Share

5. sandiwara Mas Farid

"Siapa yang datang Bunda?" tanya suamiku dengan pertanyaan yang lembut dan mesra.

"Arsitek mu yang bernama Niken mampir ke tempat ini dan menyerahkan berkas desain untuk proyek terbaru. Ini dia?" Aku menyerahkan berkas itu pada suamiku Dia terlihat memasang ekspresi datar menerima kertas-kertas itu dari tanganku.

"Dia bilang apa?"

"Tidak ada, hanya menitip ini saja."

"Oh baik." Lelaki itu memberikan badan sambil mengangguk-ngangguk lalu beranjak kembali masuk ke dalam.

"Tunggu ...."

"Apa?" tanyanya.

"Apa kau dan arsitekmu dekat?"

"Pertanyaan macam Apa itu dekat yang maksudnya seperti apa?" Mas Farid menaikkan alisnya dengan heran memasang ekspresi seakan-akan dia tidak mengenal wanita itu atau tidak memiliki dosa sedikitpun. Aku jadi dongkol di dalam hatiku melihat dia yang pandai sekali bersilat lidah dan pura-pura.

"Aku bertanya padamu. Apa kau dan dia cukup dekat?"

"Aku dan dia sering bertemu karena kami diharuskan untuk membahas proyek dan bekerja sama. Satu konstruksi yang salah akan membuat kami mengacaukan seluruh proyek, Jadi kami harus bekerja dengan teliti dan harus saling berkoordinasi. Apa itu jelas??"

"Iya, baiklah."

"Ada apa denganmu. Sejak pulang dari pesta semalam kau jadi aneh dan ekspresi wajahmu berubah seakan kau mencurigai sesuatu, apa aku menyakiti hatimu?"

"Tidak, tidak sama sekali," jawabku.

"Baguslah."

Lelaki itu naik lagi ke kamar kami untuk mandi sementara aku melanjutkan merapikan dapur. Saat mencuci piring dan mengelap kompor tiba-tiba aku terlintas di dalam benakku untuk memeriksa ponsel mas Farid. Sejauh ini aku tidak pernah memegang gawai miliknya jadi aku ingin tahu apa yang terjadi di sana mudah-mudahan ponselnya masih tidak terkunci seperti dulu.

Aku mengendap-endap masuk ke dalam kamar, masih mendengar bunyi air yang gemericik di kamar mandi yang berarti bahwa suamiku belum kelar dengan proses mandinya.

Aku meraih ponsel yang tergeletak di nakas yang dekat tempat tidur, aku mencoba membuka ponsel itu tapi ternyata terkunci dengan sandi. Aku mencoba memasukkan tanggal lahir dan beberapa angka secara acak tapi itu gagal.

Ya Tuhan ... Aku mulai resah karena keren sudah dimatikan di dalam kamar mandi sana.

Saat aku akhirnya menyerah dan hendak meletakkan ponsel itu ke tempat semula tiba-tiba ada pesan di pop up layarnya.

(Ekspresi istrimu sungguh lucu saat dia menatapku. Aku yakin wanita itu tidak tahu apa-apa Mas. Mari kita bertemu di jam makan siang.)

Begitu bunyi pesan yang terpampang di sana.

"Oh berarti wanita itu dan suamiku pernah membahas tentang diriku. Apakah dia memberitahu Mas Farid kalau aku dan dia sempat berpapasan semalam dan menyaksikan perbuatan me*** mereka? Ataukah, wanita itu sengaja datang ke rumah untuk menguji kesabaran dan membodohi diriku! Ah, dipermainkan aku benar-benar dipermainkan oleh wanita lancang itu dan aku harus memberinya pelajaran."

Aku bermonolog pada diriku sendiri sampai tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan mas Farid mendapati diriku memegang ponselnya.

"Apa yang kau lakukan dengan ponselku?"

"Uhm, ta-tadi, berdering. Aku hendak menyerahkannya padamu tapi panggilannya berakhir."

"Tapi aku tidak suka kamu memeriksa ponselku dan selama ini kau selalu mengabaikan panggilan yang masuk Meski Kau melihatnya Ada Apa denganmu?" tanya dirinya yang masih mengusap kepalanya yang masih basah.

"Aku hanya, sekelebat melihat sebuah pesan di pop up layar."

"Kok beraninya kamu ya...."

"Apa ada yang kau sembunyikan, Tolong beritahu aku."

"Tidak ada. Ini pasti tentang masalah pekerjaan." Dia meraih ponsel itu dari tanganku.

"Kalau begitu kenapa ponselnya dikunci?"

"Aku hanya khawatir ponselnya hilang dan dibuka oleh orang yang tidak bertanggung jawab aku tidak bermaksud membatasi privasiku dengan istriku sendiri."

"Kalau begitu tolong buka dan biarkan aku melihat pesan yang baru saja masuk agar aku tidak resah." Tatapan mata kami beradu dan kami saling terdiam selama lebih dari 10 detik. Dia dia menatapku lalu memicingkan matanya dengan kesal.

"Aku mohon."

"Apa kamu tidak percaya pada suamimu sendiri?"

"Kalau itu memang bukan pesan yang penting tolong perlihatkan padaku."

"Pekerjaanku juga privasiku Jadi kami membahas masalah rahasia di sana dan Tidak seorangpun yang boleh tahu, apa kau mengerti?"

"Tolong beritahu saja aku," ucapku sambil berusaha meraih ponsel dari tangannya dan tiba-tiba lelaki itu melempar ponselnya ke dinding dengan keras."

Prak!

Ponsel itu pecah berserakan.

Aku terkesiap dan air mataku langsung tumpah begitu saja.

"Jika kau tidak percaya padaku maka lebih baik ponselnya aku pecahkan dan bila perlu.... aku tidak perlu punya gadget lagi."

"Maas ...."

"Aku tidak mengerti kenapa kau begitu bersikeras," ujarnya sambil mendengkus. Aku mencoba menghalau air mataku dan menenangkan nafasku yang bergemuruh. Sudah tahu dirinya salah tapi dia terus berusaha menutupi keadaan itu. Tentu saja ini membuatku makin tidak percaya dan semakin sakit hati padanya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Vivi Wie
mmg spt itu kl pria ketahuan, kl hp mau di periksa istri pasti di banting.. hancur cur........utk menutupi semua kecurigaan istri pdnya......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status