Home / Rumah Tangga / Resep Cinta Dalam Doa / RCDD | 4. Perkara Mie Ayam

Share

RCDD | 4. Perkara Mie Ayam

Author: EdpDian
last update Last Updated: 2024-02-17 12:08:07

"Dok tekanan darah pasien yang baru saja masuk 180/90 mmHg, nadi 95 kali per menit, suhu tubuh 38 °C, pernapasan 14 kali permenit."

Kaira membolak balik rekam medis milik pasien yang tergeletak di atas brankar tak jauh dari ia berdiri. Kedua telinganya ia pasang tajam-tajam untuk mendengarkan semua informasi yang disampaikan oleh perawat wanita yang berdiri di sisi kanannya. Dari pemeriksaan fisik pasien hingga tanda-tanda vital (TTV).

"Dari rekam medisnya, pasien memang ada riwayat hipertensi Sus," kata Kaira menginformasi. Keda matanya masih gencar memindai setiap angka dan huruf hasil tulisan tangan pada lembar kertas yang bersampul map putih bertuliskan Rekam Medis Tn. Bahar Buqhori, dengan Nomor Pasien 230512003.

Perawat wanita itu mengangguk lalu menerima rekam medis yang Kaira ulurkan padanya.

"Oh ya Sus, pasien kecelakaan tadi pagi gimana? Sudah mau ngasih sampel urinnya?" tanya Kaira sambil melepaskan stetoskop yang terkalung di lehernya, kemudian ia juga melepaskan jas dokternya.

"Belum dok, ditanya-tanya sama suster Linda juga belum mau jawab. Padahal mau ngobrol banyak sama keluarganya. Dibujuk keluarganya juga tetap tidak mau," jelas suster Indri.

"Padahal beliau baru boleh pulang kalau mau tes urine dan keluar hasilnya ya?" tanya Kaira lagi.

Suster Indri mengangguk cepat. "Dugaan Dokter Andi pasien pecandu narkoba lama dok. Terus kecelakaan ini juga dugaanya karena efek dari itu. Makanya dokter Andi maksa buat tes urine, biar jelas juga."

"Mungkin karena dugaan dokter Andi benar kali sus makanya beliau takut. Biar nanti saya juga bantu bujuk sus, siapa tahu sama saya beliau mau." Usul Kaira.

Suster Indri tersenyum lebar, menjawil lengan kiri Kaira gemas. "Dokter Ara mah memang selalu yang terbaik kalau soal yang beginian," katanya melebih-lebihkan.

Kaira membalas dengan mengusap lengan kiri suter Indri pelan, sembari tersenyum simpul. Memperlihatkan sedikit kedua lesung pipinya. "Jangan suka berlebihan sus, pamali. Nanti kalau saya terbang terus atap rumah sakit jebol kan tidak lucu dimarahi direktur. Sudah ayo ah kita ke kantin! Sudah lapar nih, gantian sama dokter Andi dan suster Linda juga kan?"

Bilik kanan keduanya pun meninggalkan ruang Instalasi Gawat Darurat dengan berjalan beriringan. Langkah kaki mereka yang pendek-pendek diiringi dengan obrolan hangat.

"Kira-kira menu makan siang hari ini apa ya dok?" tanya suster Indri.

"Semoga saja bukan kecambah ya sus." Harap Kaira.

"Kalau saya sih berharapnya mie ayam dok." Ujar suster Indri.

Kaira terkekeh kecil, kepalanya menggeleng. "Itu mah maunya suster Indri," jawab Kaira. Baginya sedikit mustahil menu kantin rumah sakit yang diatur oleh ahli gizi terbaik berisi mie ayam versi suster Indri yang tinggi akan kadar micin dan dengan limpahan saus tomat ala mamang-mamang gerobak keliling.

"Loh, siapa tahun kan dok ahli gizi Tia sedang berbaik hati atau kalau tidak sedang khilaf mungkin."

"Aamiin, saya bantu doakan ya sus. Siapa tahu ada malaikat yang lagi lewat."

"Aamiin, asal bukan malaikat maut saja ya dok yang lewat." Jawab suster Indri, berhasil membuat tawa Kaira lepas karenanya.

