Share

7. mas Farid kesal

Mas Farid nampak terkejut mendengar perkataan wanita berambut panjang itu, meski dia mengenakan pakaian kerja khusus konstruksi tapi cetakan bagian tubuhnya yang terbungkus celana jeans dan sepatu boot membuat dia nampak sangat seksi. Dia menawan dan sungguh menarik.

"Apa? Kau bilang apa?" Suamiku nampak terguncang saat kekasihnya minta putus darinya. Dia segera meraih tangan wanita itu dan membingkai wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Aku belum pernah mencintai orang setulus aku mencintaimu."

"Cih, jangan bohong." Wanita itu mendeci sambil membuang pandangannya ia seakan benci sekali pada suamiku.

"Aku memang mencintai Hafsah, tapi aku lebih mencintaimu, aku tergila-gila padamu dan akan kutinggalkan segalanya lebih bisa bersamamu."

"Oh ya?"

"Ya, aku bersumpah!" ucapnya sambil mengecup jemari Niken.

"Lalu kenapa kok belum juga meninggalkan mereka semua jika kau memang yakin begitu mencintaiku."

"Aku harus menyelesaikan hubungan itu dengan baik-baik agar tidak ada dendam Antara Aku dan Hafsah serta sakit di hati anak-anakku. Lagi pula semua aset-aset ku tersimpan atas nama istriku jadi aku berencana untuk memindahkannya diam-diam agar aku dan kamu punya modal untuk memulai kehidupan kita yang baru."

Ouhhh... Jadi itu rencananya ya? Aku bersumpah tidak akan membuat semua rencana mereka berjalan lancar.

"Kita bercinta setiap hari dan menghabiskan waktu, bagaimana kalau aku hamil sementara kau masih belum berbicara juga dengan istrimu?"

"Aku tetap bisa menikahimu sayang, jangan buat hatiku galau dan syok seperti ini dengan cara kau mengancamku untuk meninggalkanku."

"Aku bisa apa? Lihatlah kita bertemu setiap hari dan menghabiskan waktu lama-lama orang akan mulai curiga dan menyadari ada hubungan di antara kita. apa kau tidak mengerti juga, Mas?"

"Aku akan mengatasi semua itu lagi pula selama ini kita tidak pernah terlihat mencolok. Kau jangan marah Sayang, aku mencintaimu," ujar Mas Farid.

"Cukup mas, aku muak, lebih baik kita putus!"

Wanita itu mendorong suamiku, banyak meninggalkan bangunan ini, tapi tiba-tiba mas Farid menarik tangannya dan memeluknya dengan kencang lalu mendesaknya ke sisi di dinding.

"Tidak kau tidak bisa lepas dariku lebih baik kita mati berdua daripada kau meninggalkanku!"

"Cukup, Mas!"

Mas Farid kembali mencoba meyakinkan wanita itu dengan kembali mencumbunya di bagian lehernya. Dia menyentuh bagian pribadi wanita itu dan membuatnya merintih tidak karuan.

"Hanya aku yang bisa bikin kamu bahagia dan kamu pun yang bisa bikin aku bahagia. Kita tidak boleh berpisah."

"Kalau begitu tegaskan keputusanmu ucap wanita itu sambil kembali mendorong suamiku dengan kasar lalu dia berlari Pergi meninggalkan Mas Farid."

"Siaal!" Mas Faris menendang sebuah ember yang membuatku cukup terkejut.

"Arrhggg!!!" Suamiku meremas rambutnya, lalu meninggalkan tempat itu dengan geram.

Aku yakin situasi perasaan dan pikirannya sedang bingung. Dulu dia bekerja dan bilang kalau dia hidup hanya untuk istri dan anak-anaknya, tapi sekarang dia membisikkan kata-kata cinta pada wanita lain dan bilang hanya ingin bersama dengan niken, menghabiskan sisa hidupnya di dunia.

Ah, munafik. Ternyata rata-rata laki-laki memang munafik.

Aku jadi terpikirkan tentang wanita yang pernah hidup sama di luar sana, tentang wanita yang masih saja terus percaya dan yakin pada kesetiaan suami mereka. Khawatir tentang wanita yang selalu saja merasa bahagia karena diberi perhatian dan kasih sayang tapi di sisi lain mereka malah dikhianati.

Sudah banyak contoh yang terjadi sejauh ini, bahkan orang-orang yang melukai seorang istri tidak lain dan tidak bukan adalah orang terdekatnya. Kadang seorang wanita yang mereka tolong, kadang sahabat terdekat mereka, kadang juga saudara atau bahkan sepupu sendiri yang jadi perebut suami.

Sudah banyak yang terjadi, tidak ada firasat apa-apa tapi seorang wanita tiba-tiba kehilangan pasangan hidupnya yang ternyata terjerat pada pesona dan rayuan wanita lain. Untungnya aku segera menyadari kesalahan suamiku sebelum segala sesuatu menjadi terlambat. Aku harus menyelamatkan keluargaku demi anak-anakku yang tetap ingin bahagia bersama orang tuanya.

Aku ingin menyelamatkan mereka.

*

Pukul 04.00 sore situasi dikonstruksi sudah mulai sepi, Aku sengaja memarkirkan mobilku tepat 20 meter dari jarak tempat itu. Saat aku melihat Niken meninggalkan tempat itu dengan mobilnya aku segera mengikutinya. Mengikutinya menyusuri Jalan hutan yang rindang dan sejuk, serta di sebelah kirinya ada danau yang terhampar luas dan memanjakan pemandangan mata.

Aku mengakui wanita itu cukup cerdas dan cemerlang dalam idenya, dia mendesain hotel yang cukup bagus dan memilihkan tempat yang nyaman bagi para pengunjung dan wisatawan di masa depan. Iya, dia memang pintar, aku mengakuinya.

Aku mengikutinya sejauh 8 KM dan tak lama kemudian mobil wanita itu berhenti, sebelum masuk ke jalan utama yang cukup ramai mobil itu berhenti. Wanita itu keluar tiba-tiba pintunya terbuka dan wanita itu keluar.

Dia datang ke mobilku dan mengetuk pintunya, aku menurunkan kaca dan wanita itu langsung melipat tangan di dada dengan senyum yang penuh kesombongan.

"Ada apa ya ... istri direktur pelaksana mengikutiku?"

Aku hanya tertawa mendengar dia begitu berani menantangku dan tidak ada sungkan-sungkannya sama sekali.

Aku mendorong pintu mobilku lalu keluar dari sana, si wanita itu masih melipat tangan di dada dengan senyum santainya.

"Aku senang berjumpa denganmu di tempat ini."

"Apa kau menguntitku?" tanyanya dengan alis naik sebelah.

Dengan senyum yang masih santai dan tanpa banyak bicara aku langsung meraih rambutnya mencengkeramnya dengan kuat lalu kuhantamkan kepalanya ke atas kap mobil.

Brak!

"Aaaah!" Mungkin teriakan wanita itu menggema ke seluruh hutan, aku tak peduli.

"Beraninya kau meremehkanku!"

Brak! Sekali lagi aku menghantam wajahnya ke kap mobilku. Wanita itu meronta dan berusaha memegangi pergelanganku tapi aku terlampau kuat dan sakit hati untuk membalaskan dendamku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status