Beranda / Romansa / Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu / Bab 130. Kamu Harus Kuat

Share

Bab 130. Kamu Harus Kuat

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-10 23:58:17

POV GALANG

"Lakukan yang terbaik untuk Vania, saya yang akan membiayai semuanya!"

Aku menyerahkan kartu debitku ke petugas kasir tanpa pikir panjang. Suaraku terdengar lebih tegas daripada biasanya, bahkan aku sendiri terkejut dengan ketegasan itu. Tapi melihat nama Vania tertulis di formulir pasien, lalu mengingat wajah pucatnya di UGD tadi, aku tidak bisa diam.

Aku melirik Bimo sekilas, penuh kekesalan. Andai dia bicara baik-baik, mungkin aku masih bisa bantu dia tanpa harus melihat ekspresi memalukan seperti ini. Tapi ya begitulah, Bimo tetap Bimo. Laki-laki yang tidak bisa diharapkan sejak dulu.

Uang? Sudah pasti habis di meja judi. Tidak mungkin dia punya simpanan lima puluh lima juta.

Setelah administrasi selesai, aku berjalan cepat menuju ruang UGD. Bimo mengikuti dari belakang

“Lang, makasih udah bantuin aku.”

Bimo menyusul, merapat ke sampingku sambil menunduk dalam.

Aku menghela napas kasar. “Maaf, yang aku bantu bukan kamu, tapi Vania dan bayinya.”

Kali ini aku bicara ta
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Rina Novita
makasih Kak Sridewi
goodnovel comment avatar
Sridewi Dewi
seru cerita ny KK ..sya suka karya novel KK...di tunggu bab berikutnya
goodnovel comment avatar
Rina Novita
makasih Kak Magda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 132. Laki-laki Sempurna

    POV GALANG"Suami Bu Vania."Aku langsung menoleh dengan cepat ketika suara itu terdengar dari arah pintu ruang operasi. Tampak Lula keluar sambil membuka masker, wajahnya sedikit berkeringat tapi tetap terlihat tenang."Selamat, Pak. Anak Bapak laki-laki."Bimo, yang sejak tadi duduk sambil memainkan ponselnya, langsung berdiri dan berlari kecil menghampiri. Wajahnya tiba-tiba berubah, sebuah senyum lebar terbit, ia terlihat sangat bangga mendengar kalimat yang diucapkan Lula.“Wah, makasih, Dok! Alhamdulillah! Anak saya laki-laki! Boleh saya lihat? Sekarang?” Suaranya bergetar saking senangnya. Aku berdiri perlahan. Jantungku memang berdebar keras sejak tadi, tapi bukan untuk hal yang sama dengan Bimo. Aku masih mencemaskan kondisi Vania. Apakah dia juga baik-baik saja? Dan sebelum Lula sempat menjawab pertanyaan Bimo, aku melangkah maju.“Lula, Bagaimana kondisi Vania? Apa dia baik-baik saja?”Lula menoleh ke arahku.Matanya … berubah. Ada kerut halus di dahinya, seperti sedang

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 131. Takut Kehilangan

    BAB 131 — POV GALANG"Silakan tunggu di sini, Pak. Hanya pasien yang masuk ke dalam."Perawat mendorong brankar Vania ke dalam ruang operasi. Dan di detik itu juga, aku terpaksa melepaskan tangan Vania, tangan yang sejak tadi terus menggenggamku, seolah aku adalah satu-satunya pegangan yang ia punya di tengah rasa takut dan sakit yang tidak bisa aku bayangkan.Vania menatapku. Matanya basah, penuh kecemasan.Dan tatapan itu … masuk terlalu dalam ke dadaku.“Mas … jangan pergi,” gumamnya lirih sebelum pintu menutup.Sial. Rasanya seperti ada yang mencengkeram keras ulu hatiku.Pintu ruang operasi pun tertutup rapat.Keheningan ruang tunggu operasi terasa menyiksa. Suara langkah perawat mondar mandir terdengar dari jauh, dan kepalaku rerus memikirkan Vania di dalam sana.Apakah dia baik-baik saja? Apakah bayinya selamat?Aku sedang berdiri memandangi lampu merah operasi ketika tiba-tiba seseorang mendekat cepat dari sisi kanan. Nafasnya tersengal, dari suaranya jelas penuh kemarahan yan

