Pagi ini mendung menutupi cakrawala, nafas bagi terasa begitu suram terlebih dahulu aku tidak sepenuhnya membuka tirai jendela kaca. Aku masih terduduk setelah habis salat subuh, tidak mengerjakan apapun hanya sibuk menatap cakrawala sambil merangkum luka di hatiku.
Bayangan dan kelebatan kejadian semalam membuatku nyaris menggila, aku tidak bisa memejamkan mata barang sedikitpun karena selalu ingat bagaimana seringai dan senyum wanita itu padaku. Dia melecehkanku, dia tersenyum padaku seakan-akan dia memenangkan sesuatu yang besar, seakan-akan dia ingin bilang :"Lihatlah suamimu sangat mencintaiku dan dia rela melakukan apapun untukku termasuk menggadaikan kehormatan dan harga dirinya di tempat kerja."Aku benar-benar stres memikirkan itu."Bunda...." Sapaan dari Alexa Putri terakhirku membuyarkan diri ini."Bunda sedang apa duduk berjam-jam menatap jendela?""Hanya menatap langit yang tadinya cerah lalu berubah mendung?""Apa ada yang aneh? Biasanya jam segini makanan sudah siap di atas meja kok tumben Bunda belum masak ya?""Benarkah? Emangnya sekarang jam berapa?" Aku seakan dibangunkan dari mimpi panjang tersentak diri ini melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.00 aku buyar dan langsung berlari ke dapur."Ada apa dengan bunda?" Alexa menyusulku ke dapur dan menatap diri ini dengan penuh keheranan."Apa bunda sedang kehilangan akal atau tidak menyadari sesuatu?""Tidak tidak ...." Aku menggeleng cepat sambil buru-buru mengambil roti dan selai. Gawat, anak-anakku akan terlambat jika aku tidak segera menyiapkan sarapan dan bekal mereka.Alexa putriku yang duduk di kelas 2 SMA langsung datang dan menarik tangan ini yang masih memegang pisau dan toples selai."Jika bunda sedang sakit kita bisa mengerjakan sendiri, jangan khawatir.""Tidak, bunda akan siapkan!" Ucapku dengan tangan gemetar. Nampaknya gelombang kejut dan kejadian semalam membuatku kehilangan konsentrasi dan kesehatanku menurun. Aku merasa badanku mulai panas dan perutku kembung, juga ada sensasi pusing yang kini membuatku sedikit oleng."Ada apa ini?" Suamiku turun dari kamar utama lalu mendapati Kami sedang berbincang di dapur dia yang masih mengenakan piyama mengambil segelas air lalu meneguknya dengan cepat."Sepertinya Bunda sakit Ayah.""Benarkah?" Suamiku mendekat dengan wajah cemas seperti biasa selalu gercep dan pura pura cemas. Dia meraba keningku dengan ekspresi khawatir lalu buru-buru mengajak diri ini menepi dari dapur."Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu sakit. Kenapa tidak bangunkan aku, biar aku yang siapkan makanan untuk anak-anak.""Aku baik baik saja." Aku menghindari tatapan matanya karena setiap kali aku menatap bola mata itu aku ingin sekali marah dan mencakarnya.Beraninya dia menipu istrinya sendiri.Dan tentang diriku yang masih terus membungkam serta tidak banyak bertanya, sengaja kulakukan, agar aku bisa menguak tabir yang sebenarnya dan tahu sudah berapa lama suamiku bercinta dengan wanita bernama Niken itu.Teng.Bel pintu rumah berdentang, Alexa sebelah berlari ke depan pintu utama lalu membukanya."Siapa ya?""Aku bawahan ayahmu, ada tuan Farid ada?" Selamat selamat aku mendengar suara lembut seorang wanita di depan pintu. Tiba-tiba jantungku berdegup dengan kencang seakan-akan berlomba dengan nafasku yang mulai memburu."Siapa itu?"Saat aku menyusul ke ruang tamu bola mataku kembali terbelalak karena di depan pintu Niken sudah menunggu. Dia mengenakan seragam khusus proyek dan sepatu boot, wanita itu nampak bergaya dan dia sungguh mempesona."Permisi Nyonya Apakah Pak Farid ada di rumah?""Iya.""Maaf karena saya mampir tanpa memberitahu anda... Kebetulan saya lewat ke sini Jadi saya ada berkas yang ingin saya sampaikan ke Pak Farid. Untuk untuk menghemat waktu dan jarak karena saya harus pergi ke proyek, sebaiknya saya drop berkasnya di sini."Aku tidak langsung menerimanya aku pernah tak punya dengan tajam sementara wanita itu mengulang senyumannya, senyuman licik yang semalam. Tanpa aba-aba lagi aku langsung menjambak rambutnya yang panjang, lembut hitam kemilau yang memancarkan wangi sampo, aku mencampaknya, dia menjerit, aku menyeret dan membenturkan kepalanya ke pintu. Aku murka, menjatuhkan dirinya ke lantai lalu aku duduk di atas perutnya dan memukulnya bertubi-tubi.Suamiku yang datang dari dalam panik dan langsung memisahkan diri ini, tapi dia tidak mampu mengimbangi kekuatanku, karena aku yang sudah melukai wanita itu dengan pukulan dan cakaranku."Hentikan!!!!!"Tok!Aku kembali pada kenyataanku! Aku tersadar dalam angan angan barusan, aku tersentak saat wanita itu mengetuk kusen pintu yang ada di dekatku."Maaf Nyonya, Apa Anda mendengar saya?" Wanita itu kembali tersenyum dengan wajah yang dia miringkan seakan-akan dia benar-benar menantangku. Tapi sikapnya yang polos membuat seseorang yang baru bertemu pasti merasa tidak curiga."Oh i-ya, baiklah," balasku sambil menerima berkas dari wanita itu.Tanganku gemetar, andai aku melaksanakan apa yang terlintas di benakku, pasti wanita itu akan masuk UGD sekarang juga."Terima kasih banyak. Saya pergi dulu." Wanita itu beranjak dari hadapanku. Anehnya dia tidak memaksa untuk bertemu dengan suamiku, hanya menitipkan berkas itu lalu tersenyum penuh makna dan pergi begitu saja.Dengan sikapnya yang seperti itu hatiku semakin merasa panas seakan aku di tantang-tantang olehnya.Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia