Share

13. Kekacauan di Pesta

“Dasar laki-laki kurang ajar!” teriak wanita yang tiba-tiba datang ke pesta ulang tahun Narendra. 

Ibu Monica merasa tidak terima karena putranya di tampar oleh wanita tidak jelas itu. Ibu Monica pun mendekat dan menampar wanita itu dengan sangat keras. 

“Siapa kamu? Kenapa datang ke sini dan langsung menampar anak saya? Orang seperti kamu nggak seharusnya di tempat ini! Pesta ini hanya untuk orang-orang terhormat!” tandas Ibu Monica. 

“Iya, saya memang bukan orang terhormat dan kalian juga bukan orang terhormat. Narendra ini bukan laki-laki terhormat. Dia hanya laki-laki yang suka bermain wanita dan melecehkannya,” ucap wanita itu.

“Ibu berbuat kesalahan dengan menampar saya,” tandas wanita itu dengan penuh amarah. 

“Jaga bicara kamu!” teriak Narendra. 

“Saya bahkan nggak kenal sama kamu. Tolong jangan fitnah saya,” ucap Narendra. 

“Iya, sebaiknya kamu pergi dari sini. Mana mungkin kamu kenal putra saya. Saya yakin wanita seperti kamu hanyalah wanita rendahan dan anak saya nggak mungkin bergaul dengan wanita seperti kamu,” ucap Ibu Monica dengan sombongnya. 

“Tante jangan pernah hina saya karena cucu tante ada dalam kandungan saya. Anak Narendra sedang saya kandung!” tegas wanita itu dengan sombong. 

“Saya nggak percaya. Kamu cuma mengada-ngada saja,” ucap Ibu Monica. 

“Ma, tolong percaya sama Narendra. Narendra nggak kenal wanita ini dan Narendra nggak pernah menghamili wanita manapun. Seumur hidup Narendra, Narendra hanya pernah mencintai dua orang. Dan saat ini hanya Natasya yang Narendra cintai,” ucap Narendra. 

“Iya, Sayang. Mama tau. Mama lebih percaya sama anak mama daripada sama wanita nggak jelas ini,” ucap Ibu Monica. 

“Pa, yang terjadi ini sungguhan atau ini kerjaan Abi?” bisik Ibu Rubi kepada Pak Adam. 

“Papa nggak tau, Ma. Tapi, kita harus buat suasananya makin panas dan buruk,” bisik Pak Adam. 

“Ayo kita hampiri mereka, Ma,” ajak Pak Adam. 

“Iya, Pa,” jawab Ibu Rubi. 

“Narendra, apa benar yang wanita itu katakan?” tanya Pak Adam. 

“Nggak, Om. Semua yang wanita ini katakan salah. Saya tidak mengenal wanita ini dan saya tidak pernah menghamili siapapun,” tegas Narendra. 

“Bohong! Kamu memaksa aku ke hotel dan kamu menghamili aku. Kamu juga sering lakukan itu kepada wanita lain, kan? Lebih baik kamu mengaku sekarang,” titah wanita itu. 

“Saya nggak akan mengaku karena saya tidak pernah berbuat seperti itu. Saya ini laki-laki yang sukses dan juga terhormat. Lalu, untuk apa saya berbuat seperti itu?” ucap Narendra. 

“Karena kamu merasa diri kamu hebat. Karena itulah kamu suka mempermainkan hati semua orang,” jawab wanita itu. 

“Astaga, laki-laki sukses dan terhormat memang sering kali lupa dan suka berbuat seenaknya,” ujar salah satu tamu di pesta itu. 

“Narendra, tante kecewa dengan yang kamu lakukan. Tante yakin kalau Natasya juga akan kecewa,” ujar Ibu Rubi. 

