Share

Bab 16

Author: Julio
"Hari ini aku titip Zayden, ya? Aku harus ke kantor."

"Eh, bukannya kamu sudah keluar?"

"Belum jadi. Aku masih harus ngurus bos menyebalkan, baru Valerio mengizinkanku keluar."

"Jangan bilang Valerio nggak mau kamu keluar! Bukannya dia bisa bawa siapa saja buat ikut acara perjamuan kayak gitu? Apa harus kamu yang turun tangan?"

Briella juga tidak berdaya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa Valerio ingin dirinya yang mengurus masalah Pak Sony. Begitu teringat kejadian tidak menyenangkan saat perjamuan minum itu, Briella merasa jijik.

"Hari ini aku akan coba menanyakannya."

Briella sedikit khawatir. Ibunya akan segera dipindahkan ke rumah sakit lain, jadi dia membutuhkan banyak uang. Sekarang, dia hanya bisa mengandalkan kompensasi perpisahan dari Valerio.

Setelah sarapan, Briella pergi ke kantor.

Saat turun dari bus, mobil Maybach milik Valerio melintas di depan mata Briella dan berhenti di depan kantor.

Pintu di kursi samping kemudi terbuka dan Davira keluar lebih dulu, diikuti oleh Valerio.

Saat ini masih jam kerja, jadi ada cukup banyak orang yang melihatnya.

Dua orang itu muncul di depan umum dengan percaya diri, memperjelas kalau mereka sedang menjalin hubungan. Mungkin saja mereka sudah tinggal bersama.

Masuk akal memang. Hubungan Briella dengan Valerio juga hanya sebatas itu saja. Namun kali ini, pria kaya itu sangat tidak sigap dalam menyelesaikan masalah dengannya.

Biaya perpisahan dan vila di Galapagos yang pria itu janjikan masih tertunda.

Daripada menunggu tanpa melakukan apa pun, lebih baik mengambil inisiatif.

Saat jam kerja pagi, Briella memilih waktu saat Valerio tidak sibuk. Dia naik ke atap dan mengirim pesan kepada Valerio.

"Pak Valerio, saya menunggu Anda di atap. Ada yang ingin saya sampaikan."

Tidak lama kemudian, balasan pun datang, "Hmm."

Briella bersandar pada pagar pembatas dan menatap pemandangan di kejauhan. Selama lima tahun terakhir, dia telah menjadi saksi berkembangnya Perusahaan Regulus. Kini, gedung kantornya telah menjadi ikon kota. Valerio juga menjadi sosok yang berdiri di puncak piramida.

Selama lima tahun, kontribusi yang diberikan Briella juga tidak sedikit. Kompensasi bukanlah sesuatu yang sulit untuk diminta.

"Bagaimana rasanya berdiri di sini dan melihat ke bawah?"

Pria itu mengulurkan tangannya yang kekar dan kuat untuk memeluk Briella dari belakang. Dagu Valerio bersandar di bahu Briella. Napas panas yang pria itu hembuskan mengenai telinga Briella, menyebabkan rasa geli.

"Cukup menantang."

Maksud jawaban Briella adalah, gedung ini sangat tinggi, jadi dia merasa seperti berdiri di atas awan. Namun, jawaban itu juga terkesan ambigu.

Valerio mengira Briella mengatakan kalau selingkuh itu menantang.

Briella memang memiliki bakat untuk membangkitkan gairah pria dengan kata-katanya dan membuat orang berfantasi liar.

"Siapa yang lebih hebat antara aku dan orang itu?"

Suara rendah Valerio sangat menggoda. Tangannya yang kekar menggenggam pinggang ramping Briella dan mengusapnya naik turun.

Briella bergerak dengan tidak nyaman, lalu melepaskan diri dari pelukannya.

Dia berbalik dan menghentikan gerakan pria itu dengan kasar.

"Pak Valerio, tolong jaga sikap Anda!"

