Share

Episode Dua Puluh : Sebuah Kepedulian

Pipinya tertimpa reruntuhan sinar ruangan. Terlihat berseri-seri manis meski keningnya ditambal perban. Malam menggantungkan bulan di musim tanpa hujan. Lorong ruang sunyi, jejak-jejak telah berhenti. Pasien-pasien rebah dalam mimpi di atas bangsal masing-masing. Kota menyalakan lampu-lampu ketika mentari melengserkan tugas. Denting detik dan cicak di dinding saling melengkapi siulan. Hening. Bila terlelap di pinggiran bangsal sembari menggenggam telapak tangan Akhtar. Sementara gadis itu, —Fira, sedang lelap di kursi sofa. Tubuhnya dibalut selimut. Pandangan Akhtar t ertuju pada wajah Fira. Ia mencermati setiap lekuk permukaan rupa gadis itu. Rambut poni berantakan menutup sebagian perban. Bibir mungilnya sedikit terbuka, seolah tidak peduli nyamuk masuk ke rongga mulut. 

'Aku benci dirimu karena selalu memanggil kekurangan fisikku. Aku bersumpah pada takdir, kelak akan bisa berjalan normal seperti orang-orang lainnya lagi, Fir.' Umpatnya dalam hati. Ia lantas men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status