baiklah, akan aku ikuti rencana kalian, aku bantu untuk mengalahkannya karena telah merusakkan kapalku." Jean segera pergi meninggalkan kami.

"Terima kasih Jean,"

....

Esok paginya seperti yang direncanakan, para nelayan itu berkumpul membawa panah besar bahkan golok dan kampak. Aku bariskan mereka pada satu sisi agar tidak salah sasaran.

"Baiklah tunggu di sini, jangan langsung menyerangnya! Tunggu dulu aba-aba dariku." Aku teleportkan kapal tanpa awak tepat di atas gurita itu. Hampir lima menit dia tidak bergerak, lalu aku lempar tong ke laut dan tak lama kemudian dia menampakkan dirinya. Saat muncul di permukaan, segera aku teleport di atas gurita itu dan aku pindahkan dia ke daratan.

"Serang kepalanya!" Sambil berteleport ke belakang penyerang.

Suuut suut dushh dushh suut dush 

Anak panah dari para warga bertubi-tubi mengenai kepala gurita itu. Walau telah diserang kepalanya, monster itu masih saja memiliki kekuatan untuk menyerang. Dia lebarkan tentakelnya dan berputar seperti mainan gangsing. Para nelayan yang memegang panah ikut terlempar saat gurita itu memutar badannya. Aku sadar ini kesalahanku, coba saja aku kaitkan ujung tali pada tiang atau benda yang lebih kuat pasti tidak ada warga yang terluka.

Cring cring cring

Tidak aku sangka, paman Bob menggunakan pedang dan dengan cepat dia bisa memotong beberapa tentakel gurita itu.

"Wohh hebat! Muehehe, saatnya mencoba serangan dimensiku, semoga saja berhasil."

Cusss Kraakk ...

Gurita tadi beserta panah besi terpotong secara lurus, namun serangan itu tidak bisa langsung membunuh monster itu. Tentakelnya masih bisa bergerak seperti ekor cicak yang terlepas. 

"Woy serangg!" Teriak Jean

 Jean dan anak buahnya menggunakan kampak besar untuk memotong tentakel yang bergerak ke arah para warga. Tidak ingin kalah, paman Bob juga menggunakan pedangnya ikut memotong. Saat tentakelnya berhenti bergerak, mereka semua bersorak gembira.

"Beri sorak untuk pahlawan kita Al!" Paman Bob sambil mengangkatku.

"Nanti malam mari membuat pesta kemenangan ini," Jean.

"Kita hidangkan monster ini," Bob

....

Malamnya, digelar pesta untuk memasak monster gurita itu.

"Orang mesum ini ternyata menjadi pahlawan kami." Lia mendatangiku lalu merangkulku.

"Apa apaan ihh, jangan berlebihan! Karena kerjasama mereka semua lah yang mengalahkan monster itu,"

"Tidak usah merendah, jadi ingin hadiah apa malam ini?" 

"Masakanmu yang enak." Sambil aku turunkan tangannya yang merangkulku.

"Masakanku apa diriku?"

"Mulai lagi ini anak,"

"Hahaha lagian aneh sekali lho, sudah ditawarin malah menolak, bahkan ayahku juga mengizinkannya bukan?"

"Bagaimana bisa tahu?" ucapku kaget sambil memandang wajahnya.

"Tadi bercerita denganku, jadi bagaimana? Masih mau menolak?" Dia merangkulku lagi.

"Aku, tolak!" Aku lepaskan lagi rangkulannya.

"Kenapa?" Mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Kenapa kau tanya? Lalu apa alasanmu mau melakukan itu denganku?"

"Sebagai rasa berterima kasih," ujarnya dengan muka polos.

"Jadi seperti itu kah cara berterima kasih dari kerajaan ini? Kalau aku, tidak akan melakukannya tanpa adanya cinta!" jawaku kesal.

"Aku juga tidak mau melakukannya begitu saja, alasan yang sama sepertimu." Sambil pergi menuju kerumunan warga yang sedang membakar dan memasak monster gurita.

.....

Saat kembali, Lia membawa 2 tusuk dari potongan gurita yang telah dibakar.

"Apa maksudmu tadi?"

"Tidak apa-apa, mau makan?" Menyodorkan salah satu tusukan daging gurita kepadaku.

