Share

Bab 5

Malam makin larut, meniggalkan kegelapan di bangunan kosong yang terlupakan ini.

Udara malam sangat tidak bersahabat bagi siapapun, terutama oleh wanita yang berada di bangunan kosong ini dalam keadaan telanjang, tanpa ada pakaian ataupun penutup badan yang bisa melindunginya dari dinginnya angin malam.

Tubuh wanita ini terikat pada sebuah kursi besi yang kaki kursinya dibor di lantai beton gedung kosong yang sudah terbengkalai ini.

Wanita ini tampak terkulai tidak sadarkan diri di tengah angin malam yang bertiup memasuki gedung yang dindingnya baru setengah jadi ini.

Brrr ...!

Tubuh Claudia menggigil begitu udara malam yang dingin bertiup ke arah tubuhnya yang polos tanpa pakaian sama sekali.

Wanita ini langsung tersadar dari pingsannya karena derita yang tidak kuat ditanggungnya ini akibat siksaan wanita kejam yang mengunjunginya sebelumnya, juga perlakuan ketiga pengawal wanita ini yang telah menghancurkan hidupnya.

"Dasar laki-laki brengsek! Akan kubunuh mereka semua kalau aku berhasil meloloskan diri!" tegas Claudia dalam hatinya.

Claudia yang semula berperangai lembut dan halus, kini telah berubah menjadi wanita yang penuh dendam dan kebencian akibat perbuataan wanita kejam beserta tiga pengawalnya, yang seakan membangkitkan iblis kegelapan yang ada di dalam dirinya.

Tangannya masih mengenggam potongan kaca yang tadi digunakannya untuk menggesekkan bagian tajam kaca ke tali yang mengikatnya, tapi rasa kelelahan membuatnya tidak sadarkan diri hingga udara malam yang dingin menyadarkannya.

Brrr ...

Claudia gemetar kedinginan sehingga tenaga untuk menggesekkan potongan kaca ke tali mengikatnya juga melemah.

"Aku harus semangat! Kalau sampai aku mati di sini sia-sia, hidupku tidak akan ada artinya! Wanita jahanam beserta tiga laki-laki bejat itu harus merasakan penderitaan yang sama, bahkan melebihi yang kualami!" tegasnya dalam hati memberi semangat dan harapan pada dirinya sendiri.

Teringat balas dendamnya membuat Claudia bersemangat kembali untuk memotong tali yang mengikat tangannya ini, walaupun tangannya mulai terasa lemah dan merasakan ngilu yang tidak tertahankan.

Sekarang ikatan tali menjadi sangat ketat karena kunjungan laki-laki bejat ini, yang kembali merusak kehormatannya.

"Aku tidak boleh menyerah! Kalau sampai wanita ini datang lagi, aku rasa nyawaku tidak akan tertolong lagi."

Telapak tangan Claudia sudah berdarah dan lecet, karena potongan kaca yang tajam juga turut menggores telapak tangannya.

Brrr ...

Tubuh Claudia sudah tidak kuasa menahan dingin yang terus menerus menerpa tubuhnya.

Wajahnya sudah pucat dan tubuhnya mulai kelihatan pucat, menunjukkan gejala hipothermia yang bisa saja membuat nyawanya melayang sebelum pagi tiba.

Tubuh Claudia terasa membeku akibat dinginnya angin malam yang tidak kuat lagi ditanggung oleh tubuhnya ini.

"Paling tidak aku meninggal tidak di tangan wanita kejam itu! Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa wanita itu berlaku sangat kejam terhadapnya? Pasti ada yang aku lakukan yang membuat wanita ini begitu marah kepadaku sampai harus menyiksaku sampai mati. Apa aku ini memang pelakor seperti yang dikatakan oleh wanita itu?"

Tangan Claudia terus bergerak ke kiri dan ke kanan berusaha terus menggerus tali yang sangat kuat dan tebal ini.

Keputus asaan mulai melanda dirinya yang masih belum berhasil membebaskan tangannya dari ikatan yang kuat di kursi besi.

Tenggorokannya mulai terasa kering lagi, dan terasa sakit sekali.

Bibirnya mulai pecah-pecah menahan dehidrasi dan kedinginan yang melandanya.

Mata Claudia mulai lelah dan hendak terpejam kembali.

"Tidak ...!!!"

Teriakan Claudia dalam hatinya menyadarkan dirinya.

"Aku tidak boleh tidur! Kalau aku sampai tertidur, aku akan mati kedinginan. Wanita kejam itu pasti tertawa senang melihatku mati dalam keadaan telanjang! Sungguh sangat terhina sekali!" ujarnya dalam hati.

Hujan yang mulai turun disertai petir yang menyambar-nyambar terlihat jelas oleh Claudia, yang sangat kelelahan.

"Aku harus tahu kesalahanku! Aku tidak boleh menyerah! Ayo ... semangat Claudia!"

Claudia terus menyerukan semangat untuk dirinya sendiri.

Brrr ... Brrr ... Brrr ...

Rasa dingin makin menusuk tubuh dan tulangnya.

Hipothermia mulai menyerangnya.

Apalagi air hujan yang terbawa angin kencang masuk ke dalam gedung dan menerpa wajah dan tubuhnya.

Kedinginan makin melandanya ... tapi air hujan juga mulai membasahi bibirnya yang kering, membuat matanya yang berkunang-kunag pusing mulai jelas kembali.

Hanya perut kosongnya yang membuat dirinya mudah masuk angin, apalagi terus-terusan diterpa angin malam yang dingin.

"Sepertinya sudah pagi dini hari ... aku harus secepatnya memotong tali ini! Aku tidak tahu kapan wanita kejam itu akan mengunjungiku lagi!"

Tangan Claudia bergerak makin cepat.

Air hujan yang yang bisa mengisi dahaganya paling tidak telah membuat dirinya yang tengah menggigil kedinginan untuk terus bersemangat dan pantang menyerah.

Akhirnya dia mulai merasakan tali pengikatnya akan putus oleh gesekan potongan kaca ini.

"Beberapa gesekan lagi,seharusnya tali ini sudah putus!"

Claudia terus bersemangat tanpa menghiraukan rasa dingin menusuk tulang yang terus melandanya.

Tali pengikat tangannya akhirnya putus juga.

"Horee ... aku berhasil!" teriaknya dalam hati.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Pengelana Sakti
Horeeeeee!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status