Share

Chapter 4 — Pilihan Untuk Ditempuh

“Um, Dewi Violet. Di mana jalan yang menuju neraka? Aku tidak melihat pintu atau apapun di sekitar sini.” Kanzaki memperhatikan sekitar dengan heran.

“Tentang itu, kamu tidak akan dikirim ke neraka, surga juga tidak. Ada tempat yang menurutku mungkin lebih baik dari neraka ataupun bumi tempatmu tinggal.” Dewi Violet menunjukkan senyumannya.

Kanzaki bukanlah orang naif yang akan berpikir dirinya dialihkan ke surga. Jika memang demikian, Dewi Violet seharusnya mengatakan, “Tempat terbaik di alam semesta,” dan bukan “Lebih baik dari neraka.”

Selain itu, Dewi Violet tampaknya mengetahui kehidupan yang dijalani Kanzaki dan karena itulah dia menyebutkan bumi bukan tempat yang bagus bagi Kanzaki.

“Lalu ke mana aku akan pergi? Jika itu lebih baik dari neraka dan bahkan bumi, aku tidak akan menolaknya,” ujar Kanzaki.

Sejujurnya dia tidak ingin pergi ke tempat semenyeramkan neraka. Dia juga tidak ingin kembali ke bumi, bahkan jika itu reinkarnasi dan sejenisnya. Bila mana hidupnya akan tetap sama dengan sebelumnya, maka dia akan menolak dengan sangat.

“Tidak,” Dewi Violet menggelengkan kepalanya, ”Kamu tidak akan ke neraka ataupun bumi. Kamu akan hidup kembali di dunia lain dan harus mengemban tugas di pundakmu.”

“Para Dewi sudah mempertimbangkannya dengan matang. Sebagai bantuan untukmu yang menjalani hidup menyedihkan, sebagai bantuan dari harapan terakhir yang kau ucapkan sebelum kematian, kami akhirnya memberimu pilihan untuk ditempuh.” Dewi Violet menyatukan tangannya dan menunjukkan wajah penuh kedamaian.

“Kamu akan dihidupkan di dunia lain untuk mengenal dan mempelajari hal yang tidak kamu ketahui, tentang indahnya hidup, tentang indahnya kebersamaan,” lanjut Dewi Violet.

Kisah klise yang dapat ditemukan di cerita manapun. Kebangkitan di dunia lain dan menjalani kehidupan kedua di dunia yang tidak diketahui, ya.

‘Bukan hal buruk.’ Kanzaki tersenyum setelah memikirkan baik-baik tawarannya.

“Kurasa itu lebih baik dari neraka. Lalu, sebagai gantinya aku hidup di dunia lain, apa yang harus aku lakukan di sana? Pastinya kalian tidak akan mengirimku tanpa alasan?” Tanya Kanzaki dengan sedikit canggung.

Kanzaki tentunya sangat mengharapkan sesuatu semacam itu, menjadi Pahlawan adalah contohnya. Tidak ada siapapun yang tidak menginginkan menjadi sosok seperti Pahlawan.

“Seperti yang kamu pikirkan, kamu harus mengemban sebuah tugas sebagai ganti kebangkitanmu setelah kematian.” Dewi Violet bangkit dan menghampiri Kanzaki.

Dia menggenggam tangan Kanzaki dengan lembut dan memejamkan matanya. Kanzaki merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan. Jantungnya berdebar-debar saat Violet membungkuk di depannya.

‘Aromanya harum, bulu matanya sangat lentik dan bibirnya yang tipis pucat sangat menggoda …,’ batinnya.

Kanzaki merona dan menatap Violet yang memejamkan matanya dengan saksama. Segera, sesuatu yang dingin memasuki tubuhnya melalui tangan yang digenggam Violet.

“Bertahanlah selama beberapa detik, ini akan sakit.” Dewi Violet memperingati.

“Apanya?” tanya Kanzaki dengan bingung.

Segera, layar pandangnya berubah, dari yang awalnya Violet menjadi berbagai ingatan pertarungan mengerikan antara manusia, monster dan mahkluk yang seperti iblis.

Dimulai dari pembantaian yang dilakukan monster dan iblis hingga berakhir di empat menara dengan lokasi yang penuh kehancuran dan tercemar. Kanzaki langsung memahami bahwa keempat menara tersebut adalah tujuannya.

Setelahnya Kanzaki diserang rasa sakit kepala yang luar biasa. Bersamaan dengan ingatan tentang dunia yang tidak dia kenal, Kanzaki mulai memahami bahasa dan budaya dunia asing tersebut.

“Selesai.” Dewi Violet melepaskan genggamannya dan berdiri, “Itu adalah dunia yang akan kamu kunjungi, dunia yang harus diselamatkan dan manusia yang merindukan kebebasan.”

Kanzaki berlutut dan memeluk kepalanya, rasa sakit yang diderita empat kali lebih sakit dari yang biasanya.

“Tempat kacau seperti itu … sungguhan harus kuselamatkan?” Kanzaki tertatih-tatih saat mencoba berdiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status