"Kau yakin memakan itu?"

"Kenapa memangnya?" Lia memakan sate gurita itu sambil melihat ke arahku.

"Beberapa hari yang lalu ada nelayan yang dimakan monster itu kan? Dan sekarang kalian memakan monster itu?"

"Iya kah? Tidak masalah." Lia gigit lagi potongan guritanya.

"The real puncak rantai makanan,"

"Enak lho," 

____

Kota Sihir Mala

"Maaf mengganggu waktu Yang Mulia." Nenek Lona berlutut menghadap 6 Ratu Danirmala.

"Tumben sekali kau menggunakan cicin pemberiannya untuk teleport kemari, ada hal penting apa?" tanya Ratu Elf dengan santai.

"Tuan Al berada di rumah saya!" Sambil gemetaran dan juga membuat semuanya kaget.

"Sejak kapan? Kenapa dia tidak langsung kemari?" Ratu Elf langsung berdiri dari singgasana.

"Pasti cuma mirip saja seperti biasanya," Ratu peri dengan cueknya masih duduk bersandar di singgasana.

"Sejak 2 hari yang lalu, saya sebagai pelayan beliau sudah sangat hafal sifatnya dan itu tidak salah lagi. Namun sepertinya beliau kehilangan sebagian ingatannya dan juga tidak bisa menggunakan sihir elemen," Lona masih berlutut sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa baru bilang sekarang!? Aku akan menemuinya!" Ratu Peri yang tadinya cuek menjadi panik dan segera berdiri.

"Jangan dulu!" Ratu Elf mencegahnya.

"Kenapa!? Itu sudah jelas dia, aku tidak mau menyesal lagi!" Ratu Peri kesal, melihat ke arah Ratu Elf dan meninggikan suaranya.

"Sebaiknya rencanakan pertemuan kita secara natural, biar Al yang datang kemari," usul Ratu Vampir.

"Maaf menyela, sepertinya beliau tertarik mempelajari sihir," Lona

"Tentu saja, kalau begitu kamu kembali saja, biar kami yang mengurusnya." Ratu Elf kembali duduk di singgasana.

"Tunggu saja perintah kami," Ratu Vampir.

"Baik Yang Mulia saya pamit." Lona menghilang kembali.

"Violet bagaimana?" Ratu Vampir.

"Seperti yang aku bilang 2 hari lalu merasakan kehadiran tuan tapi tidak bisa berpindah menuju lokasi tuan," jawab Naga bayang.

"Sekarang sudah jelas kan dia di mana, jadi ayo temui dia!" Ratu Peri berjalan mengajak yang lainnya.

"Tenanglah Nia, akan aku pancing dia kemari," Ratu Vampir.

"Tenang katamu? Erin ini semua salahmu!" Ratu Peri mendekati Ratu Vampir.

"Aku juga tidak ingin semua ini terjadi!" Ratu Vampir berdiri dan menjawab dengan teriakan.

"Kalian bisa diam tidak? Apa tuan Al akan senang melihat kalian bertengkar? Dasar bodoh!! Noe, jelaskan rencanamu!" Violet tiba-tiba saja sudah berada di antara mereka sambil merentangkan tangan pada keduanya. 

"Bodo amat!" jawab Ratu Peri kesal, muncul kabut tebal menyelimuti seluruh ruangan, Ratu Peri mengeluarkan sayapnya dan terbang pergi.

"Nia! Jangan nekat!" Ratu Elf berteriak ke arah Ratu Peri.

"Berisik!" Nia.

"Aku saja yang mengejarnya," tanpa ada yang menyetujui, Ratu Druid tiba-tiba menghilang.

"Kata Lona tadi, Al tidak bisa menggunakan sihir elemen kan? Berarti dia kesulitan untuk menyerang, jadi rencanaku untuk menghadapkannya pada pertarungan. Pasti dia akan berfikir agar lebih kuat dan tepat sekali seminggu lagi akademi sihir tahun ajaran baru." Noe berdiri dihadapan mereka semua untuk mengutarakan idenya.

"Nah, kalian setuju kan?" Erin melihat ke arah Violet dan Noa.

"He'em," Violet.

"Noa bagaimana?"