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 130. Kamu Harus Kuat

    POV GALANG"Lakukan yang terbaik untuk Vania, saya yang akan membiayai semuanya!"Aku menyerahkan kartu debitku ke petugas kasir tanpa pikir panjang. Suaraku terdengar lebih tegas daripada biasanya, bahkan aku sendiri terkejut dengan ketegasan itu. Tapi melihat nama Vania tertulis di formulir pasien, lalu mengingat wajah pucatnya di UGD tadi, aku tidak bisa diam.Aku melirik Bimo sekilas, penuh kekesalan. Andai dia bicara baik-baik, mungkin aku masih bisa bantu dia tanpa harus melihat ekspresi memalukan seperti ini. Tapi ya begitulah, Bimo tetap Bimo. Laki-laki yang tidak bisa diharapkan sejak dulu.Uang? Sudah pasti habis di meja judi. Tidak mungkin dia punya simpanan lima puluh lima juta. Setelah administrasi selesai, aku berjalan cepat menuju ruang UGD. Bimo mengikuti dari belakang “Lang, makasih udah bantuin aku.”Bimo menyusul, merapat ke sampingku sambil menunduk dalam.Aku menghela napas kasar. “Maaf, yang aku bantu bukan kamu, tapi Vania dan bayinya.”Kali ini aku bicara ta

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 129. Suaminya itu Aku

    POV BIMO"HARUS … OPERASI?" Suara Galang terdengar pecah, seolah dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dokter katakan."Ya, Pak," jawab dokter itu cepat dan tegas. "Pasien mengalami pendarahan cukup banyak. Operasi harus dilakukan sesegera mungkin. Karena ini bisa membahayakan janin juga."Wajah Galang langsung pucat. Sangat pucat. Dia tampak panik, matanya membesar, napasnya memburu.Hei! Yang suaminya Vania itu aku. Kenapa dia yang panik seperti orang mau kehilangan istrinya?Tapi, tentu aku nggak mungkin bikin keributan di sini. Kalau aku teriak-teriak atau marah-marah, bisa-bisa aku diusir dan nggak bisa dampingi Vania sama sekali."Untuk suami Bu Vania, silakan ikut saya ke ruangan untuk tanda tangan persetujuan operasi," ucap dokter itu lagi … sambil menatap Galang.Gila aja!Yang suaminya Vania itu aku, bukan Galang!Kenapa dia bicara ke arah Galang?Sebaiknya aku maju saja."Ehm! Dok, saya suaminya Vania," ucapku cepat sambil melangkah ke depan.Dokter itu menoleh, mena

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 128. Pendarahan

    POV BIMO Begitu mendengar suara itu, seluruh tubuhku langsung kaku. Aku menoleh pelan ke arah pintu mobil. Di sana … Vania sudah berdiri dengan wajah kesal. Tatapannya tajam, tapi suaranya tetap datar. “Ini masih wilayah restoranku. Sebaiknya kalian cari hotel saja, sana!” Jantungku rasanya jatuh dari tempatnya. Secepat kilat aku teringat tujuan utamaku datang ke restoran ini, yakni untuk minta maaf ke Vania. Tapi sekarang dia melihatku kayak gini? Aku buru-buru turun dari mobil, hampir tersandung karena panik. “Vania, maaf. Aku … ah! Ini gara-gara Sela. Dia yang menggoda aku duluan.” Sela langsung memutar bola matanya sambil menyandarkan tubuh ke jok. “Ih, Mas Bimo yang peluk aku duluan. Udah deh Mas, ngaku aja!” “Sela, diam dulu!” bentakku, lalu cepat-cepat mengejar Vania. “Vania, please, aku minta maaf. Tolong percaya aku!” seruku sambil mempercepat langkah. Vania tidak sedikit pun melirik ke arahku. Tangannya menggenggam apron restoran dengan kuat. Wajahnya datar, tapi aku

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 127. Ajakan Sela

    POV BIMO "Kenapa sih si Galang suka sekali makan di sini? Kenapa Vania harus selalu temani dia?" gumamku sambil berdiri di depan pintu ruang private restoran. Dari celah pintu, aku bisa mendengar suara mereka samar-samar. Sudah hampir seminggu ini Galang makan malam di sini terus, dan setiap kali datang, Vania yang melayaninya langsung. Aku tahu itu cuma pekerjaan Vania. Tapi tetap saja, ada rasa nggak enak di dada. Apalagi setelah kejadian dia mau pergi dari rumah. Aku masih ingat jelas wajahnya waktu bilang ingin bercerai. Itu membuatku kepikiran terus. "Permisi, Pak Bimo." Aku tersentak. Aku menoleh, ternyata Adrian telah berdiri di belakangku bersama dua orang pria lain. "Adrian?" sapaku kaget. Adrian mengangguk sopan. "Ya, Pak Bimo. Kami hendak makan di dalam, bersama Pak Galang." "Oh ya, silakan," jawabku sambil bergeser memberi jalan. Dalam hati aku menghela napas. Ternyata Vania nggak cuma berdua sama Galang. Ada Adrian dan dua anak buah Galang lainnya. Pikiranku sedi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status