Home / Rumah Tangga / Resep Cinta Dalam Doa / RCDD | 5. Fariz Menyerah

Share

RCDD | 5. Fariz Menyerah

Author: EdpDian
last update Last Updated: 2024-02-17 12:08:55

Berbeda dengan Kaira yang tengah menyantap makan siangnya diiringi canda dan tawa, Fariz justru sebaliknya. Lagi-lagi ia harus menghadapi amukan beruang kutub, alias kedua orang tuanya yang tiba-tiba datang ke kantornya tanpa diundang.

Jika kemarin hanya Bian seorang, kali ini bersama Lina. Wanita itu sudah berceramah dari sabang sampai merauke, kesana kemari dari A sampai Z sambil hilir mudik dihadapan Fariz dan juga Bian. Sedangkan kedua pria itu hanya mampu memijat pelipis masing-masing sambil menghela napas panjang. Mau kabur tak bisa, menghentikan tak berani, bertahan lama-lama telinganya jadi panas, kan serba salah itu namanya.

"Mama itu cuma tidak kamu jadi jomblo bangkotan lo Ariz...Ariz..."

"Ma siapa juga coba yang mau jadi jomblo bangkotan, jomblo tu ya jomblo saja, bangkotan ya sudah bangkotan saja namanya itu sudah tua. La Ariz kan masih muda." Protes Fariz pada akhirnya. Niatnya hanya ingin diam sepertinya harus mencoba opsi kedua yaitu menghentikan dengan cara membantah sebelum akhirnya harus dengan opsi pertama yaitu kabur.

"Mama tu capek loh Ariz, CAPEK." Keluh Lina, ia juga menekan kata capek untuk mempertegas.

Fariz menghela napas putus asa. "Ariz juga capek, malah lebih capek dari Mama karena setiap hari Mama selalu maksa Ariz buat cepat menikah. Padahal jodoh saja belum kelihatan hilalnya. Pacar saja belum punya kok jodoh."

"Gimana mau punya pacar kalau kamu setiap hari ketemunya sama Tiara, Tian, kertas. Kalau saja Tiara itu mau, sudah Mama nikahin kalian. Sayangnya Tiara nolak waktu Mama tanya."

Kedua mata Fariz spontan membola, ia cukup terkejut dengan apa yang Lina katakan. "Mama serius?" tanya Fariz belum percaya.

Lina memutar bola matanya malas. "Ngapain juga Mama bohong, kurang kerjaan banget. Sayang sih Tiara nolak kamu mentah-mentah padahal Mama suka juga sama anak itu."

"Ma-" tegur Fariz berniat untuk menghentikan ucapan Lina.

Lina justru membuang muka, membuat Fariz yang mulai frustasi mengusap wajahnya kasar sambil menghela napas panjang.

"Ma, kapan sih Mama biarin Ariz tenang. Berhenti buat bahas soal nikah, nikah, nikah mulu. Ariz pusing Ma dengarkan." Keluh Fariz mengharap belas kasih.

"Nunggu Mama mati baru Mama bisa berhenti. Kayaknya kamu juga nunggu Mama sekarat dulu kok baru mau ngabulin permintaan Mama."

"Kenapa sih Mama selalu bilang itu terus, itu lagi. Lagipula apa kaitanya coba Fariz nikah sama Mama kenapa-kenapa?"

Lina menatap Fariz nyalang, tapi Fariz belum menyadari karena wajahnya masih ia benamkan di kedua telapak tangannya. "Jadi kamu memang pingin Mama sekarang terus cepet mati?" tanya Lina, sedikit meninggikan nada suaranya.

Fariz menarik napasnya berat, kemudian mengepalkan kedua tangan nya kencang-kencang sebelum akhirnya balik menatap mata teduh Lina. Semarah apapun Lina, dimata Fariz Lina selalu menatapnya dengan tatapan teduh penuh kelembutan.

"Ma-"

"Apa?" jawab Lina cepat.

