Mas Farid nampak terkejut mendengar perkataan wanita berambut panjang itu, meski dia mengenakan pakaian kerja khusus konstruksi tapi cetakan bagian tubuhnya yang terbungkus celana jeans dan sepatu boot membuat dia nampak sangat seksi. Dia menawan dan sungguh menarik.
"Apa? Kau bilang apa?" Suamiku nampak terguncang saat kekasihnya minta putus darinya. Dia segera meraih tangan wanita itu dan membingkai wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Aku belum pernah mencintai orang setulus aku mencintaimu.""Cih, jangan bohong." Wanita itu mendeci sambil membuang pandangannya ia seakan benci sekali pada suamiku."Aku memang mencintai Hafsah, tapi aku lebih mencintaimu, aku tergila-gila padamu dan akan kutinggalkan segalanya lebih bisa bersamamu.""Oh ya?""Ya, aku bersumpah!" ucapnya sambil mengecup jemari Niken."Lalu kenapa kok belum juga meninggalkan mereka semua jika kau memang yakin begitu mencintaiku.""Aku harus menyelesaikan hubungan itu dengan baik-baik agar tidak ada dendam Antara Aku dan Hafsah serta sakit di hati anak-anakku. Lagi pula semua aset-aset ku tersimpan atas nama istriku jadi aku berencana untuk memindahkannya diam-diam agar aku dan kamu punya modal untuk memulai kehidupan kita yang baru."Ouhhh... Jadi itu rencananya ya? Aku bersumpah tidak akan membuat semua rencana mereka berjalan lancar."Kita bercinta setiap hari dan menghabiskan waktu, bagaimana kalau aku hamil sementara kau masih belum berbicara juga dengan istrimu?""Aku tetap bisa menikahimu sayang, jangan buat hatiku galau dan syok seperti ini dengan cara kau mengancamku untuk meninggalkanku.""Aku bisa apa? Lihatlah kita bertemu setiap hari dan menghabiskan waktu lama-lama orang akan mulai curiga dan menyadari ada hubungan di antara kita. apa kau tidak mengerti juga, Mas?""Aku akan mengatasi semua itu lagi pula selama ini kita tidak pernah terlihat mencolok. Kau jangan marah Sayang, aku mencintaimu," ujar Mas Farid."Cukup mas, aku muak, lebih baik kita putus!"Wanita itu mendorong suamiku, banyak meninggalkan bangunan ini, tapi tiba-tiba mas Farid menarik tangannya dan memeluknya dengan kencang lalu mendesaknya ke sisi di dinding."Tidak kau tidak bisa lepas dariku lebih baik kita mati berdua daripada kau meninggalkanku!""Cukup, Mas!"Mas Farid kembali mencoba meyakinkan wanita itu dengan kembali mencumbunya di bagian lehernya. Dia menyentuh bagian pribadi wanita itu dan membuatnya merintih tidak karuan."Hanya aku yang bisa bikin kamu bahagia dan kamu pun yang bisa bikin aku bahagia. Kita tidak boleh berpisah.""Kalau begitu tegaskan keputusanmu ucap wanita itu sambil kembali mendorong suamiku dengan kasar lalu dia berlari Pergi meninggalkan Mas Farid.""Siaal!" Mas Faris menendang sebuah ember yang membuatku cukup terkejut."Arrhggg!!!" Suamiku meremas rambutnya, lalu meninggalkan tempat itu dengan geram.Aku yakin situasi perasaan dan pikirannya sedang bingung. Dulu dia bekerja dan bilang kalau dia hidup hanya untuk istri dan anak-anaknya, tapi sekarang dia membisikkan kata-kata cinta pada wanita lain dan bilang hanya ingin bersama dengan niken, menghabiskan sisa hidupnya di dunia.Ah, munafik. Ternyata rata-rata laki-laki memang munafik.Aku jadi terpikirkan tentang wanita yang pernah hidup sama di luar sana, tentang wanita yang masih saja terus percaya dan yakin pada kesetiaan suami mereka. Khawatir tentang wanita yang selalu saja merasa bahagia karena diberi perhatian dan kasih sayang tapi di sisi lain mereka malah dikhianati.Sudah