Setelah amnesia dan menjadi buta, Maxime jadi makin mudah tersinggung. Dia tidak pernah bersikap baik pada siapa pun kecuali Reina.Joanna merasa sangat cemas saat memikirkan sikap Maxime terhadapnya barusan.Dia bertanya pada Ekki, "Menurutmu, kita harus apa supaya dia bisa lebih terbuka sama orang lain?"Ekki terdiam, dia juga tidak tahu jawabannya."Selama ini Bos cuma berkenalan dengan dua wanita, Marshanda dan Reina."Maxime selalu mengutamakan kariernya dan sama sekali tidak peduli dengan romansa.Kalau Ekki tidak menyebut nama Marshanda, Joanna pasti sudah lupa."Ngomong-ngomong, di mana Marshanda sekarang?"Ekki tercekat dan menjawab, "Rumah sakit jiwa."....Di sebuah rumah sakit jiwa di Kota Simaliki.Di kantor direktur rumah sakit.Marshanda mengenakan seragam rumah sakit, rambutnya acak-acakan dan matanya kusam.Ketika melihat Joanna mendatanginya, sedikit ketakutan muncul di matanya.Marshanda pikir Joanna datang menginterogasinya, jadi dia langsung pura-pura jadi orang gi
Mantan pacar?Maxime mengernyit.Marshanda berjalan ke arahnya selangkah demi selangkah, "Kak Max, aku sudah lihat beritanya, aku tahu Reina akan menceraikanmu.""Dia memang egois sejak kecil, Kak Max jangan sedih ya."Maxime mau langsung mengusirnya, tetapi ketika mendengar wanita ini menyebut nama Reina, dia pun bertanya."Kamu kenal dia?""Ya, kami satu sekolah dari SD sampai kuliah. Waktu masih kecil aku sering ke rumahnya."Marshanda tidak memberitahu Maxime kalau dia mendapat sponsor dari Keluarga Andara.Marshanda menghampiri Maxime dan mengamatinya dengan saksama. Di wajah tampan Maxime masih ada bekas goresan kaca mobil.Marshanda mengulurkan tangannya dan hendak menyentuh wajah Maxime.Maxime sepertinya sadar dan menghindar.Tangan Marshanda pun tergantung di udara, dia berkata "Kak Max, izinin aku jagain kamu ya?""Aku berbeda dari Reina. Nggak peduli apa pun yang terjadi pada Kak Max, aku nggak pernah membencimu."Marshanda sangat menyukai Maxime dan dia juga menyukai kekay
Joanna tahu Morgan pasti nurut padanya.Joanna duduk di dalam mobil, menatap Maxime yang berada di lantai atas dan bertanya pada Yansen, "Pak Yansen, apa dulu kamu yang membantu Max di pengadilan?"Karena Maxime menolak untuk mendengarkan rencana Joanna untuk menikah dengan gadis lain dan juga tidak mau menerima Marshanda.Joanna khawatir cepat atau lambat pasti akan terjadi masalah kalau Maxime tinggal sendirian di Vila Magenta.Jadi dia menemui Yansen yang membantu Maxime di pengadilan kemarin dan berkonsultasi dengannya."Ya," jawab Yansen."Aku mau tanya, dalam situasi Max saat ini apa menantu perempuanku, Reina, punya kewajiban dan tanggung jawab untuk menjaganya?" sindir Joanna.Yansen yang pintar langsung mengerti maksud tersirat dalam perkataan Joanna."Tentu saja." Setelah jeda sesaat, dia melanjutkan, "Kalau Nyonya mau, aku bisa membantu Pak Max membuat tuntutan perjanjian dan meminta Reina mengurusnya."Joanna tersenyum, "Bagus. Aku mau Reina terima surat itu hari ini juga,
Yansen menoleh dan mendapati Ekki turun mobil diikuti oleh pengawal dan beberapa pelayan.Yansen pun tidak berkata lebih banyak dan pergi.Lyann keluar rumah tergopoh-gopoh setelah mendengar keributan di luar. Dia langsung bertanya dengan panik saat melihat rombongan Ekki, "Siapa mereka?"Reina takut Lyann masuk angin kalau di luar."Bu Lyann masuk aja. Nanti aku jelaskan ya.""Oke." Lyann mengangguk dan kembali ke kamarnya.Reina menutup pintu dan berjalan menghampiri rombongan Ekki.Ekki juga berjalan mendekat. Dia khawatir saat melihat betapa bobroknya tempat tinggal Reina sekarang.Pak Maxime sudah dimanja sejak kecil, gimana dia bisa terbiasa tinggal di sini?Reina menghampiri mereka dan tidak melihat Maxime. Jadi, dia bertanya pada Ekki, "Pak Ekki, kalian ngapain?""Nyonya Joanna memintaku membawa semua pakaian dan perlengkapan Pak Maxime," jawab Ekki.Tampaknya Yansen benar. Joanna benar-benar siap membiarkan dia menjaga Maxime.Reina memasang tampang dingin, "Mana Maxime?""Pak