*****

Harapan tinggalah harapan, tidak ada mie ayam seperti harapan suster Indri. Yang ada hanya ayam lada hitam, cah jamur campur kecambah, capcay sawi putih campur brokoli, jagung muda dan bakso. Untuk makanan penutup salad buah berisi buah semangka, melon, apel dan juga jeruk.

Disepanjang antrian mengambil makanan, kedua pundak suster Indri melorot, bibirnya mengerucut, wajahnya masam dan tak bersemangat. Kaira juga kecewa sebenarnya tapi ia masih bisa menyisihkan kecambah itu nanti. Bukan hal yang terlalu besar baginya.

Kaira menepuk pundak kanan suster Indri pelan, kemudian menarik satu kursi kantin dan mempersilahkan suster Indri untuk duduk lebih dulu. "Nanti mie ayamnya kita beli diluar, oke sus?" kata Kaira mencoba menghibur, lalu mengitari meja bundar dan duduk di seberang suster Indri.

"Jangan berjanji kalau tidak bisa menepati, dok. Itu kata para pujangga. Digosting itu rasanya sakit sekali tahu," ujar suster Indri masih dengan wajah masamnya.

Kaira meletakkan tangan kanan di atas dagunya sendiri sebagai sanggahan. "Memang siapa yang mau kasih harapan palsu sus?" tanya Kaira.

Cepat-cepat suster Indri meletakkan sendoknya, lalu ikut menyanggah kepalanya dengan tangan kanannya, sama persis seperti Kaira. "Memang dokter Ara mau makan mie ayam mamang-mamang?" tanya suster Indri menggoda Kaira. Semua pekerja rumah sakit tempatnya bekerja juga tahu jika Kaira paling anti dengan makan yang tidak sehat.

"Memang menepati janji hanya bisa dilakukan dengan makan mie ayamnya sus?" tanya Kaira balik.

Suster Indri mengangkat kedua pundaknya sekilas. "Lalu kalau tidak makan mie ayam mau ngapain dong?"

"Kan bisa menemani saja." Jawab Kaira.

Suster Indri memutar bola matanya malas, sanggahan tangan nya terlepas. "Itu mah sama saja bohong dok, nanti dikira saya ini manusia paling tega yang memanfaatkan orang lain." Protes suster Indri sekikir sewot.

Kaira terkekeh, kemudian keduanya mulai melahap makanan masing-masing. Nyatanya suster Indri yang semula terlihat tidak berselera kini justru lebih bersemangat melahap makan siangnya. Lagi-lagi Kaira hanya mampu dibuat tercengang karena tingkahnya. Ajaib.

"Dok nanti benar kan mau temani saya makan mie ayam?" tanya suster Indri. Kaira pikir pembicaraan tentang mie ayam sudah selesai melihat betapa lahapnya ia makan. Ternyata belum to.

"Suster Indri belum kenyang?" tanya Kaira, kedua alisnya berkerut.

"Sekarang sudah sih dok, saya kan hanya memastikan kalau dokter tidak bercanda."

"Kalau suster masih kuat buat makan lagi sih tidak apa-apa, nanti saya temani beli. Tapi suster Indri ya yang tanggung jawab kalau dokter Andi sama suster Linda marah-marah karena kita kelamaan."

"Kok saya?" protes suster Indri tak terima.

"Ya kan yang minta ditemani suster, lagian kita juga pasti sudah ditunggu sekarang. Jadi ya suster dong yang tanggung jawab kalau mereka marah-marah karena nunggu kelamaan."

Suster Indri menghela napas. "Ya tidak hari ini juga sih dok, gimana kalau kapan-kapan saja selepas pulang kerja kalau jadwalnya bisa barengan kaya gini lagi. Nanti dokter Andi sama suster Linda juga diajak," kata Suster Indri memberi saran.

Kaira manggut-manggut setuju meskipun otaknya justru sedang berpikir hal lain. "Tapi sus, memang suster Linda bisa diajakin pergi. Nanti kalau dia dicari suami sama anaknya bagaimana?"

"Ya sebentar ini dok, ya kali segala dicari-cari."