banyak contoh yang terjadi sejauh ini, bahkan orang-orang yang melukai seorang istri tidak lain dan tidak bukan adalah orang terdekatnya. Kadang seorang wanita yang mereka tolong, kadang sahabat terdekat mereka, kadang juga saudara atau bahkan sepupu sendiri yang jadi perebut suami.Sudah banyak yang terjadi, tidak ada firasat apa-apa tapi seorang wanita tiba-tiba kehilangan pasangan hidupnya yang ternyata terjerat pada pesona dan rayuan wanita lain. Untungnya aku segera menyadari kesalahan suamiku sebelum segala sesuatu menjadi terlambat. Aku harus menyelamatkan keluargaku demi anak-anakku yang tetap ingin bahagia bersama orang tuanya.Aku ingin menyelamatkan mereka.*Pukul 04.00 sore situasi dikonstruksi sudah mulai sepi, Aku sengaja memarkirkan mobilku tepat 20 meter dari jarak tempat itu. Saat aku melihat Niken meninggalkan tempat itu dengan mobilnya aku segera mengikutinya. Mengikutinya menyusuri Jalan hutan yang rindang dan sejuk, serta di sebelah kirinya ada danau yang terhampar luas dan memanjakan pemandangan mata.Aku mengakui wanita itu cukup cerdas dan cemerlang dalam idenya, dia mendesain hotel yang cukup bagus dan memilihkan tempat yang nyaman bagi para pengunjung dan wisatawan di masa depan. Iya, dia memang pintar, aku mengakuinya.Aku mengikutinya sejauh 8 KM dan tak lama kemudian mobil wanita itu berhenti, sebelum masuk ke jalan utama yang cukup ramai mobil itu berhenti. Wanita itu keluar tiba-tiba pintunya terbuka dan wanita itu keluar.Dia datang ke mobilku dan mengetuk pintunya, aku menurunkan kaca dan wanita itu langsung melipat tangan di dada dengan senyum yang penuh kesombongan."Ada apa ya ... istri direktur pelaksana mengikutiku?"Aku hanya tertawa mendengar dia begitu berani menantangku dan tidak ada sungkan-sungkannya sama sekali.Aku mendorong pintu mobilku lalu keluar dari sana, si wanita itu masih melipat tangan di dada dengan senyum santainya."Aku senang berjumpa denganmu di tempat ini.""Apa kau menguntitku?" tanyanya dengan alis naik sebelah.Dengan senyum yang masih santai dan tanpa banyak bicara aku langsung meraih rambutnya mencengkeramnya dengan kuat lalu kuhantamkan kepalanya ke atas kap mobil.Brak!"Aaaah!" Mungkin teriakan wanita itu menggema ke seluruh hutan, aku tak peduli."Beraninya kau meremehkanku!"Brak! Sekali lagi aku menghantam wajahnya ke kap mobilku. Wanita itu meronta dan berusaha memegangi pergelanganku tapi aku terlampau kuat dan sakit hati untuk membalaskan dendamku.PraaaaakAaaaah! Auhhh tolong ....Wanita itu menjerit minta ampun, keningnya berdarah, saat kulepas tengkuknya dia meluncur jatuh dan terkapar di aspal."Aku peringatkan padamu, untuk jangan main main denganku," ujarku sambil tersenyum miring dan masuk kembali ke mobil, wanita itu terkapar, ia merintih kesakitan dan berusaha bangkit, keningnya pecah lalu mengucurkan darah "Laporkan saja insiden ini pada pacarmu, aku menunggu reaksinya," lanjutku sambil tancap gas dan pergi begitu saja.Wanita itu memandangku dengan kesal tapi dia tak menjawabku."Beraninya wanita obralan sepertinya mencoba memisahkanku dan suamiku." Aku menggunam lalu mengencangkan laju mobil.*Waktu kembali bergulir, siang jadi malam, dan suamiku belum kunjung pulang, aku rasa dia menolong gundiknya, membawanya ke rumah sakit dan merawatnya.Hingga pukul sembilan dia belum kunjung datang, kucoba untuk menghubungi tapi dia tak menjawabnya. Baru aja akan kucari, dia sudah ada di ambang pintu."Dari mana saja Mas, a
