Share

3. Nomor Tak Dikenal

Pada dasarnya pembekalan PKL itu isinya nasihat-nasihat atau tips-tips bekerja dengan baik dan benar. Setiap guru hampir semuanya menjelaskan masalah etika. Etika pada sesama, etika kerja, etika profesi, etika keluarga, banyak pokoknya. Padahal intinya cuma bersikap baik di depan orang lain. Terapkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) dalam kehidupan kita. Niscaya jika dilakukan, semua orang akan respek sama kita.

"Etika kerja penting untuk dihayati dan diterapkan karena dapat menentukan sukses tidaknya seseorang dalam menempuh kariernya. Cerdas saja tidak cukup kalau di dunia kerja. Perlu ada etika yang baik. Karena di dunia kerja kita bukan hanya berurusan sama buku-buku dengan soal-soal yang rumit. Tetapi, kita berhadapan dengan ratusan pegawai yang memiliki panca indera dan tentu saja mereka dapat menilai semua tingkah laku kita." Begitu kata Bu Teti.

Aku merasa gelisah saat teman sekelasku mulai menanggapi pemateri. Kenapa semua orang seolah menyudutkanku? Mungkin mereka tak berniat seperti itu, tapi kenapa ada rasa sakit yang menjalar sampai ke ulu hati? Apalagi saat Alan mengangkat tangan untuk bicara. Dia bilang, "Orang cerdas mungkin bisa menguasai dunia sekolah dengan nilai-nilainya yang bagus. Namun, siapa yang akan menjamin dia memiliki karier bagus di dunia kerja? Karena seperti yang saya bilang kemarin, bahwa di dunia kerja itu ilmu yang diterapkan dari masa sekolah kurang lebih hanya dua puluh persen."

"Betul Alan. Jadi, modal utama untuk bekerja selain niat yaitu etika. Jika atasan respek sama kalian, pastilah kalian akan dipercaya."

Kuakui kalau wawasan Alan memang luas. Aku pun sering melakukan tepuk tangan sambil berdiri kalau Alan presentasi di depan kelas. Namun, itu dulu. Saat kami kelas sepuluh. Saat aku tidak tahu kalau Alan adalah orang licik yang selalu berusaha mencari perhatian semua guru. Kini aku sudah tahu busuknya Alan. Alan itu orang yang temperamen. Kalau semua tidak tunduk pada aturannya, siap-siap saja untuk dimarahi habis-habisan. Aku sendiri pernah memberi pendapat saat kami berada dalam satu kelompok. Namun, respon Alan cuma menatapku sinis. Jadi, itulah alasan kenapa aku sangat membenci Alan melebihi tingginya gunung Himalaya.

Pemateri sudah mengakhiri pidato panjangnya. Saat ini waktunya istirahat. Sebagian siswi ada yang keluar untuk mencari makanan. Sedangkan tiga siswa sibuk menonton konser EXO lewat youtube di sudut kelas. Kelasku memang hanya menampung tiga spesies cowok, empat puluh satunya adalah cewek.

SMEA terkenal dengan sekolah perempuan. Dulunya juga hanya menerima perempuan. Kalau STM kebalikannya. STM itu banyak spesies cowoknya. Namun, beberapa tahun ke belakang SMEA  membuka jurusan TKJ* dan RPL* seperti STM, makanya banyak juga cowok yang daftar ke sini. Namun, cowok juga ada saja yang minat ke akuntansi dan perkantoran. Semua jurusan bagus dan cowok juga dapat menunjukkan eksistensinya di perkantoran.

Sudah menjadi rahasia umum kalau cewek-cewek di SMEA memiliki pacar cowok-cowok STM. Bahkan ada yang sampai menikah. Aku masih penasaran apa penyebab STM dan SMEA menjadi ajang perjodohan.

Namun, rasanya aku ogah berpacaran dengan siswa STM. Songong-songong orangnya. Contohnya si Nanta, cowok yang kemarin menabrak ban depan Eris. Iya aku tahu dia anak STM karena seragamnya yang keren. Suka dipasin sama badan. Biar kelihatan gagah. Tapi seratus persen aku ogah kalo misalkan punya pacar seperti dia. Eh, tapi kenapa aku jadi mikirin beginian?

