Jovan mengernyit saat melihat ketiga orang itu pergi, lalu menggerutu, "Bahkan nggak ngucapin makasih."Jovan pun masuk ke mobilnya sendiri.Saat ini di mobil Jovan ada pula seorang lelaki tua berambut putih. "Dasar bocah tak berguna, bisa nggak sih ngejar wanita? Masa ditolak sekali langsung menyerah?"Orang yang bicara tidak lain adalah kakek Jovan yang sangat mengkhawatirkan pernikahannya.Hari ini sebenarnya Jovan tidak berniat datang. Sayang, kakeknya mendengar tentang tulisan Riko yang ingin mencari ayahnya.Kakeknya tentu memaksa, atau lebih tepatnya mengancamnya. Dia bilang kalau Jovan tidak mau datang, maka kakeknya akan memastikan esok hari Jovan akan bangun di dalam peti mati.Mau tidak mau, Jovan pun datang untuk membantu Alana."Memangnya aku tipe pria seperti itu?" tanya Jovan.Tuan Besar Jacob pun mengangkat tongkat dan memukul Jovan. "Kutegaskan sekali lagi ya, Alana itu cucu menantuku. Aku nggak peduli gimana caranya, yang jelas kamu harus nikah sama dia!"Sejak meliha
Nona Reina yang disebutkan oleh sekretaris tentu saja adalah Reina."Reina?"Joanna juga bisa menerka berbagai spekulasi di benak sekretarisnya, tapi dia tidak berpikir Riko itu putra Reina."Apa jangan-jangan ayah Riko itu salah satu kerabat Reina?"Sekretaris itu agak setuju dengan pemikiran Joanna dan menjawab, "Ibu dan adik Reina sepertinya sudah kembali ke Kota Simaliki."Ketika Joanna mendengar Treya kembali ke kota Simaliki, wajahnya langsung berubah dingin."Mereka nggak akan jadi vampir penghisap kekayaan Keluarga Sunandar lagi, 'kan?"Sekretaris itu memberi tahu Joanna bahwa Treya menikah dengan seorang pengusaha kaya di luar negeri bernama Tanu.Joanna jadi lebih meremehkan Treya, hanya wanita pecundang yang hidup dengan mengandalkan pria.Setelah percakapan itu, Joanna pun melupakan Riko."Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Max sekarang?""Tuan Muda jarang keluar, dia tinggal di rumah setiap hari."Si sekretaris cukup bersimpati pada Maxime. Padahal dulu Maxime begitu berkuas
"Kamu ngapain? Lepaskan."Reina hendak mendorong Maxime menjauh, tapi pria itu malah memeluknya lebih erat.Dengan tangannya yang bebas, Maxime meremas tangan kecil Reina."Jangan bergerak, jangan sakiti anak kita."Setelah itu Maxime terpikir sesuatu, "Harusnya sekarang sudah hampir tiga bulan, 'kan? Yuk hari ini kita pergi periksa kehamilan."Reina mengernyit mendengarnya."Aku sudah periksa, anakku baik-baik aja. Aku tegaskan lagi, aku nggak hamil anak kamu."Maxime tidak memedulikan perkataan Reina dan tetap membopongnya ke lantai atas."Maxime, turunin! Aku nggak mau ke kamar." Reina mencubit lengan Maxime kuat-kuat.Sepertinya Maxime mati rasa karena meski Reina sudah mencubit sekuat mungkin, dia tetap menolak menurunkan Reina.Reina sadar, akhir-akhir ini Maxime mulai berani.Maxime menggendongnya ke kamar, menutup pintu dan dengan hati-hati membaringkan Reina di kasur."Ayo, nurut."Reina terdiam. Dia tidak menyangka bahkan dalam hal fisik dia tetap tidak bisa menandingi Maxime
Sekarang Maxime sangat patuh, Reina jadi tidak enak hati mempersulit Maxime dan hanya bisa menyuruh sesuai kemampuan Maxime.Terkadang, Ekki diam-diam datang untuk mengurus beberapa hal.Saat makan malam, Maxime tiba-tiba berkata, "Aku sudah dapat kerja. Mulai sekarang, biar aku yang bertanggung jawab atas pengeluaran keluarga ini."Setelah itu, Maxime mengembalikan kartu biaya hidup yang diberikan Reina padanya.Setelah beberapa memori pulih, Maxime tahu Reina tidak memberi kartu ini padanya karena rasa peduli.Reina hanya menatap kartu itu dan bertanya-tanya tentang pekerjaan yang Maxime bicarakan.Riko yang menyuarakan keraguan Reina, "Om Max, dapat kerja apa?"Karena perusahaan Maxime baru saja buka, banyak hal yang harus diurus dan Maxime selalu menggunakan alasan berobat untuk diam-diam mengurus keperluan di luar."Bantuan amal untuk penyandang cacat," jawab Maxime.Karena buta, Maxime tidak punya alasan lain.Semua orang di meja makan membelalak.Reina yang paling mengenal Maxim