Tanpa sengaja air mataku berderai, lututku gemetar dan aku berusaha membekap mulutku dengan kedua tangan, menghalau tangisanku agar tidak pecah dan terdengar oleh penghuni rumah. Aku tidak kuasa melihat benda berwarna merah marun yang teronggok di lantai kamarku itu. Aku merasa jijik menyentuhnya dan segera kulempar tapi aku tak bisa menepis fakta bahwa mereka memang melakukan sesuatu sebelum jam pulang kerja dan sebelum aku memukul wanita itu di tepi hutan. Aku rasa ini kan berusaha memprovokasi dan cari gara-gara denganku sehingga dia punya celah untuk masuk dan memanasi suamiku sehingga hubungan kami keruh.Ada tabir tipis antara penipuan dan rasa cinta yang sesungguhnya. Jika diperhatikan saat suamiku mengutarakan cinta padaku dia mengatakannya dengan begitu tulus jujur dan tatapan matanya benar-benar menunjukkan kalau dia mengatakan yang dia rasakan. Tapi saat aku menyaksikan dia mengatakan hal yang sama kepada Niken, maka aku tersadar, bahwa suamiku memang pandai bersandiwa
"Apa tidurmu nyenyak semalam?" tanya lelaki itu saat aku sedang melata piring di meja makan. Dia menjumpaiku, mendekati ke dapur saat aku sedang menyiapkan sarapan lalu mencium kening ini."Iya, tidurku bagus, kau bagaimana Mas?""Aku nyaman memelukmu," balasnya sambil duduk lalu mengesap kopi, aku menggeser kursi lagi duduk harapannya. Memberinya piring makan dan meletakkan nasi goreng ke atas permukaan benda itu."Makanlah.""Baik," jawabnya.Kami makan dan saling diam sekali aku dan dia saling memandang sampai akhirnya lelaki itu tidak tahan untuk bertanya,"Ada apa, kenapa kau diam saja?""Aku ingin bertanya padamu.""Tentang apa?""Apa yang kau sembunyikan dariku?" tatapanku tajam padanya, "Apa maksudmu, sudah nyari seminggu kau terus bertanya tentang apa yang aku sembunyikan Memangnya apa yang aku sembunyikan," tanya lelaki itu sambil menahan makanan di sendoknya."Baiklah kalau kau tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Tapi, Aku tetap menunggumu untuk jujur.""Kejujuran macam
"Kupikir kau cukup bijaksana untuk menentukan langkah dan sikapmu tapi kau benar-benar mengundang masalah," desis Mas Farid."Apa maksudmu?""Kau pikir istriku akan diam saja mengetahui ini, Kau pikir dia akan bisa melihat kau meletakkan celana dalammu ke dalam jasku! Akan ada keributan besar dan kehancuran dalam keluargaku, anak-anakku akan murka dan semuanya akan bergulir jadi masalah yang begitu besar, apa kau sengaja melakukan ini?""Aku melakukannya agar kau merindukanku.""Jelas alasanmu tidak masuk akal, kau sengaja meletakkannya karena kau tahu istriku yang akan membersihkan jasku, kau sengaja ingin mengungkap perselingkuhan kita, iya kan.""Kalau iya terus kenapa? Sejauh ini aku menunggu kejelasan darimu kau bilang kita akan menikah dan bersama tapi buktinya belum ada sampai saat ini!"Wanita itu jadi berang dan menyingkirkan tangan mas Farid dari kedua lengannya, dia menepisnya dengan kasar dan berteriak. Untungnya koridor di sayap barat tidak terlalu ramai dengan pekerja ka
Dia terbelalak saat hendak keluar dengan langkah yang cepat dan nyaris menabrakku, dia hampir jatuh karena kaget. Ekspresi wajahnya yang tadinya biasa-biasa saja langsung pias dan gugup."Ka-kau ada di sini?" Mendadak suamiku panik dan terbata-bata. "Ya....""Sejak tadi?""Ya."Dia semakin pucat dan menelan ludah. "Apa kau melihat semua yang terjadi di dalam?""Ya, kenapa?""Ah!" Lelaki itu memegang keningnya dan mulai gelisah."Aku bisa jelaskan Sayang, Ini hanya salah paham. Kau pasti hanya mendengar percakapan itu setengah-setengah saja kan?""Aku dengar dengan jelas saat kamu memanggil wanita itu dengan ungkapan sayang kau bujuk dan kau kecup keningnya lalu kau minta dia untuk kembali ke lokasi proyek! Apa itu salah?" Suamiku gemetar bukan main saat aku mengatakannya. Sebenarnya aku ingin sekali menampar wajahnya dengan tas yang kubawa tapi aku tidak suka main kasar pada kepala keluarga. Lagipula, main kasar akan membuatnya kehilangan respek pada istrinya sendiri. Lalu kesemp
