Kejenuhan dalam penantian menjadi tunangan pria yang bukan pilihan hatinya memang menyesakkan. Tapi Swan tidak memiliki pilihan lain yang lebih baik.
Hari-hari ia lalui tanpa semangat. Kehadiran Lexia yang juga mendadak pendiam, tidak mampu menghibur hatinya yang berduka berkepanjangan. Swan terjebak dalam kotak kehidupan yang ayahnya ciptakan. Semenjak keputusan pertunangan Swan dan Angus, Anne juga menghindar dari suaminya. Wanita itu tidak menyangka jika Hector tega berbuat keji pada putri kesayangan mereka. Jangankan Swan, Anne sendiri merasakan beban yang begitu berat saat mendengar keputusan tersebut. Denting piano dari kamar putrinya mengalun pelan. Nada yang mengalun begitu menyayat dan pilu. Suara merdu Swan terdengar menyimpan duka juga lara yang begitu dalam. Anne menangis dalam diam. Emily mengatakan jika Weston terlibat, tapi dirinya tidak memiliki keinginan untuk menyampaikan hal tersebut pada Hector. Pinal"Apa cita-citamu saat besar nanti, Swan?"Itulah pertanyaan Anne pada putrinya dulu ketika masih kecil. Swan kecil akan menjawab dengan lantang,"Pelukis dan seniman sejati yang akan menjadi pujangga Northery, Mama!"Swan bahkan sudah memahami bakatnya sejak kecil dan ia berusaha keras untuk menggapainya. Semua berakhir ketika dirinya menyadari, itu tidak akan pernah terjadi!Sejak enam belas tahun ruang batasnya semakin sempit dan hidupnya terkungkung, kebebasan terenggut.Hector sedang menelepon seseorang ketika Swan mengetuk pintu dan meminta ijin untuk menghadiri undangan Beltia menghadiri peresmian sekolah khusus wanita."Apa lagi, Swan?! Berhenti merengek dan bersikap seolah-olah kau masih bebas! Sebentar lagi kau akan menikah! Duduk, diam di rumah dan belajar menjadi istri yang baik!" teriak Hector tanpa simpati.Swan memegang kenop pintu kuat-kuat hingga buku-buku kukunya memutih. Tanpa sepatah kata balasan, Swan berbalik da
Semilir angin dingin berembus menyelinap di antara pohon pinus yang berdiri kokoh di tepi hutan yang berada di pinggir pantai.Dusk menarik tali kekang kuda lalu melompat turun. Tangannya terulur, siap menbantu Swan untuk mengikutinya.Keduanya duduk di pasir putih yang bercampur dengan butiran salju. Mata masing-masing menatap laut biru yang gelap, sementara tangan mereka terpaut satu sama lain.Saat ini, hanya rasa bahagia berselimut kebimbangan yang menyelimuti keduanya. Apa yang baru saja terjadi, mewakili perasaan masing-masing selama ini.Ciuman Dusk mengungkap dua hati yang memendam rasa dalam bungkam. Mulut mereka tidak pernah bisa menyatakan kata CINTA, tapi keduanya tahu, bahwa ada perasaan yang begitu besar dan nyata telah tumbuh selama ini."Aku akan menikah," ucap Swan lirih.Dusk terdiam dan hatinya berdesir sakit. Kenyataan itu masih menjadi hambatan yang tidak mungkin ia singkirkan dengan mudah.
Anne meminta putranya mengikuti menuju ruang menjahit. Hanya tempat tersebut yang paling aman untuk mengatakan apa pun.“Mama, ada apa?” tanya Moses seraya menutup pintu dengan hati-hati. Anne meminta Moses duduk di seberangnya.“Aku tidak bisa lagi menjalani hidup dengan ayahmu, Moses,” akunya Anne dengan bibir gemetar.Pemuda itu bagaikan tersengat listrik. Sesaat pikirannya kebas dan tidak mampu mengucapkan apa pun. “Hector sudah melampaui batas dan selama ini aku bungkam karena berharap dia tidak seburuk pria lainnya. Ternyata, jika menyangkut politik dan kedudukan, dia tidak ada bedanya!” tutur Anne dengan wajah kecewa.Moses berusaha menguasai diri dan menelan cairan mulutnya buru-buru.“Ma … bisakah menahan semua ini sebentar? Kita dalam situasi yang buruk dan papa butuh dukungan kita.” Moses memberanikan diri untuk meminta ibunya agar bersabar.Anne menunduk dan akhirnya te