"Apa? Mau bilang apa lagi? Mama bukanya mau keras sama kamu ya, tapi Mama juga semakin hari semakin bau tanah. Wajar Mama sudah tua, begitu kodratnya. Tapi kamu tahu? Betapa gilanya Mama sama Papamu ini cuma buat mikirin kamu ini? Anakku sudah dewasa, aku sudah tua, aku tidak bisa terus merawatnya, bagaimana anakku nanti waktu aku sudah tidak ada, siapa yang akan menjaganya menggantikanku. Begitu isi pikiran kami para orang tua. Terus, buat siapa kami selalu minta kamu buat menikah? Buat Mama? Atau buat Papa? Itu semua buat kamu Fariz. Kamu paham tidak sih?" ujar Lina panjang lebar. Susah payah ia menahan tangis. Ia tidak mau terlihat lemah saat ini.

Tapi Fariz, adalah anak yang sudah dilahirkan dan dibesarkan selama 32 tahun. Hal sekecil itu mustahil untuk tidak disadari olehnya.

"Ma...." ujar Fariz melemah. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Buru-buru Lina mengalihkan pandanganya. Kemana saja asal tidak pada putranya.

Ruang kerja Fariz lenggang sesaat. Bian juga tak berani angkat bicara. Sejak tadi ia hanya berperan sebagai penonton. Namun kini tatapan ditebarkan pada Fariz. Tatapan yang dalam sekali penuh banyak arti.

Fariz yang ditatap seperti itu oleh Bian dan mendengar penuturan Lina barusan, Fariz jadi tak berdaya. Ia hanya mampu memejamkan kedua matanya beberapa saat, menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan secara berulang untuk menenangkan dirinya dan menguatkan mentalnya.

Dengan sekali helaan napas panjang akhirnya Fariz berucap. "Oke Fariz nurut, sekarang terserah Mama mau seperti apa. Tolong carikan Fariz pasangan hidup." Itu katanya, setelahnya ia membenamkan wajahnya dalam kedua telapak tangannya.

Lina yang semula mengalihkan pandanganya akhirnya kembali menatap Fariz terkejut, Bian pun tak kalah terkejutnya. Setelahnya keduanya serempak mengembangkan senyum penuh kelegaan.

"Tapi Ariz minta, selama itu tolong jangan ganggu Ariz waktu lagi kerja. Pekerjaan Ariz sudah cukup terabaikan karena masalah ini. Mau seperti apa dan bagaimana orang nya terserah Mama Papa." Ujar Fariz dengan keputusan finalnya.

Ia hanya bisa berharap dalam diam, semoga tidak ada luka setelah luka.

*****

Selepas perdebatan yang cukup panjang dan melelahkan serta menggemparkan kala itu. Satu minggu berlalu sudah. Selama satu minggu belakangan tak ada huru hara yang terjadi dalam keluarga kecil Kamran.

Kedatangan Bian Kamran dan Lina Kamran berhasil mencuri perhatian seluruh karyawan di ZK Media, perusahaan periklanan terkemuka di kota Semarang. Bagaimana tidak, kedua orang tua bos mereka itu datang dengan wajah kaku dan tegang, sedangkan pulang dengan wajah berseri-seri hingga menyapa seluruh orang yang mereka lalui.

Perubahan yang terjadi pada Lina juga sangat membuat Fariz sering merasa bingung, dari peraturan di rumah yang tiba-tiba ganti secara mendadak tapi hanya khusus untuk Fariz tidak dengan Lina dan Bian. Tidak ada teriakan nyaring Lina yang mengomelinya karena sibuk bekerja dan lupa pulang atau makan. Semua hanya ada kelembutan dan kedamaian. Bukankah ajaib?

Seperti pagi ini misalnya. Hari minggu jam tujuh pagi, waktunya sarapan.

Fariz baru saja menyelesaikan pekerjaannya, belum sempat tidur barang semenitpun. Niat hati ia ingin turun untuk mengembalikan gelas kosong bekas kopi semalam, akan mencucinya lalu kembali ke kamar untuk mandi barulah sarapan. Tapi, baru saja ia memasuki area dapur sekaligus ruang makan, Lina sudah menyambutnya dengan senyum merekah.

"Ah, anak tampan Mama turun juga akhirnya. Ayo kita sarapan, Mama sudah masakin rendang daging kesukaan kamu," ujar Lina, menggiring Fariz kemeja makan.

Fariz yang tak terbiasa, tentu saja menautkan kedua alisnya. Keningnya berkerut. Hatinya berkata, "sejak kapan Mamanya mengizinkan seisi rumah makan masakan berat di pagi hari. Biasanya cuma ada salad, susu, roti gandum, omelet atau makanan-makanan sehat lain yang diolah dengan cara sederhana".

