Share

12. Birthday Party and Love

Natasya terlihat begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam yang dihiasi dengan ornamen bunga-bunga. Natasya, Pak Adam dan Ibu Rubi bersama-sama datang ke rumah Narendra yang sudah didatangi oleh banyak tamu undangan. Lalu, saat mereka mau masuk rumah itu tiba-tiba Natasya menghentikan langkahnya. 

“Natasya, ayo kita masuk. Kenapa kamu berhenti di sini?” tanya Ibu Rubi kepada Natasya. 

“Bu, Abi belum kasih kabar. Natasya cemas dengan Nara,” ucap Natasya. 

“Natasya, sebaiknya kita masuk. Ayah yakin kalau Naraya sudah ditemukan. Abi kan harus siap-siap ke pesta, mungkin dia belum sempat menghubungi kita,” ucap Pak Adam. 

“Pak Adam, Ibu Rubi, ternyata kalian sudah tiba di sini. Kami menunggu kedatangan kalian dari tadi,” ucap Ibu Monica dengan sangat ramah dan senang dengan kedatangan mereka. 

“Natasya, ayo masuk, Nak. Narendra terus menunggu kamu dari tadi. Hanya kamu orang yang dia cari di hari ulang tahunnya,” kata Ibu Monica. 

“Iya, Tante,” jawab Natasya. 

“Ayo, Ibu Rubi,” ajak Ibu Monica. 

“Iya, Ibu Monica,” saut Ibu Rubi. 

“Ayo, Pa, Natasya,” ajak Ibu Rubi. 

Mereka samua masuk dan Natasya berjalan di belakang mereka sambil melihat ke arah ponselnya. 

Abi, seharusnya kamu telepon aku sekali aja. Aku benar-benar cemas, batin Natasya. 

“Hi!” sapa adiknya Narendra, Dania.

“Hi!” balas Natasya dengan senyuman tipis. Kemudian Natasya kembali menatap layar ponselnya. 

“Kak Narendra tunggu Kakak dari tadi loh. Ayo aku antar ketemu Kak Narendra. Aku akan ledek Kak Narendra,” ajak Dania.

“Dania, aku punya hadiah untuk Narendra. Tolong pegang ini,” pinta Natasya, lalu memberikan kado itu pada Dania. 

“Tangan Kak Natasya diperban. Apa yang terjadi?” tanya Dania. 

“Cuma luka kecil. Kemarin nggak sengaja aku keserempet mobilnya Narendra dan hari aku jatuh lagi,” ucap Natasya. 

“Pasti sakit,” ucap Dania merasa kasihan. 

“Iya, tapi nggak terlalu sakit kok,” ucap Natasya. 

“Ayo aku antar ke Kak Narendra. Kak Narendra lagi ngobrol sama teman-teman kuliahnya,” ucap Dania. 

“Nanti aja, Dania. Kamu tolong berikan kado itu ke Narendra, ya. Aku akan ketemu Narendra nanti aja,” ucap Natasya. 

“Kenapa?” tanya Dania. 

“Aku nggak mau ganggu Narendra dan teman-temannya. Aku akan ketemu dia nanti. Tolong kasih aja kadonya ke Narendra, ya. Terima kasih,” ucap Natasya, lalu Natasya pergi entah kemana.

“Calon istri Kak Narendra itu cantik, tapi dia kurang ramah. Dia sama sekali nggak asik. Apa wanita seperti Kak Natasya akan buat Kak Narendra bahagia?” ujar Dania. 

“Dia pergi begitu aja dan minta tolong ke aku untuk kasih kado ke calon suaminya. Apa dia nggak mau bicara sama Kak Narendra. Benar-benar nggak sopan,” tambah Dania. 

“Seharusnya dia langsung ucapkan selamat ulang tahun saat datang ke pesta ulang tahun seseorang. Aku akan kasih ini ke Kak Narendra dan aku akan mengadukan sikapnya itu,” ucap Dania. 

Dania pergi menemui Narendra yang mengenakan setelan kemeja dan jas berwarna hitam. Dania langsung menyodorkan hadiah yang diberikan oleh Natasya, kemudian dia menyeret Narendra. 

“Apa ini? Kamu kasih kado ke kakak kamu dengan cara seret kakak kamu?” tanya Narendra. 

“Itu bukan kado dari aku. Itu kado dari calon istri kamu, Natasya,” ucap Dania terlihat sedikit kesal. 

“Ini dari Natasya? Terus dimana dia sekarang?” tanya Narendra. 

“Aku nggak tau. Yang jelas dia itu nggak sopan. Dia datang ke pesta ulang tahun Kakak, bukannya dia temui Kakak dan ucapkan selamat ulang tahun, dia malah suruh aku kasih kado ini dan pergi ninggalin aku begitu aja,” ucap Dania. 

“Untung aja dia calon istri Kakak yang dipilih sama mama dan papa,” ujar Dania. 

“Kenapa kamu jadi serius kayak gini? Cuma karena itu kamu terlihat kesal?” tanya Narendra. 

“Wajar kalau aku kesal. Aku ini udah berusaha sangat ramah sama dia dan dia biasa aja ke aku,” jawab Dania. 

