Share

Bab 17

Author: Julio
Setelah bertahun-tahun bekerja di dunia bisnis, Briella tahu kalau dia tidak boleh memancing permusuhan dengan pria. Karena pada akhirnya dia sendiri yang akan menderita.

Dia melembutkan nada bicaranya, lalu menunduk dengan penampilan sedih.

"Pak Valerio, terima kasih sudah menjaga dan mengajari saya banyak hal selama ini. Kalau bukan karena Anda, mungkin saya sudah tidur di jalanan. Anda sudah mau tunangan, jadi tidak pantas kalau saya tetap bekerja di Perusahaan Regulus. Saya jadi terburu-buru dan membuat Pak Valerio salah paham."

Valerio mengangkat alisnya. "Siapa yang bilang aku akan bertunangan?"

"Ini 'kan sudah jadi rahasia umum."

Mata gelap Valerio menatap Briella, mencoba memperhatikan reaksinya.

Valerio akan bertunangan dan Briella buru-buru pergi. Wanita ini seakan-akan takut membuat masalah.

"Pak Valerio, kalau begitu saya pergi dulu. Anda bisa menunggu di sini sebentar sebelum turun, terlalu banyak gosip di perusahaan."

Briella melihat sekeliling dan turun dari atap dengan langkah tergesa-gesa.

Valerio merasa tertekan saat melihat Briella bertingkah seperti pencuri.

Briella turun dari atap dan langsung duduk begitu sampai di meja kerjanya.

Tiba-tiba mejanya sudah penuh dengan banyak dokumen tambahan.

"Kemarin sore kamu nggak ada. Ini semua dokumen yang harus kamu tanda tangani. Lihat, gimana kantor presdir kita bisa jalan kalau kamu nggak ada ?"

Rekan kerja yang lain menimpali, "Kemarin sore suasana hati Pak Valerio sepertinya sangat buruk. Dia terus menekuk wajahnya. Kami rasa kalau dia seperti itu karena kamu nggak ada."

"Jangan bicara sembarangan." Briella menutup mulut rekannya. "Jangan sampai Bu Davira dengar."

Begitu rekannya mendengar nama Davira, dia langsung menggelengkan kepala.

"Kita jadi nggak bisa bebas bicara sejak dia ada di sini. Benar-benar suka ngatur kayak mertua."

Briella tertawa. "Sudah, ayo baca dokumen-dokumen ini saja."

"Bukannya semua itu tugasmu? Lagi pula aku juga nggak paham."

"Kamu harus banyak belajar, mungkin akan berguna suatu saat nanti. Cepat sini, aku ajarin."

Tugas utama Briella bertanggung jawab untuk membantu Valerio. Semua dokumen dan kontrak yang berhubungan dengannya sangat penting. Briella merasa ketika dia sudah tidak bekerja di sini lagi, pasti akan ada banyak orang yang ingin menempati posisinya.

Lebih baik membantu Siska. Jika Siska bisa mengambil alih posisi Briella, bantuan Briella ini bisa dianggap sebagai jembatan baginya. Mungkin akan berguna suatu saat nanti.

Siska menggeser kursinya untuk duduk di sebelah Briella dan mulai belajar dengan serius.

Briella membuat folder baru di komputernya, membuat daftar apa yang disukai dan tidak disukai Valerio dengan sangat rinci.

Briella melakukan pekerjaannya dengan sangat baik dan sempurna. Kalau bisa serah terima kerja dengan baik, dia bisa keluar dari perusahaan dengan tenang.

Waktu berlalu dengan cepat dan tidak terasa sudah waktunya pulang kerja. Briella memijit lehernya, lalu membereskan barang-barangnya dan melihat sebuah USB di mejanya.

USB itu miliknya, yang dia gunakan untuk menyimpan dokumen cadangan.

Hanya saja, hari ini sepertinya dia tidak mengeluarkan dan menggunakannya. Jadi, bagaimana USB itu bisa berada di atas meja?

Dia tidak ingat pernah mengeluarkannya. Dia terbiasa memasukkan USB itu ke dalam laci, lalu berkemas untuk pulang.

Dia sudah sepakat dengan Gita akan bertemu di mal. Mereka mengajak Zayden untuk makan malam di restoran hot pot.

Gita dan Briella mengobrol dengan sangat antusias.

"Anakmu dilirik sama pencari bakat. Katanya, mereka ingin menjadikannya model cilik untuk peragaan busana dan jadi model sampul majalah."

Briella menatap Zayden dengan bangga.

Bagaimana bisa dia memiliki anak yang tampan dan pintar seperti ini? Ini adalah anugerah dari Tuhan.

Zayden menunjukkan sikap seperti orang dewasa. Dia berdiskusi dengan Briella.

"Mama, aku terima saja tawarannya. Aku bisa cari uang buat biaya berobat Nenek."

Briella mengambil bakso ikan dari panci hot pot, meniupnya dan menyuapkannya ke mulut Zayden. "Nggak boleh. Kamu harus fokus belajar."

