Share

2. Kabar Gembira

Saat masuk kamar Virza masih kepikiran dengan seseorang yang masuk ke rumah Rena.

Virza duduk diam dan termangu. 

"Mas Virza, sudah keterima di Perguruan Tinggi Kok tidak bilang-bilang," Farel mengejutkan Virza dari lamunannya. 

Virza langsung teringat bahwa dia sedang menunggu pengumuman dari Perguruan Tinggi. 

Virza langsung bangkit dari tempat tidurnya, dan menghampiri meja belajarnya. Di sana sudah ada Farel yang sedang menghadapi laptop, miliknya. Farel menunjukkan pengumuman itu di layar laptop Virza. 

Karena melihat pengumuman di layar laptopnya, Virza tertegun untuk beberapa saat. Lalu tiba-tiba dia melompat karena gembira. Dia mengajak serta Farel untuk melompat kegirangan. 

Tiba-tiba Vina muncul di kamar Virza. 

"Ada apa sih berisik banget? Kalau bercanda jangan seperti itu, orang akan berpikir ada apa-apa dengan kalian. Ibu kaget tahu," Tegur Vina pada Virza dan Farel. 

Virza dan Farel berhenti melompat. Virza tidak bisa berhenti memperlihatkan barisan gigi-giginya karena merasa sangat gembira. 

"Mas Virza diterima beasiswa di Perguruan Tinggi, Bu." Farel mencoba menjelaskan kepada Vina. 

Vina langsung terperanjat mendengar kabar itu. 

"Apa benar berita itu, Za?" Tanya Vina pada Virza memastikan kabar itu. Virza mengangguk dengan semangat dan tersenyum makin lebar.

Mengetahui jawaban Virza, Vina langsung memeluk anaknya dan memberikan selamat. Vina berkali-kali mengucapkan syukur. 

Rena yang mendengar keributan itu langsung ikut menghampiri kamar Virza. 

"Ada apa ini? Kok ribut sekali." Kata Rena ingin tahu. 

Biasanya Virza merasa risih dengan keingintahuan Rena. Tapi kali ini Virza tidak merasa sungkan membagikan kebahagiaannya pada Rena. 

"Virza diterima beasiswa Perguruan Tinggi, Bude." Jawab Virza dengan semangat. 

Ekspresi wajah Rena berubah senang mendengar kabar itu. Rena pun ikut memeluk Virza yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri. Dia juga turut mengucapkan selamat kepada Virza atas keberhasilan yang dicapainya.

Tidak beberapa lama kemudian, seorang laki-laki masuk ke kamar Virza. Dia adalah Dedy, ayahnya Virza. Dia tertegun dengan keriuhan di dalam kamar Virza.

"Oh semua orang berkumpul di sini. Pantas tidak ada yang mendengar saat Ayah mengucapkan salam," Kata Dedy. Dia tersenyum ramah saat mengetahui ada Rena di sana. 

"Ayah, Mas Virza diterima di Perguruan Tinggi dengan beasiswa. Pengumumannya baru saja keluar," Sahut Farel memberikan penjelasan dengan nada gembira pada Ayahnya.

Seketika wajah Dedy berubah senang, hatinya gembira mendengar kabar itu. Virza langsung memeluk ayahnya. 

"Kalau begitu Ibu akan beli masakan Padang di depan untuk merayakannya," Kata Vina dengan berseri-seri. 

"Loh ibu kan sudah masak," Kata Virza mencoba mengingatkan ibunya. 

"Iya Ibu baru masak sayur aja, belum yang lainnya," Kata Vina gugup di hadapan suaminya. 

Namun Dedy tahu itu bukan salah Vina, tapi karena ada Rena di rumah mereka. Dedy hafal betul dengan kebiasaan Rena yang suka ingin ditemani mengobrol kalau Vina lupa menutup pintu depan rumahnya. 

"Aku temani ya," Rena menawarkan dirinya kepada Vina. Dia sedikit merasa rikuh kalau harus tetap tinggal di rumah itu ketika ada Dedy, sedangkan Vina tidak di rumah.

Ketika Vina dan Rena pergi bersama ke rumah makan masakan Padang yang berada di seberang tidak jauh dari rumahnya, Virza menceritakan apa yang dilihatnya di rumah Rena kepada ayahnya. 

Lalu ayahnya berpikir untuk melihat ke rumah Rena.

"Ya sudah kita lihat bersama ke rumah Bude Rena. Farel sama Mas Virza temani Ayah ya," ajak Dedy. 

Farel langsung mengambil dua buah tongkat pemukul dan dia berikan satu untuk ayahnya.