“Dania, jangan kekanak-kanakan seperti ini. Natasya wanita yang sangat baik. Hari ini dia sedang sakit, mungkin karena itu dia bersikap cuek,” ucap Narendra. 

“Tapi, dia kelihatan biasa aja. Dia nggak terlihat seperti orang yang sakit. Ya, tapi tangannya memang diperban,” ucap Dania. 

“Tapi, itu nggak berpengaruh. Aku yakin kalau Natasya itu sebenarnya nggak serius untuk menikah sama Kakak. Dia mau menikah pasti karena mama dan papanya,” ucap Dania. 

“Sudah, jangan diperpanjang lagi. Aku akan temui Natasya dulu,” ucap Narendra. 

“Iya, iya. Silahkan temui calon istri Kakak. Semoga nggak dikacangin, ya,“ ucap Dania kesal. 

Narendra tersenyum, lalu memberikan hadiahnya pada Dania sambil berkata, “Tolong simpan kado itu di kamar aku, ya.”

Narendra pergi untuk mencari Natasya, sedangkan Dania dibuat tambah kesal. 

“Pasangan yang serasi, mereka berdua memang cocok. Dua-duanya serahin kado ini ke aku,” ucap Dania. 

“Dia belum jadi istri Kak Narendra, tapi dia berhasil buat Kak Narendra bertekuk lutut. Kak Narendra bisa jadi budaknya setelah mereka menikah,” ujar Dania sambil menggelengkan kepalanya. 

***

“Natasya,” panggil Narendra. 

Natasya yang sedang bercakap-cakap dengan para wanita langsung berbalik badan dan melihat ke arah Narendra. Kemudian, Narendra mendekatinya. 

“Selamat ulang tahun,” ucap Natasya, lalu memberikan senyumannya kepada Narendra. 

“Terima kasih. Kamu udah ucapin selamat ulang tahun saat pukul nol nol lebih lima,” ucap Narendra. 

“Iya, tapi rasanya nggak enak kalau aku datang ke pesta ulang tahun kamu dan aku nggak ngucapin selamat ulang tahun sama kamu,” ucap Natasya.

“Ini benar-benar hari ulang tahun yang paling spesial,” kata Narendra. 

“Oh iya, tangan kamu gimana? Udah baikan?” tanya Narendra. 

“Iya, jauh lebih baik,” jawab Natasya. 

“Aku kasih hadiah ke Dania, apa Dania udah kasih ke kamu?” tanya Natasya. 

“Iya, Dania udah kasih aku. Aku suruh Dania untuk simpan di kamar. Hadiah itu hadiah yang paling spesial dan paling aku tunggu-tunggu,” ucap Narendra. 

“Tapi, hadiah itu biasanya aja,” ucap Natasya. 

“Buat aku itu luar biasa karena orang yang kasih hadiah itu sangat luar biasa,” ucap Narendra sembari tersenyum dan menatap wajah Natasya. 

“Malam ini kamu terlihat lebih cantik dengan gaun hitam itu. Pakaian kita punya warna senada walaupun kita nggak jadi beli sama-sama. Dan kita juga nggak kasih tau warna apa yang akan kita pakai,” ucap Narendra. 

“Apa karena kita jodoh?” tanya Narendra. 

“Aku rasa ini cuma kebetulan aja. Banyak orang di pesta ini yang pakai warna hitam juga. Dan Kak Abi juga pasti akan pakai pakaian hitam, dia lebih suka warna hitam,” ucap Natasya. 

“Jadi, kamu pakai pakaian warna hitam supaya sama kayak Kak Abimanyu?” tanya Narendra dengan tatapan yang serius. 

Natasya menjadi tegang dan bingung harus berkata apa. Lalu, Narendra tiba-tiba tertawa puas. 

“Kenapa kamu jadi serius gitu? Apa yang kamu pikirkan?” tanya Narendra. 

“Bukan apa-apa. Aku nggak mikirin apa-apa kok,” ucap Natasya. 

Aku kira laki-laki ini curiga sama aku karena aku terus sebut nama Abi di depannya, batin Natasya. 

“Kamu ke sini sama siapa?” tanya Narendra. 

“Aku sama ayah dan ibu,” jawab Natasya. 

“Dan Kak Abimanyu?” tanya Narendra. 

“Kak Abi, dia masih ada urusan. Pekerjaan kantor sangat banyak, mungkin dia belum selesai. Tapi, dia akan datang ke sini,” ucap Natasya. 

“Hanya, aku nggak tau kapan dia datang. Nggak ada yang bisa hubungi dia dari tadi,” jawab Natasya. 

“Kamu kenapa malah ke sini? Pasti ada banyak teman kamu di pesta ini. Lebih baik kamu temui mereka,” titah Natasya. 

“Bagaimana aku bisa tinggalkan kamu di pesta aku. Kamu tamu paling spesial di pesta ini,” ucap Narendra. 

“Aku akan kenalkan kamu kepada teman-teman aku. Tapi, gimana kalau kita dansa dulu,” ajak Narendra.