***

Hari Mencolok Nasional. Biarpun kalender nggak dipoles jadi warna merah,  tapi seluruh warga yang kebagian memilih Bupati dan Gubernur di daerahnya masing-masing diliburkan. Berhubung aku sudah berusia tujuh belas tahun dan sudah punya KTP, aku diundang untuk hadir di TPS nomor 8. Tempatnya di halaman rumah Pak Haji. Niatnya aku mau golput, tapi malu karena TPS-nya dekat rumah. Sebagai warga negara yang baik aku harus ikut berpartisipasi memilih Bupati dan Gubernur. Demi kemaslahatan umat dan demi nama baik pribadi. Aku takut kalau nanti dicoret merah dan dibuang ke Mars kalau nggak taat sama aturan Negara Demokrasi ini.

Usai mencoblos kegiatanku di rumah seperti liburan kemarin. Makan, tidur, main game, nonton TV, diomelin Ibu. Gitu-gitu doang nggak ada yang spesial pakai karet gelang. Kerjaanku cuma scrool-scrool beranda facebook-nya sang mantan yang sudah lama menghilang. Meskipun dia tetap menjomblo seperti aku yang belum laku, tapi dia kelihatannya bahagia. Beda banget denganku yang setiap hari gelisah galau merana.

Kiriman terbaru di facebook doi yaitu fotonya ketika di Surabaya. Waduh, udah nyampe sana saja. Aku sih, mana bisa ke sana. Nyeberang jalan depan rumah saja jarang. Anak gadis macem aku emang doyan molor. Udah kayak burung dalam sangkar. Aku mah apa atuh.

Ada notif WA dari Fuzia. Dia teman SMP-ku. Sekarang anak itu sekolah di STM.  Ngambil jurusan TKJ dan katanya PKL di Telkom Jatiwangi samping Kantor Pos tempatku PKL.

Zia: aku pindah tempat PKL. Sekarang di Telkom Kadipaten

Busyet luar binasa! Hancur sudah rencana berangkat sama pulang bareng Zia. Padahal kita sudah menyusun rencana untuk jalan-jalan ke mana gitu ngabisin waktu sore.

Me: kenapa bisa tiba2 pindah? 

Zia: temenku gak bisa di kadipaten soalnya nggak ada tempat kos yang kosong di sekitaran situ. Jadi ya dia di JTW. Beruntung pula dia numpang di tempat si Ozan.

Me: Hilih emang dia orang mana? 

Zia: sukahaji

Me: heem jauh, ya. 

Zia: maaf ya jadi gak bisa berangkat dan pulang bareng. Aku milih tuker tempat juga biar bareng sih sama pacarku hehe

Me: sante, ae. 

Zia: main sini ke rumah

Me: males ah 

Zia: ada temen-temen cowokku

Me: rival? Ogah ah nanti jadi kambing congek

Zia: kamu sama Ozan

Me: tetangga kamu itu? Gak mau.

Zia: dia Jomblo sejati, Say

Me: eng...

Zia: tadi aku bilang ada temenku yg mau main dia tanya jomblo gak terus kukasih nmor kamu aja biar dia tanya langsung

Me: gila kamu, Zia

Zia: wkwk. Ayo ke sini

Me: OGAH

Kulihat notif WA yang kali ini bukan berasal dari Zia. Tetapi nomor baru. Wadaw, jangan-jangan si Ozan? Gercep amat, dah.

089+++: P

Me: Q

089+++: R

Bener-bener nggak ada kerjaan ini orang!

Kubuka lagi obrolan dengan Zia dan menanyakan nomor itu. Zia bilang itu bukan nomor Ozan. Huwapah? Jadi yang tadi siapa?

Nggak mau nanyain namanya duluan, jadi kulanjutkan deh, nyebutin alfabet. Mau sampai Z atau balik lagi ke A sampai lebaran kuda aku jabanin.

***

STM=Sekolah Teknik Menengah

TKJ=Teknik Komputer Jaringan

RPL=Rekayasa Perangkat Lunak

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status