"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
**Jangan mudah terlena pada suami yang selalu bersikap mesra dan manis. Siapa tahu, mereka menyembunyikan rasa bersalah dengan berusaha mengambil hati istrinya. Seperti suamiku, meski baik padaku diam-diam dia membuat seseorang merintih di dalam kantornya. **Sejak menikah dengan Mas Farid--bertahun tahun lalu-- hari-hariku terasa dipenuhi dengan berkah dan kebahagiaan, setiap hari seperti sebuah hadiah, merasa berkah diberikan suami yang baik serta penuh perhatian, ditambah kami dianugerahi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Mereka tumbuh cerdas dan selalu membawa kebanggaan tersendiri untuk orang tuanya.**Tepat dua puluh tahun anniversary pernikahan, ketika pagi ini aku berdiri di depan figura foto keluarga dengan tatapan bangga dan senyuman lebar di bibirku. Netra ini menatap lengkap pada foto berukuran cukup besar dan menjadi poin utama di ruang keluarga. Di gambar itu, ada aku dan suamiku yang duduk berdampingan dengan ekspresi penuh cinta dan saling genggam tangan sement
Aku terpaku di dinding melihat kejadian itu, dari balik pintu dan ditutupi oleh daun-daun pohon plastik, aku meneteskan air mata melihat kejadian yang seakan seperti mimpi di depan mata.Apa yang kulihat sulit untukku cerna seketika, seakan tabir antara kenyataan dan alam ilusi menjadi kabur. Aku jadi sulit membedakan mana yang kenyataan dan mana yang hanya tipuan mata. Duniaku gelap, seakan aku diterpa gerhana matahari, seakan ada mendung kelabu yang benar-benar menutup cahaya dari hadapanku, meski ada kilat di depan mata tapi aku seakan buta.Sulit untuk percaya setelah 20 tahun lelaki itu selalu ada bersamaku, jam tanganku dan tidak melewatkan waktu untuk merangkul serta memberikan ciuman hangat. Sulit untuk mengerti tiba-tiba dia punya sisi lain dalam dirinya dan berani melakukan perbuatan itu.Kutinggalkan ruang itu dan membiarkan dia yang masih melanjutkan sesi memadu asmara dengan kekasih gelapnya. Ah, Tuhan, di bawah sana musik masih berdentum, riuh rendah dan samar-samar perc
Aku sudah lemas saat mobil suamiku tiba di rumah. Dari arah gerbang, atap rumah dan balkon kamar tidurku terlihat megah. Saat memasuki halaman taman cantik menyambut, air mancur berundak dan kolam ikan favoritku sudah ada di sana tempat aku biasa bersantai di sore hari dan bercanda dengan suamiku.Ah, bisa-bisanya aku tertipu oleh sandiwara dan permainannya.Aku turun dari mobil dengan lunglai menutup pintu mobilnya dengan kasar kemudian masuk ke pintu utama sambil menghentakkan kakiku. Kulepaskan sepatu hak tinggi dengan acak lalu kutinggalkan foyer utama langsung berlari ke arah kamar tidur."Hei, kau kenapa? Sepatumu tidak biasanya Kau letakkan dengan berantakan tanya suamiku sambil memunguti benda itu lalu memasukkannya ke dalam rak.""Aku ingin ke kamar mandi," jawabku dari atas tangga.Aku pergi ke kamar mandi menutup pintunya, lalu menangis di hadapan wastafel sambil menyalakan keran dengan tekanan tinggi, airnya deras sederas air mataku yang berderai di pipi. Mendadak kepalak
Pagi ini mendung menutupi cakrawala, nafas bagi terasa begitu suram terlebih dahulu aku tidak sepenuhnya membuka tirai jendela kaca. Aku masih terduduk setelah habis salat subuh, tidak mengerjakan apapun hanya sibuk menatap cakrawala sambil merangkum luka di hatiku.Bayangan dan kelebatan kejadian semalam membuatku nyaris menggila, aku tidak bisa memejamkan mata barang sedikitpun karena selalu ingat bagaimana seringai dan senyum wanita itu padaku. Dia melecehkanku, dia tersenyum padaku seakan-akan dia memenangkan sesuatu yang besar, seakan-akan dia ingin bilang :"Lihatlah suamimu sangat mencintaiku dan dia rela melakukan apapun untukku termasuk menggadaikan kehormatan dan harga dirinya di tempat kerja."Aku benar-benar stres memikirkan itu."Bunda...." Sapaan dari Alexa Putri terakhirku membuyarkan diri ini."Bunda sedang apa duduk berjam-jam menatap jendela?""Hanya menatap langit yang tadinya cerah lalu berubah mendung?""Apa ada yang aneh? Biasanya jam segini makanan sudah siap d
"Siapa yang datang Bunda?" tanya suamiku dengan pertanyaan yang lembut dan mesra. "Arsitek mu yang bernama Niken mampir ke tempat ini dan menyerahkan berkas desain untuk proyek terbaru. Ini dia?" Aku menyerahkan berkas itu pada suamiku Dia terlihat memasang ekspresi datar menerima kertas-kertas itu dari tanganku."Dia bilang apa?""Tidak ada, hanya menitip ini saja.""Oh baik." Lelaki itu memberikan badan sambil mengangguk-ngangguk lalu beranjak kembali masuk ke dalam."Tunggu ....""Apa?" tanyanya."Apa kau dan arsitekmu dekat?""Pertanyaan macam Apa itu dekat yang maksudnya seperti apa?" Mas Farid menaikkan alisnya dengan heran memasang ekspresi seakan-akan dia tidak mengenal wanita itu atau tidak memiliki dosa sedikitpun. Aku jadi dongkol di dalam hatiku melihat dia yang pandai sekali bersilat lidah dan pura-pura."Aku bertanya padamu. Apa kau dan dia cukup dekat?""Aku dan dia sering bertemu karena kami diharuskan untuk membahas proyek dan bekerja sama. Satu konstruksi yang salah