"Terserah!" Ratu Es yang dari tadi mengalihkan pandangannya ke sisi lain.

"Silahkan, tapi kalau tidak berhasil, apapun yang terjadi aku mau mengajak Nia untuk bertemu Al!" Ratu Es melanjutkan kalimatnya sambil melihat ke arah mereka.

"Percayalah pada rencana adikmu ini!" ucap Noe meyakinkan.

_____

Beberapa hari setelah terbunuhnya monster gurita itu, aku dipanggil pahlawan desa oleh para warga.

"Ada apa sih pagi-pagi ribut sekali,"

terdengar suara ribut sekali di luar dan membuatku bangun.

"Selamat pagi, ada apa di luar?" Lia yang tidur di sampingku pun ikut terbangun.

"Entah, aku juga baru bangun, kenapa kamu tidur di sini lagi?" Aku sentil jidatnya, setiap harinya aku dipaksa oleh Paman Bob untuk tidur dengan Lia. Tadi malam aku dibiarkan tidur sendiri, namun Lia malah kembali ke sini setelah aku tertidur.

"Nenek menyuruhku untuk menemanimu," 

"Apa sih yg dipikirkan nenekmu?"

"Sudahlah ayo keluar." Lia menarikku keluar kamar.

"Kami mohon, ini satu-satunya harapan kami." Ada orang yang terlihat memohon kepada paman Bob. Sepertinya dia bukan warga desa ini karena wajahnya cukup asing bagiku.

"Ada apa paman?" Aku mendekat ke arah mereka.

"Itu dari desa sebelah meminta tolong untuk membantu desanya." Paman Bob menunjuk ke arah pria itu.

"Pak kepala desa apakah dia orangnya?" Orang itu bernama Robert, lalu dia berdiri dan menghampiriku.

"Iya, namanya Al, untuk sementara tinggal di rumahku," paman Bob

"Ehh kepala desa? Kenapa aku baru tau?"

"Ahahaha kau tidak bertanya," 

"Perkenalkan tuan Al, saya Robert dari desa sebelah." Robert menyalamiku.

"Ada urusan apa denganku?"

"Duduk dulu Al!" Paman Bob menepuk sisi sebelahnya, menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Aku segera ikuti instruksi paman dan Robert pun kembali ke tempatnya.

"Baru-baru ini ada segerombolan serigala yang menyerang desa kami. Padahal biasanya mereka hanya mencuri hewan ternak kami, namun beberapa warga kami terluka karena melawan balik," Robert

"Monster serigala?"

"Werewolf," jawabnya.

Walau sudah ada sihir serangan tapi susah juga untuk melawan musuh yang banyak, apalagi lari mereka pasti cepat.

"Tentu saja Al akan membantu." Paman Bob tersenyum sambil merangkulku erat.

"Ehhh tunggu dulu!"

"Apa kau tidak kasihan dengan mereka yang menjadi korban dari serangan serigala?" Mengencangkan rangkulannya.

"Iya iya baiklah, paman ikut ke sana kan?" Sambil aku tahan rangkulannya dan berusaha melepaskan, namun tenagaku kalah dari paman Bob.

"Oh tentu tidak, aku akan melaut hehe,"

"Tapi kan,"

"Tidak ada tapi tapian, apa kamu tidak bisa melakukan hal mudah itu?" Paman Bob melihatku sambil merapatkan alisnya.

"Ok baiklah! Jadi kita mau berangkat kapan?" jawabku, langsung saja paman Bob melepaskan rangkulannya.

"Terima kasih banyak, kalau bisa sekarang kita berangkat," Robert mukanya terlihat senang.

"Tunggu, aku mau mandi dulu." Aku segera pergi menuju kamar mandi.

"Aku ikut." Lia langsung mengikutiku.

"Jangan, bahaya!" Aku hentikan Lia.

"Ikut mandi kok," dengan ekspresi bingung.

"Itu juga bahaya, nanti ada ular." Sambil aku pencet hidungnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   122. End

    Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   121 -- Peluasan Wilayah Danirmala

    "Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   120 -- Serigala Hybrid

    Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   119 -- Perbudakan

    "Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   118 -- Latihan para Naga

    Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   117 -- Bangsawan Pemberontak

    "Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status