Pak Hanif mendekati Ibu Rubi. “Tolong jangan katakan seperti itu, Bu. Narendra ini anak yang baik, pasti dia cuma di fitnah. Jadi, tolong percaya pada Narendra. Saya mohon,” pinta Pak Hanif sembari mengatupkan kedua telapak tangannya. 

“Maaf, Pak Hanif. Hal seperti ini tidak bisa kamu terima. Perjodohan Narendra dan Natasya mungkin tidak akan bisa dilanjutkan,” ucap Pak Adam. 

“Saya ayahnya Natasya dan saya tidak akan membiarkan putri saya menikahi laki-laki macam Narendra,” tegas Pak Adam. 

“Om, saya mohon jangan lakukan itu. Saya benar-benar mencintai putri Om. Saya nggak mau perjodohannya dibatalkan,” pinta Narendra dengan sangat memohon. 

“Saya tidak peduli dengan permintaan kamu. Saya tidak akan biarkan kehidupan Natasya hancur di tangan kamu,” ucap Pak Narendra. 

“Ayo, Ma. Sebaiknya kita pergi dari sini. Untuk apa melihat pertunjukan seperti ini. Ini sangat memalukan,” ucap Pak Adam. 

“Dan kalian semuanya sebaiknya bubar. Saya yakin pesta ini tidak akan berlangsung baik. Biarkan Narendra selesaikan urusannya dengan wanita itu,” teriak Pak Adam. 

Seluruh tamu undangan pergi satu persatu dengan banyak argumen. Pak Adam dan Ibu Rubi juga pergi meninggalkan rumah itu. 

“Kamu puas? Saya nggak tau siapa kamu. Tapi, kenapa kamu fitnah saya seperti ini?” teriak Narendra. 

“Saya kehilangan orang yang saya cintai karena kamu,” ucap Narendra dengan sorot mata penuh amarah.

“Pergi dari sini! Pergi!” teriak Narendra sambil menunjuk ke arah pintu. 

Wanita itu tak merasa bersalah sama sekali. Kemudian, dia pergi meninggalkan kediaman Adijaya. 

“Ini semua nggak bener, Ma. Narendra kehilangan Natasya karena wanita itu,” ucap Narendra dengan begitu kecewa. 

“Kenapa wanita itu tega fitnah Kak Narendra?” ucap Dania kesal. 

“Narendra, tenangkan diri kamu sejenak. Mungkin kamu dan Natasya belum berjodoh, Nak,” ucap Ibu Monica. 

Dania mendekat dan berkata, “Mama benar, mungkin Natasya bukan jodoh Kak Narendra. Lagipula aku kurang suka sama dia.” 

“Mama dan papa akan carikan wanita lain untuk kamu. Di dunia ini masih ada begitu banyak wanita,” kata Ibu Monica. 

“Nggak, Ma. Kalian nggak perlu carikan wanita untuk Narendra. Narendra sama sekali nggak tertarik dengan wanita di luar sana. Narendra hanya inginkan Natasya dan Narendra nggak akan menikah jika bukan dengan Natasya,” tegas Narendra, lalu dirinya pergi ke lantai atas. 

“Narendra, tunggu dulu, Nak,” panggil Ibu Monica, tapi Narendra tak menggubrisnya. 

Narendra benar-benar terlihat sangat sedih dan kecewa. Sedangkan, keluarga tak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini. 

***

Natasya duduk di atas lantai dan bersandar di tempat tidur. Dia melipat kakinya dan memeluknya dengan menenggelamkan kepalanya.

Kemudian, Abimanyu masuk ke kamar Natasya dengan cemas. 

“Natasya,” panggil Abimanyu ketika dia berdiri di hadapan Natasya. 

Natasya yang sedang menangis langsung mendongak dan menatap wajah Abimanyu sambil meneteskan air matanya. 

“Jangan duduk di lantai! Ayo berdiri,” titah Abimanyu seraya menarik tangan Natasya dan membantunya berdiri. 