"Ya mana tahu kan sus, nanti coba tanya dulu sama suster Linda."

"Tapi, iya juga ya dok. Secara kan suami suster Linda over protektif, mana udah gitu galak pulang. Untung saja ga-" belum sempat suter Indri menyelesaikan ucapanya. Kaira lebih dulu menyela. "Sus," ujar Kaira memperingati.

Suster Indri berdecak nyaring. "Ah tidak asik memang dokter Ara mah, tidak bisa diajak bergosip," keluh wanita itu.

Kaira hanya menjawab dengan senyum simpul. Ia memang tidak pernah suka jika diajak bergosip.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 43. END

    Empat tahun kemudian. Hubungan Fariz dan Kaira semakin harmonis serta mencengkram. Mereka sudah pindah kerumah yang Fariz buat, kurang lebih lima bulan yang lalu sebelum kelahiran putra kedua mereka. Teren Qoir Kamran putra pertama mereka dan Bima Lim Kamran untuk putra kedua mereka. Jika mengira hubungan mereka semulus dan seindah yang dibayangkan jawabanya tidak. Huru dan hara masih tetap menerpa keluarga kecil mereka, tapi setelah kejadian beberapa tahun silam Fariz tak lagi meragukan istrinya dia juga jadi tenang menghadapi apapun masalah rumah tangga mereka. Apapun itu mereka selesaikan bersama dan mereka pecahkan dengan kepala dingin. "Sayang, dimana dasi Mas?" teriak Fariz kencang-kencang dari arah walk in closet. Kaira tengah memandikan Teren anak sulung mereka yang umurnya sudah tiga tahun. "Sayang Bima pup." Teriak Fariz lagi. Baru beberapa menit pria itu berteriak menanyakan dasi kini sudah berteriak lagi. "Mas gantikan dulu lah!" jawab Kaira mengeraskan suaranya tapi

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 42. Kebahagiaan Tak Terkira

    "Mas seneng?" tanya Kaira sembari memandang selembar Fariz yang sedang mengamati selembar kertas dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Pria itu senang sekaligus terharu. Seluruh beban di pundaknya tiba-tiba terlepas. Mereka duduk bersila di atas ranjang saling berhadapan.Fariz mengangguk, tapi enggan membalas tatapan Kaira."Masih kepikiran takut Ara tinggalin?" tanya Kaira, Fariz menganggukkan kepalanya lagi. Betapa bahagianya dia hari ini."Mas...." peringat Kaira dengan suara sedikit meninggi. Spontan Fariz menoleh, menatap Kaira.Wajah Kaira yang garang sembari menatapnya nyalang membuat Fariz mengedip-kedipkan kedua matanya tanpa sadar."Sebegitu susah dipercayanya kah Ara di mata Mas?"Fariz menggeleng, Kaira melebarkan kedua matanya. "Terus kenapa susah betul buat percaya sama Ara, apa di mata Mas Ara sebejat itu?" tanya Kaira lagi. Fariz dengan cepat menggeleng keras. Bukan itu maksudnya. Dia hanya takut, itu saja."La terus? Kenapa Mas selalu berpikir jelek tentang Ara?""Mas

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 41. Hasil Tes DNA

    Demam Fariz berlanjut hingga lima hari lamanya, bahkan bisa dikatakan semakin memburuk hingga Kaira harus memasan infus mandiri kepada Fariz. Demam Tifoid Fariz kambuh karena terlalu stres dan kelelahan. Tapi pria itu menolak dirawat di rumah sakit dengan berbagai macam alasan, yang katanya kasurnya sempit lah, makananya tidak enak lah, cat ruangan nya bikin silau mata lah, dan masih banyak lagi. Mau tidak mau Kaira mengalah dan mengizinkan Fariz dirawat di rumah saja dengan wanita itu sendiri yang turun tangan merawat suaminya.“Sayang, Ara janji kan tidak akan tinggalin Mas?” tanya Fariz hari ini sudah entah yang keberapa kalinya. Sampai Kaira muak mendengarnya.Kaira berdecak nyaring, bangkit dari posisi duduknya, berdiri di sisi ranjang menghadap suaminya sambil berkacak pinggang. Sedangkan Fariz sedang bersandar di kepala ranjang, tangan kanan nya terpasang alat infus. “Ara cuma mau ke rumah sakit lihat hasilnya Mas. Memang mas lihat ara bawa koper?” tanya Kaira kesal.Fariz meng

