Share

Rumah Kos Berhantu
Rumah Kos Berhantu
Penulis: Queen Rachma

1. Tetangga Rumah

Tetangga Rumah

“Tok, tok,tok,” Suara pintu rumah diketuk berkali-kali.

"Bu Vina… Bu Vina …" Panggil seorang wanita setengah baya. 

“Tok, tok,tok,” Suara pintu rumah diketuk lagi oleh wanita paruh baya itu.

Dia terus mengetuk pintu rumah meskipun pintu rumah itu sebenarnya sudah dalam keadaan terbuka. 

Vina berjalan dengan tergopoh-gopoh dari arah dapur menuju ruang tamu menemui wanita itu. 

"Eh maaf Bude Rena, sudah datang dari tadi? Saya sedang berada di dapur barusan, suara panggilan Bude Rena  tidak begitu dengar jadinya." Sahut Vina meminta maaf.

"Aduh bu Vina ini sangat ceroboh sekali ya. Untung saya yang datang. Bagaimana kalau orang yang datang itu bukan saya? aduh takut membayangkannya." Rena menegur Vina. Vina hanya tersenyum.

"Eh hati-hati loh bu Vina, bagaimana kalau rumahnya dimasuki maling? Apalagi pintunya dibiarkan terbuka seperti ini. Memangnya tidak dengar di kampung sebelah sering banyak rumah kemalingan loh," Kata Rena memperingatkan sambil membelalakkan matanya. 

Vina hanya tersenyum tipis, dia menyadari kecerobohannya dan merasa takut saat membayangkannya jika benar-benar rumahnya dimasuki oleh maling. 

"Eh Iya Bude, ada keperluan apa kemari? Kita masuk saja yuk, kita bicara di dalam," Ajak Vina. 

Baru saja Vina selesai bicara, Rena langsung melangkah masuk mendahului Vina sang pemilik rumah dan duduk di kursi tamu. Vina tidak akan merasa heran karena sudah terbiasa dengan sikap tetangganya itu. 

"Ka, tolong matikan kompornya kalau sudah mendidih ya, Za!" Kata Vina sambil berseru kepada putranya yang bernama Virza.

"Iya Bu!" Sahut Virza ikut berseru dari dalam kamarnya.

Virza mendengus dengan kesal dan melangkah ke dapur dengan enggan. Virza berbuat demikian bukan karena ibunya, tapi karena siapa tamu ibunya.

'Kalau sudah Bude Rena yang bertamu, sudah pasti urusannya akan lama deh. Padahal Sebentar lagi Ayah akan pulang untuk makan siang,' pikir Virza. 

Virza mematikan kompornya ketika melihat sayur yang dimasak oleh ibunya sudah mendidih. Kemudian Virza menghampiri ibunya. 

"Bu, apa ada yang mau dimasak lagi?" Virza berharap dengan dia bertanya seperti itu Rena tidak berlama-lama berbincang dengan ibunya. Virza memang berniat mengusir Rena secara halus.

"Tidak, Za. Oh iya, Za. Nanti kamu menggantikan ibu untuk jemput Farel di sekolah ya," Pesan Vina kepada Virza.

Virza melirik ke arah Rena. Namun ekspresi wajah Rena tidak seperti yang diharapkan oleh Virza. Tapi ekspresi wajah Rena tampak begitu santai. 

"Tapi Virza lagi menunggu pengumuman, Bu," Kata Virza beralasan menolak perintah ibunya. 

Virza berpikir kalau dia menolak permintaan ibunya, Ibunya akan pergi menjemput Farel dan Rena akan pulang. Saat Rena pulang, Virza akan menggantikan ibunya menjemput Farel.

Mendapat penolakan dari Virza, Vina agak sedikit bingung memikirkan siapa yang akan menjemput Farel. 

"Wah pengumuman apa? Melamar pekerjaan ya?" Tanya Rena ingin tahu. 

"Bukan Bude, Virza mendaftar beasiswa Perguruan Tinggi dan hari ini pengumumannya." Sahut Vina dengan bangga.

"Sudah pakai ojek saja pulangnya," Rena memberikan saran kepada Vina. 

"Bagaimana caranya memberitahu Farel supaya dia mau pulang naik ojek? Farel kan tidak membawa telepon seluler," Sahut Virza. 

"Iya sekolahnya Farel melarang untuk membawa telepon seluler ke sekolah. Ya sudah deh, begini saja Bude Rena tunggu di sini dulu ya. Saya mau jemput Farel dulu ya, enggak apa-apa kan kalau saya tinggal?" Kata Vina akhirnya. 

'Apa? Disuruh tunggu disini? Ah ibu bagaimana sih?!' batin Virza.

"Oh… Baiklah, saya akan tunggu di sini saja. Karena kalau harus pulang, saya takut. Di rumah sepi tidak ada orang-orang karena mereka sedang berada di luar rumah semua, saya sendirian jadinya." Sahut Rena beralasan.

