Share

Bab 5 - Teman Pertama

Han menyuruh Shiva berjalan mengikutinya. Bukan menuju desa, melainkan ke atas bukit tujuan awal Han. Ia memperkirakan bahwa mereka berdua akan bertemu dengan anak-anak perundung di desa, maka ia memutuskan untuk tidak kembali ke sana dulu dan menunggu hingga situasi dingin.

Sampai di atas bukit, Han berjalan menuju satu pohon besar yang rindang. Ia mengatur napas karena berjalan menaiki bukit. Melirik ke arah Shiva yang terlihat terengah-engah. Dirinya dapat memaklumi kondisi fisik anak perempuan jika disuruh berlari lalu berjalan menanjak.

Dari sini Han dapat melihat desanya dengan jelas. Ia bahkan telah menemukan rumahnya yang berada di bagian kanan penglihatannya. Sepanjang mata memandang, dinding kubah yang transparan mengelilingi, seakan-akan mengunci dirinya, desa, dan semua yang ada di dalamnya. Sehingga tidak dapat menyentuh atau tidak dapat disentuh oleh dunia luar.

Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke sumber teriakan yang tadi membuat bulu kuduk berdiri. Memikirkan ada monster apa di dalam sana. Mengingat ayahnya bersama beberapa pria dewasa yang pernah melawan monster, ia lalu bertanya-tanya dalam hati. “Apa ayah pernah melawan monster di dalam sana?”

Beberapa saat kemudian, Shiva melontarkan pertanyaan. “Kenapa kita ke sini?”

Han tak langsung menjawab, ia duduk bersandar ke pohon besar dan mengeluarkan kata. “Lebih baik kita di sini dulu sampai anak-anak nakal tidak mencari kita.”

Shiva mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Han. Ia lalu ikut duduk di dekat Han dengan memeluk kedua kakinya. Matanya tertuju ke bawah, entah apa yang dipikirkannya.

Sekali-kali Han melirik ke arah gadis kecil di sampingnya. Beberapa bagian badannya terdapat luka dari ulah anak-anak tadi. Untuk memecah kesunyian, Han mengajukan pertanyaan kepada gadis yang terluka.

“Apa kamu bisa menyembuhkan dirimu dengan sihir?”

Shiva menggelengkan kepalanya menandakan dirinya tidak bisa menggunakan sihir penyembuh. Matanya mulai berkaca-kaca karena teringat perbuatan yang barusan ia alami.

Han mulai memikirkan cara untuk mengobati luka Shiva. Namun, ia sendiri juga tidak bisa menggunakan sihir penyembuh. Lantas laki-laki itu menggunakan cara lain.

“Kamu tunggu sini!” perintah Han langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Shiva.

Baru membuka mulut, Shiva belum sempat menjawab pertanyaan dari Han yang langsung pergi ke arah semak-semak. Hatinya cemas bercampur takut, yang dapat ia lakukan sekarang hanyalah menanti Han kembali.

Setelah menunggu beberapa menit, Han kembali dengan membawa beberapa tumbuh-tumbuhan. Sejenis tanaman yang memiliki daun menyerupai bentuk tambah. Ia meletakkan tanaman itu di atas batu, lalu menumbuknya dengan batu agak sedikit lonjong.

Melihat yang dilakukan Han, Shiva menjadi penasaran dan bertanya, “Apa itu?”

“Kamu tidak tau ini?” Sambil terus melumatkan tanaman, Han memaklumi ketidaktauan Shiva yang masih kecil. “Ini adalah tanaman vorheal. Dapat digunakan untuk mengobati luka-luka.”

Dirasa sudah cukup hancur, Han menambahkan ludahnya ke tumpukan tanaman itu. Lalu ia meremas-remas dan jadilah obat.

Shiva sedikit kaget dengan hal yang dilakukan oleh Han. Ia merasa akan terjadi sesuatu ke depannya. Dan benar dugaannya.

“Kemarilah, akan kuoleskan ini ke lukamu,” ucap Han yang siap menempelkan sesuatu yang disebut obat luka.

Seketika Shiva menggelengkan kepala dengan cepat. Ia menolak keras. Bukan karena tanaman itu tercampur oleh ludah seorang anak laki-laki, melainkan ia takut jika efek yang ditimbulkan akan terasa perih.

“Loh, jika tidak segera diobati nanti bisa infeksi dan lebih parah.” Han berusaha menjelaskan dengan lembut.

“Apa ... perih?” tanya Shiva dengan nada ketakutan.

“Sedikit perih dan sebentar saja.”

Mengingat Han telah menyelamatkannya, gadis kecil itu mengikuti perintah. Meskipun merasa sakit, tapi ia tidak ingin membuat Han sedih jika menolak kebaikan dari orang lain.

Han mulai mengoleskan obat ke bagian luka. Ia merasa ingin tertawa melihat kelakuan Shiva yang menahan perih sambil menutup mata. Di sisi lain, ia merasa sedikit marah karena tindakan yang tidak terpuji oleh anak-anak.

Selesai diobati, Han mendiamkan beberapa saat. Tidak begitu lama, obat itu mulai bereaksi dan menyembuhkan luka Shiva. Kini gadis kecil itu tidak merasakan sakit di badannya.

Sebuah senyum lebar terpampang di wajah Shiva. Matanya berbinar-binar karena obat dari Han mujarab. Ia berdiri, menggerak-gerakkan tubuhnya.

Shiva kemudian membungkukkan punggung lalu berkata, “Terima kasih.”

“Sama-sama,” sahut Han sembari berdiri, “Syukurlah kamu sudah baikan.”

Mata Shiva melebar tatkala menatap wajah Han yang memancarkan kehangatan. Entah kenapa Shiva merasakan jantungnya berdegup kencang. Baru pertama kalinya ia bertemu orang lain yang tulus menolongnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status