Abimanyu mencengkeram bahu Natasya dan menatap wajah Natasya yang terlihat sangat bersedih. 

“Narendra mencintai aku. Dia katakan itu di depan semua orang,” ucap Natasya sambil menangis. 

“Seharusnya kamu bahagia. Ini yang aku inginkan. Narendra mencintai kamu dan dia akan berikan segalanya untuk kamu,” ucap Abimanyu. 

“Tujuan kamu akan segera tercapai kalau Narendra mencintai kamu,” tambah Abimanyu. 

“Tapi, ini menyakitkan buat aku, Abi. Laki-laki itu adalah laki-laki yang melecehkan Naraya. Dia pacar Naraya dan aku yakin Naraya mencintai laki-laki itu sebelumnya. Aku nggak bisa merebut hati laki-laki yang dicintai Naraya,” ucap Natasya. 

“Aku akan merasa bersalah pada Naraya jika laki-laki itu mencintai aku,” kata Natasya. 

“Naraya tidak akan lagi mencintai laki-laki seperti itu. Naraya gila karena laki-laki itu,” ucap Abimanyu. 

“Berhenti menangis! Seharusnya kamu bahagia karena Narendra mencintai kamu,” titah Abimanyu. 

“Kamu nggak boleh lemah. Kamu harus kuat dan kamu harus fokus sama tujuan kamu,” ucap Abimanyu. 

Natasya menatap Abimanyu dengan dalam. Kemudian langsung memeluk Abimanyu dengan sangat erat. 

“Aku datang ke pesta itu untuk buat Narendra terkesan cuma karena kamu. Aku nggak menduga kalau Narendra akan menyatakan cintanya di depan banyak orang,” ucap Natasya. 

“Aku nggak mau semua orang tau kalau Narendra mencintai aku,” kata Natasya sambil menangis sesenggukan.

Abimanyu membelai rambut Natasya, lalu berkata, “Semua orang tidak akan menganggap Narendra mencintai kamu. Semua orang akan mengira kalau Narendra juga mempermainkan kamu.”

“Aku buat kerusuhan di pesta dengan membawa seorang wanita untuk mengaku sebagai kekasih Narendra yang telah dilecehkan oleh Narendra,” ucap Abimanyu. 

Natasya melepaskan pelukan Narendra. “Apa yang kamu lakukan?” tanya Natasya. 

Abimanyu pun menceritakan kepada Natasya semua kejadian yang terjadi di pesta ulang tahun Narendra. 

“Aku berhasil mempermalukan Narendra. Entah apa yang terjadi setelah itu. Kita akan tau dari mama dan papa,” ucap Abimanyu. 

“Sayang sekali karena kamu pergi dari sana dan nggak liat pertunjukannya. Aku juga hanya lihat sebentar karena aku liat kamu sangat terpukul,” tambah Abimanyu. 

“Abi, lebih baik kita akhiri semua ini. Kamu mau kita bersatu dan menikah, kan? Kita akan menikah secepatnya,” ucap Natasya. 

“Aku nggak akan menikah dengan laki-laki itu. Aku akan cari cara lain untuk balas dendam,” kata Natasya. 

“Apa maksud kamu? Natasya, ingat tujuan kamu! Saat aku melarang kamu menikah dengan Narendra, kamu ingin menikah dengan laki-laki itu. Sekarang semua orang mendukung kamu, kamu nggak boleh mundur,” titah Abimanyu. 

“Kamu harus tetap menikah dengan Narendra agar kamu bisa menuntaskan balas dendam atas kejahatan Narendra kepada Naraya,” ucap Abimanyu. 

“Tapi, aku nggak mau melangkah lebih jauh lagi. Narendra mencintai aku, setelah menikah dia akan lakukan apa aja ke aku,” ucap Natasya. 

“Itu nggak akan terjadi. Narendra bahkan nggak akan berani sentuh kamu setelah kalian menikah,” ucap Abimanyu. 