Valerio merasa seperti disiram dengan air dingin. Dengan wajah tidak senang, dia menyandarkan punggung ke tembok pembatas dan menyalakan sebatang rokok.

Asap rokok menyelimuti wajah tampannya. Dia menatap Briella dengan mata menyipit.

"Nama pacarmu Nathan 'kan? Sudah berapa lama kalian pacaran?"

Briella mendengar ketidaksukaan dalam kata-kata pria itu.

Ambisi pria itu mengenai menang dan kalah tidak hanya ditujukan dalam hal karier dan pencapaian saja. Dia juga menerapkannya kepada wanita yang pernah tidur dengannya.

"Saya nggak melakukan apa pun yang mengkhianati Anda."

"Kamu pikir aku bodoh?"

Jika Briella menyukai pria lain, mana mungkin selama lima tahun ini dia bisa tidur dengan Valerio tanpa perasaan apa pun? Bahkan Briella mengakui kalau dia menyembunyikan sesuatu dari Valerio.

Briella menundukkan pandangannya. "Itu nggak penting lagi. Pak Valerio, hubungan kita sudah berakhir."

Wajah Valerio tampak sangat muram.

Briella menarik napas dalam-dalam dan bertanya pelan, "Pak Valerio, seingat saya Marco pernah mengatakan kalau Anda akan mempertimbangkan untuk memberikan vila di Galapagos kepada saya. Anda masih ingat, 'kan?"

Valerio mengaitkan bibirnya dan tersenyum dingin. Tatapannya sangat menghina dan merendahkan.

Wanita ini benar-benar mata duitan.

"Dapatkan tanah milik Sony Kuncoro. Setelah itu, enyah dari hadapanku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 583

    Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 582

    Briella kembali ke kursi kemudi dan menyesuaikan sudut kursi, baru menyalakan mobil untuk pulang.Setelah melakukan banyak hal semalaman, Zayden mengikuti Briella pulang dan masuk ke kamar tamu untuk tidur. Briella memandangi kedua kakak beradik yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Kedua anak kecil ini benar-benar seperti malaikat, sangat pintar dan pandai bagaimana cara bersikap. Papa mereka memang suka main perempuan, tetapi sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa karena bisa menemukan wanita-wanita yang bisa melahirkan anak sesempurna mereka.Briella membantu mereka memakaikan selimut, lalu kembali ke tempat tidurnya.Dia tidur hingga pukul sepuluh keesokan harinya dan dibangunkan oleh suara bel pintu.Setelah mengan mengenakan sandal rumahan dan melewati kamar tamu, Briella tidak lupa membuka pintu kamar tamu untuk melihat Zayden dan Queena yang masih tertidur.Menutup pintu kamar tamu, Briella berjalan ke pintu depan dan melihat melalui mata kucing.Wanita yang berdiri d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 581

    Briella berjalan keluar bersama Zayden dan masuk ke dalam mobil Nathan. Saat itu sudah pukul dua pagi.Nathan mengetuk pintu mobil Briella, memberi isyarat agar Briella keluar dan berbicara.Briella menatap Zayden. "Jangan keluar dari mobil. Tidur saja kalau kamu ngantuk."Zayden memelototi Nathan dan mendengus dingin, "Banyak sekali masalah pria itu."Briella membelai kepala Zayden. "Dia memang banyak masalah. Meskipun begitu, dia bukan orang jahat. Dia akan berguna dalam keadaan darurat."Zayden menunjukkan sikap posesifnya. "Kalau begitu Mama nggak boleh suka sama dia. Mama cuma boleh suka sama Papa saja."Briella tersenyum tidak berdaya. "Apa Papa nggak pernah bilang siapa Mama kamu?""Tentu saja Papa pernah bilang. Kamu."Briella hanya menganggapnya sebagai lelucon. "Nak, tidurlah di mobil. Setelah itu, kita akan pulang."Nathan merokok tidak jauh dari situ, mengembuskan kepulan asap putih di tengah dinginnya cuaca malam. Melihat Briella turun dari mobil dan berjalan mendekat, dia