"Ma, Ariz belum mandi. Ariz cuma turun buat cuci cangkir kosong terus mau naik lagi mandi baru sarapan. Mama sama Papa duluan saja," kata Fariz apa adanya ia tak ingin cari masalah pagi-pagi dengan Lina. Mama nya ini juga paling anti dengan menyentuh sarapan disaat belum mandi.

"Ah gampang, mandi nanti saja bisa setelah sarapan. Sini cangkirnya biar Mama saja yang cuci," jawab Lina, mengambil cangkir itu dari tangan Fariz. Kemudian mendorong kecil Fariz agar duduk di kursi.

Fariz semakin bingung, ia melirik Bian. Tapi sayang pria tua itu sedang asik melahap sepotong roti gandum. Dan saat itu pula Fariz menyadari perbedaan menu sarapan antara dirinya dan kedua orang tuanya.

Belum sempat Fariz mengajukan protes. Lina lebih dulu mengisi piring Fariz dengan nasi dan rendang daging, mengisi gelas Fariz dengan air mineral hingga terisi penuh.

"Dimakan ya anak Mama tersayang, habisin. Mama mau cuci cangkir kosong kamu dulu." Katanya setelahnya berlalu meninggalkan Fariz yang terpaku dan Bian yang seolah acuh tak acuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 43. END

    Empat tahun kemudian. Hubungan Fariz dan Kaira semakin harmonis serta mencengkram. Mereka sudah pindah kerumah yang Fariz buat, kurang lebih lima bulan yang lalu sebelum kelahiran putra kedua mereka. Teren Qoir Kamran putra pertama mereka dan Bima Lim Kamran untuk putra kedua mereka. Jika mengira hubungan mereka semulus dan seindah yang dibayangkan jawabanya tidak. Huru dan hara masih tetap menerpa keluarga kecil mereka, tapi setelah kejadian beberapa tahun silam Fariz tak lagi meragukan istrinya dia juga jadi tenang menghadapi apapun masalah rumah tangga mereka. Apapun itu mereka selesaikan bersama dan mereka pecahkan dengan kepala dingin. "Sayang, dimana dasi Mas?" teriak Fariz kencang-kencang dari arah walk in closet. Kaira tengah memandikan Teren anak sulung mereka yang umurnya sudah tiga tahun. "Sayang Bima pup." Teriak Fariz lagi. Baru beberapa menit pria itu berteriak menanyakan dasi kini sudah berteriak lagi. "Mas gantikan dulu lah!" jawab Kaira mengeraskan suaranya tapi

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 42. Kebahagiaan Tak Terkira

    "Mas seneng?" tanya Kaira sembari memandang selembar Fariz yang sedang mengamati selembar kertas dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Pria itu senang sekaligus terharu. Seluruh beban di pundaknya tiba-tiba terlepas. Mereka duduk bersila di atas ranjang saling berhadapan.Fariz mengangguk, tapi enggan membalas tatapan Kaira."Masih kepikiran takut Ara tinggalin?" tanya Kaira, Fariz menganggukkan kepalanya lagi. Betapa bahagianya dia hari ini."Mas...." peringat Kaira dengan suara sedikit meninggi. Spontan Fariz menoleh, menatap Kaira.Wajah Kaira yang garang sembari menatapnya nyalang membuat Fariz mengedip-kedipkan kedua matanya tanpa sadar."Sebegitu susah dipercayanya kah Ara di mata Mas?"Fariz menggeleng, Kaira melebarkan kedua matanya. "Terus kenapa susah betul buat percaya sama Ara, apa di mata Mas Ara sebejat itu?" tanya Kaira lagi. Fariz dengan cepat menggeleng keras. Bukan itu maksudnya. Dia hanya takut, itu saja."La terus? Kenapa Mas selalu berpikir jelek tentang Ara?""Mas