“Setelah menikah, kamu harus berusaha untuk menjauh dari Narendra dengan alasan apapun. Setelah berhasil merebut harta mereka, kita akan bongkar siapa kita yang sesungguhnya,” kata Abimanyu. 

“Kamu nggak boleh menyerah sebelum berperang!” tegas Abimanyu. 

“Natasya, Abi,” panggil Ibu Rubi yang masuk ke kamar Natasya bersama dengan Pak Adam.

“Abi, pesta ulang tahun Narendra hancur karena kedatangan seorang wanita yang mengaku dihamili oleh Narendra,” ujar Ibu Rubi. 

“Itu ulah kamu atau memang sungguhan?” tanya Pak Adam.

“Itu ulah aku, Pa. Aku ingin Narendra dipermalukan di depan umum. Itu adalah hadiah dari aku di ulang tahunnya,” ucap Abimanyu. 

“Iya, mama dan papa sudah menduga ini. Kita juga melakukan sesuatu di pesta itu,” ucap Ibu Rubi. 

“Apa, Ma?” tanya Abimanyu terkejut. Dia tak menyangka orang tuanya bisa berbuat sesuatu. 

“Kami membatalkan perjodohan Natasya dan Narendra agar mereka tidak curiga,” jawab Ibu Rubi. 

“Tapi, jangan khawatir. Mama yakin mereka akan datang ke sini untuk minta maaf. Saat itu kita akan berikan kesempatan kedua untuk mereka dan Natasya akan langsung menikah,” ucap Ibu Rubi. 

“Semuanya akan berjalan mulus dan dendam Natasya bisa segera terbalaskan,” kata Ibu Rubi. 

“Natasya, rencana Mama itu sangat bagus. Kami semua mendukung kamu. Jadi, jangan kecewakan kami,” ucap Abimanyu. 

“Kamu harus bisa balaskan dendam atas kejahatan yang Narendra lakukan pada Naraya,” titah Abimanyu. 

“Natasya, kamu habis menangis?” tanya Ibu Rubi. 

“Iya, Bu. Tapi, Natasya baik-baik aja kok,” ucap Natasya. 

“Natasya hanya terkejut saat Narendra menyatakan cintanya di depan banyak orang. Natasya nggak bisa terima hal itu,” ucap Natasya. 

“Iya, ibu tau. Hati kamu pasti sakit mendengar kata itu. Ibu lihat kamu begitu marah pada Narendra. Tapi, jangan pikirkan hal itu. Biarkan Narendra mencintai kamu sebesar apapun,” ucap Ibu Rubi. 

“Yang terpenting kamu fokus sama tujuan kamu. Abaikan Narendra dan lakukan apa yang menjadi tujuan kamu,” titah Ibu Rubi. 

“Natasya, kami semua ada untuk kamu. Untuk apa kamu sedih hanya karena Narendra mencintai kamu? Lupakan Narendra dan fokus saja pada tujuan kita, Nak,” ucap Pak Adam. 

“Iya, Ayah,” jawab Natasya. 

Tiba-tiba ponsel Natasya berdering. Natasya dan semuanya melihat layar ponsel Natasya. 

“Narendra yang menelepon,” ucap Natasya. 

“Angkat teleponnya! Ayah yakin Narendra akan memohon agar kamu tetap menikah dengannya,” titah Pak Adam. 

“Tapi, apa yang harus Natasya katakan?” tanya Natasya. 

“Katakan kalau kami semua melarang kamu menikah dengan Narendra, tapi kamu akan tetap menikah dengan Narendra,” ucap Pak Adam. 

“Narendra akan semakin percaya sama kamu kalau kamu berani menentang ayah dan ibu demi dirinya. Ini akan sangat menguntungkan kita,”  tambah Pak Adam. 

“Iya,” jawab Natasya. Kemudian dia angkat telepon dari Narendra. 

“Halo,” ucapnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status