Setelah memastikan Ekki dan rombongannya pergi, Reina pun kembali ke kamar.Hari ini Riki mulai dirawat di rumah sakit sedangkan Riko masih baca buku di kamar.Jadi, hal terpenting yang harus Reina lakukan sekarang adalah bagaimana cara memberi tahu Riko kalau Maxime akan datang untuk tinggal di sini.Pertama, Reina ke kamar Lyann dan menceritakan semua yang baru saja terjadi.Setelah mendengar ini, Lyann memegang tangan Reina dengan lembut dan berkata, "Nana, inget lho kamu cuma sendirian. Kamu harus menjagaku dan kedua anak itu, kamu yakin sanggup? Hahh ... Dasar! Keluarga Sunandar itu sungguh keterlaluan."Dulu Lyann pikir keluarga kaya lebih murah hati dibanding orang biasa seperti mereka.Tapi kini dia sadar. Seperti pepatah lama, makin kaya seseorang, makin pelit pada orang lain."Aku nggak akan ngurus Maxime. Saat dia di sini, biarkan dia lakukan semuanya sendiri."Setelah Reina selesai bicara, dia memberi tahu Lyann apa yang dia khawatirkan, "Riko dan Riki masih belum tahu kisa
Waktu Reina sampai di rumah, waktu sudah menunjukkan lewat jam sembilan malam.Dia membereskan kamar tamu yang akan ditempati Maxime. Ruangannya tidak terlalu luas, tapi ada kamar mandi sendiri jadi pria itu tidak akan mengganggunya dan Lyann.Tepat pukul sepuluh malam.Sebuah mobil Maybach terparkir di depan rumahnya.Maxime duduk tegap di kursi belakang, mata hitamnya terlihat tenang dan tidak berkedip.Sopir yang mengantarnya lebih dulu turun dari mobil, berdiri di luar jendela dan berkata dengan hormat, "Pak Max, kita sudah sampai, aku akan minta Nyonya menjemputmu."Sesuai permintaan Maxime, tidak ada orang lain yang menemaninya kecuali sopir.Maxime ingat dengan janjinya pada Reina di kantor sipil kemarin bahwa dia tidak akan pernah mengganggu Reina lagi."Tolong anterin aku ke sana."Setelah itu, Maxime juga turun dari mobil.Dari sudut pandang ini, dia sama seperti orang biasa."Ya."Sopir itu mengulurkan tangan untuk menuntun Maxime, tapi ditolak. "Kasih tahu aja aku harus jal
"Biar kuperiksa."Reina langsung turun ke bawah, tapi pintu kamar Maxime tertutup.Dia pikir Maxime pasti tidak betah tinggal di sini.Keesokan harinya.Reina bangun pagi dan menyiapkan sarapan.Dia sengaja masak sepanci bubur dengan campuran wortel. Dia ingat Maxime adalah orang yang pilih-pilih makanan dan tidak menyukai wortel.Riko mewarisi hal ini darinya. Ada sedikit wortel di piring saja, Riko tidak akan menyentuh masakan itu.Lyann belum bangun jadi Reina menyisihkan sebagian bubur di panci.Maxime keluar kamar setelah mandi.Maxime mengenakan pakaian rumah. Ketika Reina menoleh, dia melihat luka memar besar di dahi pria itu.Reina langsung mengerti apa yang terjadi. Suara kemarin sepertinya suara kepala Maxime terbentur.Reina pura-pura tidak melihatnya dan berkata, "Ayo sarapan.""Ya." Maxime berjalan dengan hati-hati.Rumah ini memang tidak besar, tapi penuh dengan perabotan.Maxime takut tidak sengaja menyentuh perabotan di rumah dan membuat Reina marah.Meski Reina ingin M
Lyann terkejut memandang sosok Maxime di depannya.Pria itu menggulung lengan bajunya dan sedang mencuci piring di wastafel yang penuh dengan busa.Lyann hanya pernah menghubungi Maxime sekali saja, yaitu waktu dia meneleponnya lima tahun lalu.Waktu itu Lyann memohon pada Maxime untuk memperlakukan Reina dengan baik.Tapi Maxime sangat acuh tak acuh dan Lyann masih ingat apa yang dia katakan.Maxime berkata, "Mau hidup Reina seperti apa, itu bukan urusanku!""Dia pantas hidup seperti itu!"Begitu teringat dengan semua yang terjadi dulu membuat Lyann sama sekali tidak merasa kasihan pada Maxime.Dalam hati dia merasa, Maxime juga pantas hidup seperti ini!Sekarang kondisi kesehatan Lyann naik turun karena sakit paru-parunya dan sadar hidupnya tidak lama lagi, jadi Lyann ingin lebih banyak menghabiskan waktu terakhirnya dengan Reina.Lyann berjalan ke dapur dan berkata dengan nada dingin."Pak Max, kalau kamu merasa tertindas, mending pulang aja. Kamu nggak terbiasa hidup sederhana sepe