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 41. Hasil Tes DNA

    Demam Fariz berlanjut hingga lima hari lamanya, bahkan bisa dikatakan semakin memburuk hingga Kaira harus memasan infus mandiri kepada Fariz. Demam Tifoid Fariz kambuh karena terlalu stres dan kelelahan. Tapi pria itu menolak dirawat di rumah sakit dengan berbagai macam alasan, yang katanya kasurnya sempit lah, makananya tidak enak lah, cat ruangan nya bikin silau mata lah, dan masih banyak lagi. Mau tidak mau Kaira mengalah dan mengizinkan Fariz dirawat di rumah saja dengan wanita itu sendiri yang turun tangan merawat suaminya.“Sayang, Ara janji kan tidak akan tinggalin Mas?” tanya Fariz hari ini sudah entah yang keberapa kalinya. Sampai Kaira muak mendengarnya.Kaira berdecak nyaring, bangkit dari posisi duduknya, berdiri di sisi ranjang menghadap suaminya sambil berkacak pinggang. Sedangkan Fariz sedang bersandar di kepala ranjang, tangan kanan nya terpasang alat infus. “Ara cuma mau ke rumah sakit lihat hasilnya Mas. Memang mas lihat ara bawa koper?” tanya Kaira kesal.Fariz meng

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 40. Pak Manut Si Pakar Penasehat

    “Mas minta maaf dulu sebelumnya...” kata Fariz membuka cerita.Dia menarik napas dalam lalu membuangnya asal. Setelahnya pria itu menceritakan segalanya, tentang apa yang terjadi kemarin di kantor, hari ini dan beberapa tahun silam tanpa terkecuali. Dan Kaira juga menyimak tanpa menyela. Tidak ada ekspresi apapun yang wanita itu tunjukkan.Hati Fariz gelisah bukan main, tapi bebannya sedikit terangkat meskipun rasa takut semakin mendominasi dirinya.“Sebenarnya Mas yakin anak itu bukan Anak Mas. Tapi Mas tahu Ara tidak akan percaya tanpa bukti, Mama juga sudah minta bukti kalau memang dia bukan anak biologis Mas. Walaupun waktu itu mas terpengaruh sama obat dan setengah mabuk juga. Tapi mas masih cukup sadar sayang, wine yang dicampur obat itu Mas minum cuma satu tegukan." Fariz menjeda ucapanya sejenak, pikiranya mulai menerawang akan kejadian kelam beberapa tahun silam."Mas sebenarnya tahu kelakuan bejat wanita itu dari awal karena kecerobohan dia. Waktu itu mas mikirnya ya itu nor

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 39. Kejujuran Fariz

    Hasil tes DNA baru akan keluar satu sampai dua minggu lagi. Dan tidak bisa di nego, padahal Fariz sudah meminta percepatan waktu berapapun biayanya dia tidak masalah. Tapi sayangnya maju pun hanya bisa satu minggu saja. Dan Fariz tidak punya pilihan lain selain sabar menanti. “Bos, kita ke kantor?” tanya pak Manut. Melirik kaca spion depan mobil, melihat Fariz yang duduk di bangku penumpang belakang sambil memijat keningnya berulang dan mata terpejam rapat. Mobil Alphard hitam itu baru saja melaju kurang lebih lima menit.Fariz tak langsung menjawab, kepalanya pusing, banyak sekali yang memenuhi pikirannya. Niatnya dia jika hasil tes bisa keluar hari ini dia bisa menjelaskan segalanya pada Kaira istrinya, tapi malah justru baru keluar satu minggu lagi.“Bos ada masalah? Maaf nih ya bos kalau terkesan lancang. Tapi sebaiknya bos pulang saja istirahat dan cerita dengan Bos Ara, biasanya separuh beban bisa terangkat kalau cerita sama istri mah.” Saran pak Manut.Dia tidak bodoh, pak Man

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 38. Kemarahan Fariz

    Selepas kejadian itu tak ada yang berubah dalam rumah tangga Fariz dan Kaira. Semua nampak normal, Kaira nya juga seperti biasa, hangat, dan selalu perhatian.Siang itu juga Fariz meminta Tian untuk mencari tahu tentang Sindi. Semua tentang latar hidup Sindi tanpa terkecuali, termasuk anak wanita itu yaitu Mila.Tidak butuh waktu lama, besoknya Tian menyodorkan satu map berisi semua informasi Sindi, dari soal Sinda yang ternyata menikah empat tahun lalu dengan pria yang berbeda dengan yang menjadi alasan wanita itu meninggalkanya. Suaminya yang dipenjara karena melakukan kekerasan pada putrinya, dan dia yang bercerai dengan suaminya satu bulan lalu. Semua Fariz dapatkan termasuk alamat tempat tinggal dan tempat wanita itu bekerja.Tanpa membuang-buang waktu. Pagi itu juga jam 09.00, Fariz mendatangi alamat restoran jepang, tempat dimana wanita itu bekerja sebagai pelayan.“Fariz...” Sapa wanita itu dengan wajah berbinar.Berjalan tergopoh-gopoh mendekati Fariz dan berdiri di hadapan p