"Tapi, Mama ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 583

    Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 582

    Briella kembali ke kursi kemudi dan menyesuaikan sudut kursi, baru menyalakan mobil untuk pulang.Setelah melakukan banyak hal semalaman, Zayden mengikuti Briella pulang dan masuk ke kamar tamu untuk tidur. Briella memandangi kedua kakak beradik yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Kedua anak kecil ini benar-benar seperti malaikat, sangat pintar dan pandai bagaimana cara bersikap. Papa mereka memang suka main perempuan, tetapi sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa karena bisa menemukan wanita-wanita yang bisa melahirkan anak sesempurna mereka.Briella membantu mereka memakaikan selimut, lalu kembali ke tempat tidurnya.Dia tidur hingga pukul sepuluh keesokan harinya dan dibangunkan oleh suara bel pintu.Setelah mengan mengenakan sandal rumahan dan melewati kamar tamu, Briella tidak lupa membuka pintu kamar tamu untuk melihat Zayden dan Queena yang masih tertidur.Menutup pintu kamar tamu, Briella berjalan ke pintu depan dan melihat melalui mata kucing.Wanita yang berdiri d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 581

    Briella berjalan keluar bersama Zayden dan masuk ke dalam mobil Nathan. Saat itu sudah pukul dua pagi.Nathan mengetuk pintu mobil Briella, memberi isyarat agar Briella keluar dan berbicara.Briella menatap Zayden. "Jangan keluar dari mobil. Tidur saja kalau kamu ngantuk."Zayden memelototi Nathan dan mendengus dingin, "Banyak sekali masalah pria itu."Briella membelai kepala Zayden. "Dia memang banyak masalah. Meskipun begitu, dia bukan orang jahat. Dia akan berguna dalam keadaan darurat."Zayden menunjukkan sikap posesifnya. "Kalau begitu Mama nggak boleh suka sama dia. Mama cuma boleh suka sama Papa saja."Briella tersenyum tidak berdaya. "Apa Papa nggak pernah bilang siapa Mama kamu?""Tentu saja Papa pernah bilang. Kamu."Briella hanya menganggapnya sebagai lelucon. "Nak, tidurlah di mobil. Setelah itu, kita akan pulang."Nathan merokok tidak jauh dari situ, mengembuskan kepulan asap putih di tengah dinginnya cuaca malam. Melihat Briella turun dari mobil dan berjalan mendekat, dia

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 580

    Nathan dan Zayden berhenti berdebat dan menatap Briella bersamaan. Keduanya sedikit takut saat melihat Briella marah.Erna memperhatikan Nathan. Siapa pun pasti bisa melihat kalau Nathan sangat menyukai Briella.Dia langsung bertanya pada Nathan, "Apa hubunganmu dengan Briella?""Aku mantan pacarnya."Erna kembali melanjutkan, "Lala sudah punya tunangan. Dia akan menikah dengan Klinton, tuan muda dari Keluarga Atmaja. Lebih baik kamu nggak berhubungan lagi dengannya setelah ini.""Kamu dan Klinton bertunangan?" Nathan berkata sambil menatap Briella, bertanya dengan nada serius."Dia itu rubah tua, apalagi adiknya, Davira. Apa kamu bisa hidup damai kalau menikah dengannya? Jangan menikah dengannya. Lebih baik bersamaku daripada bersamanya. Kamu mengerti?"Briella menjawab tanpa mengangkat matanya, "Kenapa aku harus menikah? Setelah menemukan anakku, aku akan baik-baik saja bahkan tanpa menikah.""Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Erna melanjutkan dengan kesal, "Apa maksudnya menemu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 579

    Cahaya di mata Zayden sudah meredup. Neneknya tidak sadarkan diri sejak dia lahir, jadi neneknya belum pernah bertemu dengan Zayden. Wajar saja kalau dia tidak mengenali Zayden."Dia Zayden Dominic. Biarkan saja dia memanggilmu begitu." Briella tidak tega melihat kelopak mata Zayden yang terkulai dan kehilangan. "Bukannya kamu ingin aku punya anak? Kebetulan sekali ada yang memanggilmu nenek."Erna melihat Zayden, lalu bertanya pada Briella dengan ragu, "Katakan, apa dia benar-benar anakmu?""Bukan." Briella menunjukkan ekspresi bingung. "Ini anak atasanku. Aku diminta menjaganya.""Kalau itu bukan anakmu, kenapa nama belakangnya Dominic?" Nathan berjalan mendekat dan menunjuk ke arah kepala Briella. "Apa kepalamu ini benar-benar terbentur. Kenapa kamu masih nggak percaya?"Briella tiba-tiba memikirkan hal ini dan ternyata benar. Zayden punya nama belakang yang sama dengannya.Namun, tidak peduli seberapa banyak Briella memikirkannya, dia tidak ingat kalau dia punya seorang putra seusi

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 578

    Briella bisa merasakan ketidakbahagiaan Nathan. Kebencian Nathan kepada Rieta sama besarnya dengan rasa sayangnya kepada Rieta. Dia tidak bisa bertemu dengan ibu kandungnya lagi, mana mungkin dia tidak sedih?"Aku memang sakit. Hatiku yang sakit."Briella menutup mulutnya dan menatap punggung Nathan tanpa berkata apa-apa."Jadi aku teringat denganmu. Melihatmu bisa membuatku merasa lebih baik.""Aku bukan obat penghilang rasa sakit. Pergilah ke rumah sakit kalau kamu nggak sehat.""Kamu jauh lebih manjur dibandingkan dokter dan perawat rumah sakit. Apa kaki dan pinggang mereka sekecil milikmu? Daripada mencari mereka, lebih baik aku menemuimu."Sebelum Briella sempat mengatakan sesuatu, Zayden berteriak marah, "Dasar memalukan!"Briella menutup telinga Zayden. "Nathan, kamu boleh sedih, tapi tolong tunjukkan rasa hormat padaku. Ada anak kecil di dalam mobil. Apa kamu nggak bisa bersikap normal?""Normal, aku sangat normal. Aku nggak nangis dan membuat masalah, kenapa kamu bilang aku ng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status