“Semua pasangan di pesta ini juga akan ikut dansa kalau kita dansa,” kata Narendra. 

“Maaf, aku nggak bisa dansa. Dan tangan aku lagi sakit,” ucap Natasya. 

“Nggak mungkin kamu nggak bisa dansa. Kamu berasal dari keluarga yang ternama, aku yakin kamu sering pergi ke pesta. Hanya sebentar saja,” ucap Narendra. 

“Kalau soal tangan kamu yang sakit, kamu nggak perlu khawatir. Aku nggak akan biarkan kamu jatuh dan aku nggak akan pegang erat tangan kamu yang lagi sakit,” kata Narendra. 

“Maaf, aku benar-benar nggak bisa dansa. Maksudnya aku bisa, tapi kali ini aku nggak mau dansa,” ucap Natasya.

Mana mungkin aku biarkan kamu sentuh aku. Saat dansa kamu akan sentuh aku dan aku nggak mau kalau aku tersentuh oleh kamu sedikit pun, batin Natasya. 

Dansa adalah kesempatan terbaik untuk menyatakan cinta aku ke Natasya, batin Narendra. 

“Aku mohon jangan tolak permintaan aku di hari ulang tahun aku,” pinta Narendra. 

“Narendra, aku benar-benar nggak mau dansa hari ini. Kamu tau kalau aku lagi sedikit nggak enak badan dan tangan aku juga sakit. Aku datang ke sini hanya untuk menghormati kamu. Tolong jangan paksa aku,” pinta Natasya. 

Natasya langsung pergi dan wajah Narendra menunjukan kekecewaan yang begitu besar. Kemudian, Narendra meraih tangan kiri Natasya dan menarik Natasya hingga Natasya berada di pelukannya. 

Mata Natasya langsung melotot karena terkejut. Dia menatap wajah Narendra dan Narendra melakukan hal yang sama. 

“Masih ada yang harus aku bicarakan. Jangan kemana-mana,” ucap Narendra sembari menatap wajah Natasya. 

Mereka ada sangat dekat hingga hidung mancung mereka hampir bersentuhan. Semua orang di pesta menatap mereka, tapi Narendra tak peduli dan tak mau melepaskan Natasya walaupun Natasya berusaha lepas darinya. 

“Narendra, ada banyak orang di pesta ini. Mereka pasti lihat kita,” ucap Natasya. 

“Aku nggak peduli,” ucap Narendra. 

“Pa, apa yang Narendra dan Natasya lakukan? Mereka pelukan di depan para tamu undangan,” ujar Ibu Monica kepada suaminya. 

“Papa juga nggak tau, Ma. Setahu papa, Narendra itu bukan pria yang romantis. Tapi, sejak bertemu Natasya dia jadi berubah,” ujar Pak Farhan sambil tersenyum. 

“Pa, kenapa mereka pelukan di depan umum?” tanya Ibu Rubi kepada Pak Adam. 

“Itu bagus, Ma. Papa rasa Narendra mulai tertarik pada Natasya. Ini bagus untuk tujuan Natasya,” ujar Pak Adam. 

“Tapi, kita nggak bisa biarin laki-laki itu sentuh Natasya seenaknya,” ucap Ibu Rubi dengan perasaan cemas. 

“Narendra, aku mohon lepasin aku,” pinta Natasya. 

“Perhatian untuk semua yang hadir di pesta ini,” teriak Narendra. 

“Wanita yang bersama saya ini adalah Natasya Aceline. Saya ingin kalian semua tau Natasya. Wanita ini adalah calon istri saya,” ucap Narendra. 

“Narendra, apa yang kamu lakukan?” tanya Natasya. 

“Saya adalah pria yang sangat sulit untuk jatuh cinta karena saya selalu sibuk bekerja. Tapi, saat dijodohkan dengan Natasya, saya langsung jatuh cinta dan seperti menemukan belahan jiwa saya,” ucap Narendra. 

Natasya menatap wajah Narendra yang begitu bahagia. Matanya berkaca-kaca dan mulai meneteskan air matanya. 

“Natasya adalah wanita yang berhasil merebut hati saya. Saya merasa beruntung karena Tuhan mempertemukan kami berdua. Saya dan Natasya akan segera menikah dan kalian harus datang ke pesta pernikahan kami,” ucap Narendra. 

“Cukup, Narendra!” teriak Natasya. Natasya terlihat begitu marah dan mendorong Narendra dengan kasar sehingga membuat semua orang di pesta terkejut. 

“Jangan bicara lagi! Aku nggak mau dengar apa-apa dari kamu dan kamu nggak berhak untuk mencintai aku!” tegas Natasya. 

“Kamu nggak berhak!” ucap Natasya dengan penuh penekanan dan sambil menangis. 

Natasya berjalan mundur, lalu berbalik badan dan kemudian berlari menerobos kerumunan. 

Di saat yang bersamaan seorang wanita datang ke pesta itu dan langsung menampar pipi Narendra dengan sangat keras. Semua tamu undangan pun bertambah terkejut dan mulai berargumentasi. Sedangkan, Narendra terlihat sangat kebingungan dengan keadaan yang menjadi sangat kacau. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status