Jujur saja bertengkar dan berteriak-teriak bukan keahlianku, aku lebih memilih untuk bicara seperti itu padanya, dengan demikian, Dia mungkin akan berpikir keras untuk berusaha memperbaiki kesalahan. Atau... bisa jadi dia tidak menemukan kesadarannya.Kuambil makananku ke piring lalu kubawa piringku ke ruang tengah dan makan di depan tv, untuk pertama kalinya aku tidak makan di meja makan karena lelaki itu ada di sana."Aku jadi malu dan segan untuk makan.""Malu menunjukkan bahwa kau masih punya akal. Tapi entah kenapa, sejak awal, ke mana rasa malu itu pergi. Ke mana rasa takut akan dosa dan kemungkinan aibmu akan terungkap di saat kau berani menyingkap pakaian wanita itu di dalam ruang kerjamu?""Aku mohon, aku ...."Aku tidak lagi mendengar perkataannya karena tiba-tiba kuambil remote dan kubesarkan volume TV. Aku benci mendengar pembelaannya yang seperti pembenaran tidak masuk akal. Aku sudah bosan dan aku lelah. Melihatku yang acuh tak acuh saja serta hanya sibuk menonton TV
"Ada apa sebenarnya Bunda?" Putra sulungku datang bertanya padaku saat diri ini mencuci piring sendiri yang di dapur sementara kedua putriku duduk dengan ayahnya di depan TV sambil makan buah.Tiada seorangpun yang menyadari kesalahan Ayahnya di antara mereka, lagi pula aku tidak ingin merusak citra panutan mereka menjadi lelaki yang akan mereka benci seumur hidup. Aku tidak akan merusak keluargaku atau menghancurkan rumah tangga dengannya hanya saja aku butuh waktu untuk menerima kenyataan dan berdiri menata hatiku sendiri. Mungkin suatu saat Mas Farid akan sadar dan bertobat, mungkin juga tidak. Segala sesuatu atas keputusan dan sikapnya hanya akan kupasrahkan kepada Tuhan yang maha kuasa. Yang di atas lebih tahu mana yang terbaik untukku dan anak-anak.Di sisi lain, kadang dalam kesendirian dan saat terlintas kenangan-kenangan baik aku kerap meneteskan air mata, aku benar-benar mencintainya dan mempercayainya tapi tiba-tiba dia berselingkuh dengan seorang arsitek hanya karena wa
"Aku terkejut karena kau tiba-tiba datang dan memaksa untuk akrab dengan keluargaku malam malam begini, biasanya seseorang membeli kabar sebelum datang terlebih ini adalah rumah orang asing yang sama sekali tidak mengenalmu, kedatanganmu benar-benar mengejutkan."Wanita itu tertawa sambil menyibak rambutnya sementara kedua putriku menatap diri ini dengan berbagai pertanyaan di hati mereka, karena untuk pertama kalinya aku bersikap tidak ramah kepada tamu yang datang. "Sebenarnya aku sudah merencanakan hal ini....""Siapapun yang ingin akrab pada keluargaku maka mereka harus minta izin padaku dan akrab denganku dulu," balasku."Dengan senang hati, saya merasa tersanjung bila Mbak Hafsah mau berteman akrab dengan saya.""Bukankah suamiku adalah atasanmu dan kau memanggil dia dengan sebutan Pak, harusnya kamu manggil diriku dengan kata ibu, iya kan? Ataukah kau benar-benar tidak tahan lagi untuk segera akrab dengan kami.""Bundaaa... Bunda kenapa?"Putriku Alexa nampak tidak mengerti