Dedy, Farel dan Virza memeriksa rumah Rena. Mereka berkali-kali memanggil suami namun tidak ada jawaban dari dalam rumah. Mereka juga memeriksa pintu dan jendela rumah Rena, bahkan mereka mengintip dari kaca jendela dan ventilasi kamar, namun mereka tidak melihat siapapun. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. 

Tidak beberapa lama kemudian Vina dan Rena sudah tiba di rumah. Mereka Langsung makan bersama untuk merayakan keberhasilan Virza. 

"Oh ya Bude, ayah sudah memeriksa rumah Bude tadi, tapi tidak ada siapapun di sana. Kosong rumahnya," Kata Farel memberitahukan Rena ketika mereka sudah selesai makan.

Rena langsung menoleh ke arah Dedy sambil mengerutkan kening tuanya. 

"Benar begitu Pak Dedy?" Tanya Rena untuk memastikan.

Dedy mengangguk, dia juga menceritakan bahwa mereka sudah memeriksa pintu dan jendelanya. Tidak ada jejak orang masuk ke rumahnya.

Sedangkan Virza kembali menceritakan tentang apa yang dilihatnya tadi, itu benar-benar jelas, Virza sedang membela dirinya dan meyakinkan bahwa itu bukan halusinasi. Vina dan Dedy hanya saling berpandangan karena mengetahui anaknya mempunyai keistimewaan sejak kecil. Tapi Virza sendiri tidak pernah menyadarinya meskipun dia sudah cukup umur untuk mengetahuinya sendiri.

Tidak beberapa lama kemudian suami Rena menelpon dan berkata akan pulang sore hari itu. Rena merasa lega, karena dia merasa aman jika ada suaminya di rumah.

***

"Kamu sudah membuat daftar untuk barang-barang  apa saja yang akan dibawa nanti?" Tanya Vina saat menghampiri Virza di kamarnya. 

"Sudah Bu," Jawab Virza. 

Virza sangat sibuk berkemas meskipun masih satu bulan lagi dia pergi untuk konfirmasi daftar ulang ke kampusnya. 

"Mas Virza, kenapa sih tidak daftar kuliah di Perguruan Tinggi yang satu kota aja? Kalau Ibu kangen kan jauh jadinya." Vina mencoba memberitahukan perasaannya. 

Vina membantu Virza melipat pakaiannya dan duduk membelakangi Virza agar wajah sedihnya tidak terlihat oleh putranya. 

Virza langsung menoleh kepada ibunya, dia merasakan kesedihan Vina meskipun hanya melihat punggung ibunya. Dia merasa tidak tega pada ibunya. 

"Jangan sedih dong, Bu. Ini kan sudah kita bicarakan sebelumnya." Kata Virza sambil menghampiri Vina yang duduk di tepi tempat tidur Virza dan memeluk punggung ibunya. 

Vina tertunduk, bahu dan punggungnya terlihat seperti terhentak-hentak. tidak berapa lama kemudian terdengar isak tangis suara ibunya, membuat Virza semakin menenggelamkan wajahnya ke punggung ibunya. 

“Sudah dong, Bu. Jangan seperti ini. Virza kira, kita semua akan berbahagia dengan pengumuman ini. Virza tidak ingin membuat ibu sedih. Dukung Virza ya Bu, Virza ingin membuktikan kepada mereka semua yang sering menyingkirkan Ibu dan Ayah, bahwa meskipun kita serba kekurangan, Virza tetap bisa sekolah tinggi di kampus terbaik dan lulus dengan membanggakan keluarga kita," Virza memberitahukan kepada ibunya tentang niatnya yang ingin membuat harum nama keluarganya.

Vina membalikkan badannya. Dia meletakkan kedua telapak tangannya ke pipi wajah anaknya, tanpa terasa air matanya menetes. Dia bangga pada putranya sekaligus tidak siap untuk tinggal berjauhan dengan putranya. 

"Kalau Virza kuliah dikota ini, tidak ada jurusan yang Virza inginkan sekaligus tidak ada penawaran beasiswa. Kalau Ibu kangen sama Virza, Ibu dan Ayah serta Farel bisa jenguk Virza di sana sekalian kita jalan-jalan, ya Bu." Kata Virza menghibur ibunya. 

Vina menunduk, dia membenarkan keadaan itu. 

"Sudah ya Bu, jangan sedih lagi. Kalau Ibu sedih perjalanan Virza tidak akan lancar. Lebih baik Ibu doakan Virza ya supaya semuanya lancar," Kata Virza sambil membelai kedua lengan ibunya. 

Vina hanya mengangguk saja. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status