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 37. Kabar Itu Masuk Ke Telinga Lina

    Kabar itu sama sekali tidak mengganggu pikiran Fariz. Pria itu tetap fokus bekerja, siang juga makan ditemani Kaira yang datang. Mereka juga bercanda ria layaknya pasangan yang sedang dimabuk asmara. Setelah kesepakatan mereka berdua satu minggu silam, Kaira memang setiap siang datang untuk mengantar makan siang Fariz.Fariz memang tidak memikirkan dan tidak mempermasalahkannya tapi sayang, kabar kejadian jam 10 pagi tadi sampai sudah di telinga Lina, dan tanpa membuang waktu lagi wanita tua itu langsung datang ke kantor Fariz dengan kobaran amarah tepat ketika Kaira sedang berada di dalam toilet. Bahkan tanpa Bian yang menemani."Maksudmu wanita itu apa Fariz? kamu menghamili anak orang?" tanya Lina, baru saja masuk ruang kerja Fariz dan menutup pintu cukup keras.Fariz yang duduk di sofa sambil membereskan sisa makanan dengan istrinya menoleh pada Lina yang berdiri berkacak pinggang di depan pintu. Napas wanita tua itu tersenggal-senggal."Mama..." ujar Fariz tercicit.Lina mengatur

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 36. Dia Datang

    Tidak pakai menunggu besok. Malamnya Fariz sudah menyulap ruangan yang diperuntukkan sebagai gudang menjadi ruang olahraga. Pria itu seperti orang kesetanan membeli berbagai macam alat GYM, sampai ingin membuat Kaira mengamuk sejadi-jadinya. Untung saja pria itu sedang berduka jadi Kaira masih bisa menahan dan hanya menatap Fariz nyalang.Kaira pikir ketika Fariz izin membeli alat GYM ya hanya satu saja, treadmill misal. Tapi pria itu ternyata membeli beraneka ragam. Kaira sendiri tidak tahu apa namanya dan berapa jumlahnya sangking banyaknya yang dibeli."Awas ya Mas, kalau ini nanti tidak dipakai semua?" ancam Kaira, kedua matanya sudah menyala-nyala. Ancaman itu sudah Kaira lontarkam entah untuk yang keberapa kalinya. Fariz acuh tak acuh, pria itu justru mengamati satu persatu barang barunya, mengabaikan istrinya. Tak mau semakin emosi Kaira balik kanan dan pergi, lebih baik dimasak daripada semakin emosi.30 menit Kaira bergelut dengan alat masak dan Fariz dengan alat GYM barunya

  • Resep Cinta Dalam Doa   RCDD | 35. Ada Apa Dengan Fariz

    “Mas merasa aneh tidak sih?” tanya Kaira tiba-tiba saja di sela makan mereka. Fariz yang sedang menikmati kentalnya kuah udon seketika mengangkat kepalanya menatap Kaira yang tengah memperhatikannya.“Aneh soal?” tanya Fariz.Kaira meletakkan sendok dan sumpitnya kedalam mangkuk yang isinya masih setengah lebih. Menatap suaminya intens. “Kita nikah sudah lama kan Mas? Kok Ara belum hamil juga ya Mas?”Fariz terpaku, sendok berisi kuah udon yang akan dimasukkan kedalam mulut tiba-tiba terhenti, mematung di udara.“Aneh kan Mas? Maksud Ara kita pasangan muda, terus juga sudah lama menikah seharusnya kan Ara sudah hamil sekarang. Kita juga tidak menunda kan?”Sebelum menjawab Fariz lebih dulu meletakkan sendok itu kedalam mangkuk, pandanganya fokus pada Kaira yang duduk di hadapanya. “Mungkin Allah memang belum mau kasih sayang,” jawabnya. Berusaha terlihat santai, dia malah belum pernah berpikir ke arah sana.“Mas mau tidak kalau Ara periksa, takutnya Ara ada masalah.”“Masalah maksudny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status