Share

Bab 61

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-08 23:31:24
Sebagai satu-satunya saksi di ruang tamu itu, Alexa berdiri membeku di dekat dinding. Kedua matanya tak pernah lepas dari Theo dan Jaslyn yang kini saling berhadapan, aura pertengkaran memanas di udara seperti listrik yang siap menyambar. Sebenarnya, Alexa hanya ingin memastikan satu hal, apakah Theo menyimpan perasaan pada Jaslyn… atau semua ini sekadar kesalahpahaman bodoh.

Sayangnya, jawabannya muncul dengan cara yang sangat… eksplosif.

“Jadi ini alasanmu menolakku?” suara Jaslyn meninggi, nadanya seperti pecahan kaca. “Kau lebih memilih gadis kecil itu daripada aku? Oh, aku mengerti sekarang, Theo.” Ia tertawa miring, tawa yang lebih mirip ejekan. “Kau ternyata punya selera aneh. Seorang pedofil, kan? Suka anak-anak?”

Alexa nyaris tersedak udara sendiri. Ia bukan lagi anak-anak, usianya sudah sembilan belas tahun, namun ia mengurungkan niat untuk protes dan terus menonton.

Sementara Theo hanya menghela nafas, panjang dan penuh kesabaran yang hampir habis. “Kau sudah selesai bicara?
SILAN

Bersambung...

| 3
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 75

    Jam dinding merayap pelan menuju angka sebelas ketika Alexa akhirnya menghembuskan nafas panjang. Ia menoleh ke sofa, Felix sudah terkapar tanpa daya, telentang dengan satu kaki menggantung, dadanya naik turun pelan. Aroma alkohol masih samar di udara, menjadi saksi berapa banyak gelas yang telah diteguk sahabatnya malam ini.“Dengan tubuhmu yang jauh lebih besar dariku, bagaimana caranya aku mengantarmu pulang, Felix?” gumam Alexa lirih, nyaris seperti keluhan pada diri sendiri.Ia berkacak pinggang, menimbang-nimbang kemungkinan yang ada, dan semuanya berakhir pada kesimpulan yang sama. Mustahil. Jika ia memaksakan diri, bukan Felix yang sampai di tujuan, melainkan dirinya yang tumbang lebih dulu.Setelah berpikir sejenak, Alexa meraih ponsel. Keputusan diambil dengan cepat. Tak lama kemudian, dua bodyguard berdiri di hadapannya, membantu mengangkat Felix yang masih terlelap tanpa sadar.“Antarkan dia ke hotel terdekat,” ujar Alexa tegas, menyelipkan sejumlah uang ke tangan salah sat

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 74

    Tanpa terasa, lima hari berlalu begitu cepat. Alexa telah membantu ibunya mengerjakan sebanyak mungkin tugas yang mampu ia tangani. Ia duduk di ruang rapat bersama para petinggi perusahaan, mempelajari alur keputusan strategis, membaca laporan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, dan menyerap ritme kerja yang selama ini hanya ia lihat dari kejauhan.Beruntung, Alexa adalah tipe yang cepat beradaptasi semenjak hidup di negara yang asing. Ia belajar cepat, bertanya seperlunya, dan menyimpan semuanya rapi di kepalanya. Meski melelahkan, ia justru merasakan kepuasan, sebuah rasa percaya diri baru yang perlahan tumbuh.Namun hari ini berbeda.Alexa memutuskan pulang lebih awal. Bukan karena lelah, melainkan karena Felix telah tiba di Boston. Sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara itu berulang tahun hari ini, dan Alexa tidak ingin melewatkannya.Saat ia merapikan tas dan meraih ponsel di atas meja, Ben mendekat.“Nona, Anda sudah akan pulang?” tanyanya memastikan.Alexa tersenyum