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 40. Pak Manut Si Pakar Penasehat

    “Mas minta maaf dulu sebelumnya...” kata Fariz membuka cerita.Dia menarik napas dalam lalu membuangnya asal. Setelahnya pria itu menceritakan segalanya, tentang apa yang terjadi kemarin di kantor, hari ini dan beberapa tahun silam tanpa terkecuali. Dan Kaira juga menyimak tanpa menyela. Tidak ada ekspresi apapun yang wanita itu tunjukkan.Hati Fariz gelisah bukan main, tapi bebannya sedikit terangkat meskipun rasa takut semakin mendominasi dirinya.“Sebenarnya Mas yakin anak itu bukan Anak Mas. Tapi Mas tahu Ara tidak akan percaya tanpa bukti, Mama juga sudah minta bukti kalau memang dia bukan anak biologis Mas. Walaupun waktu itu mas terpengaruh sama obat dan setengah mabuk juga. Tapi mas masih cukup sadar sayang, wine yang dicampur obat itu Mas minum cuma satu tegukan." Fariz menjeda ucapanya sejenak, pikiranya mulai menerawang akan kejadian kelam beberapa tahun silam."Mas sebenarnya tahu kelakuan bejat wanita itu dari awal karena kecerobohan dia. Waktu itu mas mikirnya ya itu nor

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 39. Kejujuran Fariz

    Hasil tes DNA baru akan keluar satu sampai dua minggu lagi. Dan tidak bisa di nego, padahal Fariz sudah meminta percepatan waktu berapapun biayanya dia tidak masalah. Tapi sayangnya maju pun hanya bisa satu minggu saja. Dan Fariz tidak punya pilihan lain selain sabar menanti. “Bos, kita ke kantor?” tanya pak Manut. Melirik kaca spion depan mobil, melihat Fariz yang duduk di bangku penumpang belakang sambil memijat keningnya berulang dan mata terpejam rapat. Mobil Alphard hitam itu baru saja melaju kurang lebih lima menit.Fariz tak langsung menjawab, kepalanya pusing, banyak sekali yang memenuhi pikirannya. Niatnya dia jika hasil tes bisa keluar hari ini dia bisa menjelaskan segalanya pada Kaira istrinya, tapi malah justru baru keluar satu minggu lagi.“Bos ada masalah? Maaf nih ya bos kalau terkesan lancang. Tapi sebaiknya bos pulang saja istirahat dan cerita dengan Bos Ara, biasanya separuh beban bisa terangkat kalau cerita sama istri mah.” Saran pak Manut.Dia tidak bodoh, pak Man

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 38. Kemarahan Fariz

    Selepas kejadian itu tak ada yang berubah dalam rumah tangga Fariz dan Kaira. Semua nampak normal, Kaira nya juga seperti biasa, hangat, dan selalu perhatian.Siang itu juga Fariz meminta Tian untuk mencari tahu tentang Sindi. Semua tentang latar hidup Sindi tanpa terkecuali, termasuk anak wanita itu yaitu Mila.Tidak butuh waktu lama, besoknya Tian menyodorkan satu map berisi semua informasi Sindi, dari soal Sinda yang ternyata menikah empat tahun lalu dengan pria yang berbeda dengan yang menjadi alasan wanita itu meninggalkanya. Suaminya yang dipenjara karena melakukan kekerasan pada putrinya, dan dia yang bercerai dengan suaminya satu bulan lalu. Semua Fariz dapatkan termasuk alamat tempat tinggal dan tempat wanita itu bekerja.Tanpa membuang-buang waktu. Pagi itu juga jam 09.00, Fariz mendatangi alamat restoran jepang, tempat dimana wanita itu bekerja sebagai pelayan.“Fariz...” Sapa wanita itu dengan wajah berbinar.Berjalan tergopoh-gopoh mendekati Fariz dan berdiri di hadapan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status