Kalau terlalu tampan akan mudah dapat masalah.Maxime teringat Revin dan bertanya pada Ekki, "Apa Revin masih hidup?""Dia terluka parah dan dijemput oleh anak buahnya, sekarang dia dirawat di luar negeri," jawab Ekki.Maxime mengernyit.Pria itu masih belum mati juga? Beruntung sekali nasibnya.....Lagu Reina yang baru dirilis langsung menjadi pencarian terpanas peringkat kelima. Banyak pihak meminta kerja sama dan banyak juga yang memesan lagu padanya.Sisil membalas pesan sambil menelepon Reina, "Bos, barusan kita dapat pesan dari Syena. Katanya dia sangat suka lagu yang kita rilis dan mau membeli hak eksklusifnya."Bicara tentang Syena, Reina jadi teringat video balet yang dia lihat beberapa hari yang lalu. Sebenarnya tarian Syena memang sangat cocok dengan lagu Reina."Kalau minta hak eksklusif, kita pikirkan dulu.""Oke." Sisil langsung menyetujui.Sisil pun berujar dengan ragu-ragu, "Oh ya. Bos misterius itu bilang mau ketemu dan mendiskusikan kerja sama secara langsung."Pria
Sebagai CEO Grup Rajawali, uang Maxime pasti tidak berseri.Berbekal pikiran seperti itu, Diego pun bergegas menuju ke Gedung Grup Rajawali.Awalnya Diego kira Maxime tidak mau menemuinya. Tidak disangka, setelah resepsionis memberi tahu sekretaris Maxime akan kedatangannya, ternyata Maxime memintanya datang ke kantornya.Yang tidak diketahui Diego adalah orang yang duduk di kantor CEO sama sekali bukan kakak iparnya, Maxime, melainkan saudara kembar Maxime, Morgan."Kakak ipar."Diego menyapa sambil menatap Morgan yang berwibawa di hadapannya.Morgan mengangkat kepalanya dan menatapnya. "Ada urusan apa ke sini?""Kakak ipar, apa kamu bisa memberiku sedikit uang? Aku mau membangun ulang Grup Andara."Grup Andara didirikan oleh kakeknya dimulai dari sebuah pabrik kecil. Dulu kakeknya pernah menjadi orang terkaya di Kota Simaliki dan melegenda di daerah utara.Namun ketika diserahkan pada ayahnya, reputasi perusahaan perlahan-lahan menurun. Setelah diserahkan pada Diego, perusahaan malah
Reina salah paham akan kegelisahan Maxime.Reina langsung memberi tahu Maxime betapa kuat kemampuan bela diri Deron. Reina menceritakan bagaimana Deron bisa mengalahkan sepuluh orang seorang diri. Deron juga bukan orang yang emosian dan tidak suka bicara.Dengan segala macam kelebihan Deron, Maxime jadi makin bertekad mengusirnya."Suruh mereka semua keluar, aku nggak suka orang asing," kata Reina lagi.Reina tidak suka orang asing atau orang jelek?Maxime tidak berani bertanya lebih lanjut dan menyuruh semua pengawal yang dia siapkan pergi dulu.Karena Reina tidak setuju, Maxime pun memutuskan untuk membereskan Deron dengan tangannya sendiri.Reina tidak ambil pusing karena menganggap ini hanya salah satu tingkah aneh Maxime.Di sisi lain, Diego langsung pergi ke Kabupaten Sariang setelah tahu dari Treya bahwa sekarang Reina tinggal di sana.Waktu sudah jam 10 malam waktu Diego sampai.Saat ini, semua orang sudah tidur.Diego menerjang angin dingin untuk mengetuk pintu rumah Reina.Re
Diego tidak menyangka Reina tidak hanya menolak, tapi juga menceramahinya. Dia langsung mencengkeram bahu Reina kuat-kuat."Kalau nggak mau bantu ya nggak usah banyak bacot!""Sudah kuduga aku memang nggak bisa mengandalkanmu. Jangan samakan aku denganmu yang terima tertindas. Aku nggak sudi! Aku pernah menjadi cucu orang terkaya di Kota Simaliki. Aku pasti bisa mengembalikan kejayaan Keluarga Andara dan kamu nggak pantas menyandang nama Keluarga Andara!"Setelah Diego selesai bicara, dia mendorong Reina dengan sekuat tenaga.Reina mundur beberapa langkah dan hampir saja jatuh.Sebuah lengan yang kuat menangkapnya."Kamu nggak apa-apa?" Suara lembut Maxime terdengar di telinga Reina.Reina hendak mencegahnya muncul, tapi sudah terlambat. Diego yang melihat Maxime pun jadi bingung."Kakak ipar? Kok kamu ada di sini? Kalau gitu ngapain minta aku ngajak kakakku pergi ke Grup Rajawali untuk bicara denganmu?"Diego tidak tahu bahwa orang di depannya bukanlah orang yang dilihatnya tadi siang