Share

Runaway Ex-Wife
Runaway Ex-Wife
Penulis: Anee_ta Author

1. Kembali ke Indonesia

Seorang perempuan mengenakan jilbab pashmina warna salem senada dengan kemeja dan roknya, menghirup segarnya udara negara tempat dimana dia dilahirkan namun sudah ditinggalkannya selama dua puluh tahun. Mahreen Fathiya, seorang perempuan muda yang baru saja bercerai dengan suaminya seorang pria berkewarganegaraan asli Italia.

Mahreen tidak punya keluarga ataupun teman di Indonesia. Waktu dia berusia lima tahun, kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan mobil dan Mahreen saat itu kebetulan berada dirumah bersama pengasuhnya sehingga selamat dari kecelakaan mobil tersebut. Semua asset kekayaan mendiang ayahnya diambil alih oleh pamannya yang merupakan adik dari sang ayah. Sejak usia lima tahun itu pula, Mahreen dibawa ke Italia dan hidup disana sampai usianya menginjak dua puluh lima tahun.

Perempuan cantik itu masih duduk di kursi setelah koper berhasil diambilnya dari mesin berjalan. Mahreen tidak tahu harus kemana. Dia tidak punya rumah dan teman untuk dijadikan teman berbicara. Beruntung, Mahreen masih bisa berbahasa Indonesia karena sehari-hari disana, Mahreen selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan pamannya, disamping bahasa Italia.

“Assalammualaikum, kamu Mahreen?” Seorang lelaki muda yang usianya mungkin sebaya dengan Mahreen, mengenakan kemeja lengan pendek warna biru navy dan celana jeans warna hitam, menghampirinya.

“Wa’alaikumussalam, anda siapa?” Mahreen mengerutkan alisnya. Dia yakin dia tidak punya teman atau keluarga yang akan menyambutnya. Tapi, kenapa ada seorang lelaki yang menghampirinya dan tahu namanya? Gumamnya dalam hati.

“Perkenalkan, namaku Zikri Athalla. Aku sepupu jauhmu. Lebih tepatnya lagi aku adalah anak dari saudara nenekmu dari pihak ibu. Pokoknya nenek kita adik kakak lah. Nenek kamu itu adiknya nenek aku.” Jawab Zikri dengan wajah yang tampak bingung menjelaskan. Lelaki yang cukup rapih dan tampan. Namun sayang, Mahreen sudah tertutup hatinya untuk lelaki manapun. Bahkan semua actor Turki yang biasa ditontonnya itu, kini tidak membuatnya tertarik lagi.

“Oh, begitu.” Mahreen hanya bisa menganga mengiyakan karena dia juga tidak tahu apakah semua ucapan lelaki ini benar atau tidak.

“Aku diminta paman Naval untuk menjemputmu.” Mendengar nama pamannya disebut, Mahreen mendongakkan kepalanya lagi.

“Benarkah? Apa buktinya kalau beliau memintamu untuk menjemputku?” Mahreen tidak ingin percaya begitu saja dengan ucapan pria asing yang baru ditemuinya.

Lelaki itu menghela napasnya dan mengambil sesuatu dari balik saku kemejanya. Ternyata dia mengeluarkan ponsel dan memberikannya kepada Mahreen untuk dibaca. Mahreen mengernyitkan alis dan mengambil ponsel itu lalu melihat apa yang tampak di layarnya.

Sebuah pesan berupa email dari pamannya, Naval Ghazali kepada Zikri Athala yang menyatakan untuk menjemput Mahreen Fathiya pada jam sekian dan nomer penerbangan sekian yang diperkirakan akan datang pada jam tersebut. Mahreen sedikit bisa bernafas lega kalau memang pamannya yang meminta lelaki ini untuk menjemputnya.

“Paman Naval yang memintamu ya? Lalu, kamu akan membawaku kemana?” Mahreen berkata sambil menyerahkan kembali ponsel milik lelaki itu yang bernama Zikri.

“Kita tinggal bersama orangtuaku. Mereka sudah menunggu kedatanganmu sejak kemarin. Rumahku dari sini sekitar 1 jam perjalanan. Apa kita bisa berangkat sekarang?” Zikri melemparkan senyum manisnya berharap perempuan dengan ekspresi datar ini mau menerima bantuannya agar segera meninggalkan bandara.