Virza merasa sedikit kesal mendengar jawaban Rena. Baginya itu terdengar seperti alasan saja. Dia berharap Rena pamit pulang setelah Rena mendengar perkataan ibunya. 

Virza kasihan pada ibunya, kalau harus menjemput Farel sekarang. Dia juga membayangkan kalau harus tinggal berdua dengan Rena, pasti dia juga akan terjebak di ruang tamu itu untuk mendengarkan semua pembicaraan Rena menggantikan ibunya.

Alhasil, ' ini sih sama saja aku juga tidak bisa menunggu pengumuman karena harus menemani Bude Rena mengobrol,' batin Virza mengeluh. 

"Ya sudah Virza saja bu yang menjemput Farel di sekolah. Virza pergi dulu ya," Akhirnya Virza mengalah. 

Virza mengambil kunci motor di tempat biasa ibunya meletakkan kunci motor. Dia bersiap menjemput Farel. 

Virza memarkirkan motornya di depan rumah Rena sebelum dia menutup gerbang pintu rumahnya sendiri. Setelah menutup gerbang, Virza mulai menaiki motornya dan memanaskan mesinnya. 

Tanpa sengaja dia melihat seperti ada seseorang yang sedang masuk ke rumah Rena melalui jalan samping rumah Rena. Orang itu memakai kaos oblong dan celana pendek. Virza tidak melihat wajahnya, namun dia mengetahui dari postur tubuh dan pakaiannya bahwa orang itu adalah suami Rena. 

"Lah itu Pakde ada di rumah, Kenapa Bude bilang tidak ada orang di rumahnya? Bilang saja masih mau mengobrol sama ibu," Gumam Virza kesal merasa dibohongi. 

Kurang dari satu jam kemudian Virza sudah sampai di rumahnya. 

"Loh kok sudah sampai rumah lagi? cepat sekali." Tanya Vina keheranan. 

"Farel sudah pulang dari tadi. Jadi, saat Virza jemput ke sekolah, Farel sedang berjalan kaki bersama kawan-kawannya. Virza bertemu dengan Farel di jalan.  Katanya mau pulang jalan kaki," Sahut Virza mengadu pada ibunya. 

"Oh ya Bude, bukankah di rumah ada Pak De?" Tanya Virza pada Rena. 

"Pakde?" Tanya Rena sedikit terkejut. 

Vina memandang ke arah Virza dengan penuh arti. Virza merasa tidak enak hati mendapat tatapan seperti itu dari ibunya. 

"Apa sudah pulang ya? Kamu yakin itu pak De?" Tanya Rena pada Virza. 

Virza merasa aneh dengan jawaban Rena. Virza tidak langsung menjawab pertanyaan mereka, dia menjadi ragu apa yang dia lihat tadi. 

"Memangnya kenapa, Bude?" Tanya Virza. 

"Semalam Pakde pergi keluar kota, katanya akan pulang minggu depan. Apa ada yang tertinggal ya? Kapan kamu melihat Pak De?" Kata Rena lagi pada Virza.

"Tadi, sewaktu ingin menjemput Farel. Aku kan parkir di depan rumah Bude, aku melihat ada Pakde masuk dari pintu samping." Kata Virza menjelaskan apa yang dilihatnya tadi. 

"Pintu samping? Kok Pakde lewat pintu samping? Emangnya Pakde bawa kunci pintu samping?" Tanya Vina pada Rena. 

Rena menggelengkan kepalanya dengan wajah cemas. 

"Lalu itu siapa yang masuk ke rumah Bude?" Tanya Virza khawatir. 

"Sepertinya harus kita lihat deh, siapa yang masuk ke rumah Bude?" Vina memberi saran. 

"Tapi Bude takut, bagaimana kalau itu ternyata bukan Pak De?" Sahut Rena khawatir. 

"Virza sih melihat orang itu memakai baju kaos dan celana pendek yang biasa dipakai oleh Pak De," Jawab Virza memberikan kesaksian. 

"Coba Bude telepon Pakde dulu, tanya Pakde sekarang ada di mana." Kata Virza memberikan saran. 

Rena langsung mencoba menghubungi suaminya. Namun berkali-kali dihubungi, suaminya tidak menjawab panggilan Rena maupun pesan dari Rena. 

"Ya sudah begini saja Bude, sebentar lagi ayahnya Virza kan pulang untuk makan siang. Nanti kita minta ditemani oleh ayahnya Virza untuk melihat ke dalam rumahnya Bude. Bagaimana?" Kata Vina mencoba menawarkan solusi. 

Rena tampak cemas dan ketakutan. Virza ikut merasa tidak nyaman dengan situasi itu. 

"Ya sudah Virza masuk dulu ya Ibu, Bude," Pamit Virza. pada Vina dan Rena.

Saat masuk kamar Virza masih kepikiran dengan seseorang yang masuk ke rumah Rena. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status