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 73

    Kini mereka berdiri saling berhadapan di ruang rapat tertutup. Dinding kaca buram menahan dunia luar, tidak ada mata yang mengintip, tidak ada telinga yang menguping. Hanya mereka berdua, dan udara yang terasa lebih berat dari biasanya.Satu menit berlalu dalam diam. Keheningan itu tidak kosong, ia penuh dengan kata-kata yang tertahan, emosi yang terpendam, dan luka yang belum sembuh.“Sir,” Alexa akhirnya membuka suara, nadanya datar dan profesional. “Jika tidak ada hal penting yang ingin Anda sampaikan, tolong jangan menyita waktu saya. Masih banyak pekerjaan yang menunggu.”“Kenapa kau menghindariku?” tanya Theo langsung, tanpa basa-basi.Alis Alexa terangkat tipis. Sebuah senyum kecil, nyaris tak terlihat menyentuh sudut bibirnya. Senyum yang lebih mirip perisai daripada keramahan.“Menghindar?” ulangnya pelan. “Bukankah itu yang Anda inginkan sejak awal? Aku hanya melakukan apa yang menurutku paling benar. Apa ada yang salah?”“Sejak malam itu, kau menghilang,” suara Theo sedikit

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 72

    Saat pesta masih berlangsung meriah di dalam ballroom, Theo justru merasa gelisah. Pandangannya berulang kali menyapu ruangan, mencari satu sosok yang sejak tadi tak lagi ia lihat. Namun gadis itu seolah menghilang begitu saja. Di sisi lain, Kevin terlihat asyik berbincang dengan Lucy, tertawa kecil tanpa menyadari kegelisahan yang pelan-pelan menggerogoti Theo.Tanpa berpamitan, Theo bangkit dari kursinya dan melangkah pergi.Sudah setahun berlalu sejak terakhir kali ia bertemu Alexa secara langsung. Bukan karena ia tak ingin, melainkan karena ia mengingat jelas pesan yang ditinggalkan gadis itu. Jangan mencariku. Kalimat sederhana, tapi cukup kuat untuk membuatnya menahan diri.Meski begitu, Theo tak sepenuhnya benar-benar menjauh. Diam-diam, setiap dua minggu sekali, ia selalu menerima laporan tentang Alexa. Tentang studinya. Pekerjaannya. Tentang bagaimana gadis itu tumbuh menjadi sosok yang semakin matang dan mengesankan. Semuanya tampak baik-baik saja. Terlalu baik. Namun justru

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 71

    Keesokan harinya, ballroom megah itu telah disulap menjadi lautan cahaya dan kemewahan. Lampu kristal berkilauan di langit-langit, rangkaian bunga segar menghiasi setiap sudut ruangan, dan alunan musik lembut mengiringi perayaan hari ulang tahun Roselinda Moore. Segalanya tampak sempurna, sebuah pesta yang mencerminkan keanggunan sang tuan rumah.Begitu Roselinda melihat putrinya melangkah masuk, senyum hangat langsung merekah di wajah wanita paruh baya itu. Alexa tampil memukau dalam balutan gaun hitam tanpa lengan dengan sentuhan corak putih yang sederhana namun berkelas. Rambutnya disanggul rapi, menyingkap leher jenjang yang anggun, sementara anting dan kalung berlian berkilau lembut, menambah aura elegan yang sulit diabaikan. Ia tampak dewasa, tenang, dan begitu percaya diri.“Ya Tuhan, Alexa…” Rose mendekat, matanya berbinar penuh kekaguman. “Kau cantik sekali, Nak. Setahun ibu tak melihatmu secara langsung, dan sekarang… kau benar-benar luar biasa.”Alexa tersenyum manis, matany

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 70

    “Alexa, aku baru saja menerima panggilan dari Nyonya Roselinda,” ujar Felix begitu melihat Alexa masuk ke apartemen. “Apa kau akan datang ke pesta ulang tahunnya nanti?”Namun saat Alexa meletakkan tasnya di atas meja dengan gerakan lesu, Felix langsung menyadari ada yang tidak beres. Wajah gadis itu pucat, sorot matanya kosong, seolah pikirannya tertinggal entah di mana. Felix mengernyit, melangkah mendekat.“Kenapa wajahmu seperti kertas yang diremas lalu dilipat?” godanya, setengah khawatir.Alexa tidak menjawab. Ia justru menjatuhkan tubuhnya ke sofa, bersandar dengan nafas berat, satu tangannya memijat kening seakan ingin mengusir sesuatu yang berisik di kepalanya.Felix kembali dengan satu kaleng minuman dingin, menyerahkannya pada Alexa sebelum duduk di sebelahnya.“Mengapa rasanya tidak pernah benar-benar hilang?” gumam Alexa pelan. “Sudah satu tahun berlalu… tapi aku masih berpikir bisa bertemu dengannya secara tidak sengaja.”Felix menoleh. “Dengan siapa?”Alexa tidak langsu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status