Tidak butuh waktu lama bagi para penghuni kastil mawar untuk menyiapkan ruang bawah tanah yang selama ini untuk menyimpan hasil anggur mereka.Puluhan pegawai segera dengan sigap memastikan majikan mereka bisa menempati labirin tersebut dengan nyaman. Dusk meminta para pria memeriksa pintu keluar di ujung yang mengarah pada gorong-gorong kota.Begitu usai semua persiapan, Moses bersiaga dengan membekali para pria dengan senapan. Dusk mendatangkan delapan orang kawannya untuk membantu penjagaan malam itu.Setelah berkeliling dan memastikan kesiagaan masing-masing pos, Dusk bermaksud mengunjungi kastil utama.Pria itu tidak ingin ada yang tertinggal dan menyusahkan mereka pada saat penyerangan terjadi.Ketika ia membuka satu persatu pintu ruangan, semua tampak kosong. Hector pun tidak membantah sedikit pun ketika Moses memintanya mengungsi.Lelaki tua itu tahu, cepat atau lambat akan ada seseorang yang akan menghantam dan menyerang keluarganya
Pagi hari itu, semua penghuni kastil mawar sibuk membereskan segala kekacauan yang masih tersisa. Moses beruntung bisa mendapatkan kontraktor yang segera bekerja membenarkan atap dan kerusakan yang ada.Total ada sekitar sepuluh kastil yang diserang tadi malam oleh para penyerang misterius. Semua pejabat, keluarga bangsawan dan juga anggota parlemen masih kebingungan motivasi di balik ini semua.Ratu Theodore memang memerintahkan penyidikan segera dilaksanakan, tapi ini akan membutuhkan waktu lama. Mengingat tidak ada satu pun anggota penyerang yang berhasil di tangkap dan mereka tidak meninggalkan jejak.Swan yang membantu para wanita membersihkan semua barang-barang di dalam yang digotong keluar, sedang mengelap bekas debu ketika Angus datang dengan wajah tergopoh-gopoh.Pria itu memeluk dengan sedikit memaksa. Swan hanya pasrah dan dengan sedikit risih, akhirnya mendorong Angus untuk menjauh.Dusk yang melihat mereka dari jauh membuang muka deng
Tanpa memberitahu kemana tujuannya hari ini, Moses meninggalkan kastil sejak pagi. Pemuda itu menyetir sendiri kendaraannya menuju ke penjara, tempat Lexia masih dikurung hingga sekarang.Setelah melewati pengecekan yang ketat, Moses akhirnya menunggu di ruang kepala penjara.Lima menit menunggu, akhirnya Daniel Castow, kepala penjara, keluar menemuinya.“Maaf, Tuan Reinard, harus menunggu lama,” sapa Daniel dengan sopan.“Tidak apa-apa Tuan Castow. Aku hanya ingin menyampaikan ini,” sambut Moses padanya dengan sopan.Daniel menerima sepucuk surat dan segera membacanya. Lembaran kertas dengan stemple ratu Theodore memang cukup mengejutkan.“Surat pembebasan Lexia?” ulang Daniel merangkum isi surat tersebut.Moses mengangguk dengan senyum.“Kami turut berduka dengan sedalam-dalamnya atas kehilangan Nona Lauren Reinard,” ungkap Daniel yang mengenal keluarga mereka cukup baik.
Dalam perjalanan pulang, Moses terus termenung dan hampir saja melewatkan belokan menuju kastil mawar. Untunglah Lexia segera mengingatkan.“Apa yang kau pikirkan, Moss? Rencana Loreta tidak kau sukai?” tanya Lexia dengan santai.Moses menghela napas dan memutar kemudi dengan lincah.“Mungkin bukan tidak suka, tapi lebih kepada ragu akan berhasil,” sahut Moses dengan suara pelan.“Di mana titik lemahnya?” tanya Lexia yang tidak begitu saja menerima.Moses memasuki halaman kastil dan akhirnya tiba di lobi.“Jika tidak terkoordinasi dengan baik, pemberontak yang berniat rusuh akan mendompleng dan semua rencana kalian kacau! Kedua, menuntut untuk persamaan hak wanita? Bukankah ada hal yang jauh lebih penting dari pada hak kalian? Misalnya hapus segala hal yang menjadi sumber dari semua ini, ganti jajaran parlemen secara menyeluruh! Barulah seluruh yang kalian inginkan akan menjadi kenyataan.”
Kehidupan yang Swan tidak menunjukkan perbaikan seiring dirinya dewasa.Tuntutan tradisi Northery yang kian mengikat, membuat Swan harus menerima takdir dari perjodohannya dengan Angus.Rupanya itu belum cukup memberikan hempasan terburuk pada mental gadis berusia delapan belas tahun tersebut.Pagi itu semua terlihat berjalan dengan rutinitas yang seperti biasa. Tidak ada yang bisa menduga jika Hector menerima kabar dari Angus mengenai laporan yang mencoreng nama baik Dusk selama ini. Tunangan Swan merasa terancam dan membuktikan ucapannya tempo hari.Pria licik itu mengadukan sesuatu yang belum tentu benar pada Hector. Hanya karena diliputi rasa cemburu yang berlebihan, Angus membuat kesan Dusk yang merekayasa penyerangan malam itu.“Kau jangan membuat laporan yang bisa menjebloskan Dusk ke dalam penjara, Angus!” Hector tidak percaya begitu saja.“Tanyakan saja pada budakmu, Tuan Reinard! Aku yakin dia tidak akan bisa menj