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 580

    Nathan dan Zayden berhenti berdebat dan menatap Briella bersamaan. Keduanya sedikit takut saat melihat Briella marah.Erna memperhatikan Nathan. Siapa pun pasti bisa melihat kalau Nathan sangat menyukai Briella.Dia langsung bertanya pada Nathan, "Apa hubunganmu dengan Briella?""Aku mantan pacarnya."Erna kembali melanjutkan, "Lala sudah punya tunangan. Dia akan menikah dengan Klinton, tuan muda dari Keluarga Atmaja. Lebih baik kamu nggak berhubungan lagi dengannya setelah ini.""Kamu dan Klinton bertunangan?" Nathan berkata sambil menatap Briella, bertanya dengan nada serius."Dia itu rubah tua, apalagi adiknya, Davira. Apa kamu bisa hidup damai kalau menikah dengannya? Jangan menikah dengannya. Lebih baik bersamaku daripada bersamanya. Kamu mengerti?"Briella menjawab tanpa mengangkat matanya, "Kenapa aku harus menikah? Setelah menemukan anakku, aku akan baik-baik saja bahkan tanpa menikah.""Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Erna melanjutkan dengan kesal, "Apa maksudnya menemu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 579

    Cahaya di mata Zayden sudah meredup. Neneknya tidak sadarkan diri sejak dia lahir, jadi neneknya belum pernah bertemu dengan Zayden. Wajar saja kalau dia tidak mengenali Zayden."Dia Zayden Dominic. Biarkan saja dia memanggilmu begitu." Briella tidak tega melihat kelopak mata Zayden yang terkulai dan kehilangan. "Bukannya kamu ingin aku punya anak? Kebetulan sekali ada yang memanggilmu nenek."Erna melihat Zayden, lalu bertanya pada Briella dengan ragu, "Katakan, apa dia benar-benar anakmu?""Bukan." Briella menunjukkan ekspresi bingung. "Ini anak atasanku. Aku diminta menjaganya.""Kalau itu bukan anakmu, kenapa nama belakangnya Dominic?" Nathan berjalan mendekat dan menunjuk ke arah kepala Briella. "Apa kepalamu ini benar-benar terbentur. Kenapa kamu masih nggak percaya?"Briella tiba-tiba memikirkan hal ini dan ternyata benar. Zayden punya nama belakang yang sama dengannya.Namun, tidak peduli seberapa banyak Briella memikirkannya, dia tidak ingat kalau dia punya seorang putra seusi

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 578

    Briella bisa merasakan ketidakbahagiaan Nathan. Kebencian Nathan kepada Rieta sama besarnya dengan rasa sayangnya kepada Rieta. Dia tidak bisa bertemu dengan ibu kandungnya lagi, mana mungkin dia tidak sedih?"Aku memang sakit. Hatiku yang sakit."Briella menutup mulutnya dan menatap punggung Nathan tanpa berkata apa-apa."Jadi aku teringat denganmu. Melihatmu bisa membuatku merasa lebih baik.""Aku bukan obat penghilang rasa sakit. Pergilah ke rumah sakit kalau kamu nggak sehat.""Kamu jauh lebih manjur dibandingkan dokter dan perawat rumah sakit. Apa kaki dan pinggang mereka sekecil milikmu? Daripada mencari mereka, lebih baik aku menemuimu."Sebelum Briella sempat mengatakan sesuatu, Zayden berteriak marah, "Dasar memalukan!"Briella menutup telinga Zayden. "Nathan, kamu boleh sedih, tapi tolong tunjukkan rasa hormat padaku. Ada anak kecil di dalam mobil. Apa kamu nggak bisa bersikap normal?""Normal, aku sangat normal. Aku nggak nangis dan membuat masalah, kenapa kamu bilang aku ng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status