Mahreen masih ragu-ragu. Dia takut kalau lelaki ini berniat jahat. Karena Mahreen tidak punya siapa-siapa di negara ini yang bisa dipercaya. Namun Mahreen tidak punya pilihan lain. Sambil menghela napasnya, perempuan berjilbab itu pun mengucapkan Bismillah dan mengangguk setuju untuk segera sampai dirumah yang akan ditujunya pertama kali datang ke Indonesia.

Zikri sangat senang dan dia pun segera menarik kopernya namun lelaki yang ternyata tingginya hampir menyamai mantan suaminya itu, menawarkan bantuan untuk menarik kopernya. Marheen pun mengiyakan dan dia berjalan dibelakang Zikri mengikuti kemana langkah lelaki itu membawanya pergi.

“Mobilku disana. Ayo, lebih cepat sampai rumah, lebih cepat kamu beristirahat setelah penerbangan yang sangat lama.” Ujar Zikri. Marheen mengangguk sambil tersenyum tipis. Zikri langsung  menyukai Marheen sejak pertama bertemu karena pembawaanya yang santun dan wajahnya yang cantik dan lembut. Namun, tidak ada yang mengira dibalik wajah dan penampilannya yang lembut, perempuan ini pernah menikah dan mengalami hidup yang mengenaskan.

Mahreen duduk di sebelah kursi pengemudi sementara Zikri menyetir sendiri mobilnya. Mobil Jeep itu pun melaju meninggalkan bandara menuju sebuah perumahan cukup elit di kawasan ibukota. Selama perjalanan, Mahreen tidak pernah membuka percakapan ataupun bertanya ini itu. Hanya jika Zikri bertanya maka Mahreen akan menjawab. Selebihnya, suasana kembali hening dan sunyi. Bahkan suara music yang biasa disetel Zikri didalam mobill, kini tidak terdengar karena lelaki itu bahkan lupa untuk menyetel musik.

Dan, kini mobil mereka pun sampai di depan sebuah pagar tinggi menjulang yang terbuat dari besi kokoh. Seorang petugas keamanan berlari kecil menuju pintu gerbang untuk membukanya. Mobil Zikri pun masuk dan berhenti di sebuah pintu depan rumah bagian utama. Mahreen tidak mengharapkan ada yang menyambutnya tapi kenyataanya, seorang pria dan wanita paruh baya dan seorang perempuan muda berdiri di depan pintu rumah.

“Mereka adalah kedua orangtuaku. Yang perempuan itu adikku. Aku anak pertama dan cuma punya satu adik.” Ujar Zikri kepada Mahreen yang kebingungan, sebelum keluar membuka pintu mobil.

“Ohh.” Begitu jawaban singkat ala Mahreen yang sudah melekat diingatan lelaki ini.

“Assalammualaikum,” Perempuan dengan pashmina warna salem itu mengucapkan salam terlebih dahulu.

“Wa’alaikumussalam. Mahreen? Kamu semakin cantik saja, sayang. Ayo masuk-masuk. Biar pelayan yang membawakan kopermu.” Ujar seorang wanita yang dipastikan itu adalah ibu dari Zikri dan perempuan muda yang menyambutnya ramah.

Mahreen pun masuk kedalam rumah dengan dikawal tiga orang pemilik rumah dan Zikri yang berada di belakang mereka.

“Mahreen, selamat datang kembali di Indonesia. Kami adalah saudara jauh kamu. Mungkin Zikri sudah cerita kalau nenek kamu dan nenek Zikri adalah saudara kandung. Aku adalah sepupu ibumu. Panggil saja aku tante Maira, dan ini om Hasan, dan yang centil ini adalah Nayra. Dia adalah adik bungsu Zikri.”Ujar Maira, ibu dari Zikri dan Nayra. Om Hasan dan Nayra tersenyum ramah dan mengangguk pelan.

“Kak Mahreen cantik sekali. Namaku Nayra. Mulai sekarang aku akan menemani kakak kemanapun kakak mau pergi.” Ujar Nayra dengan suara cerianya. Mahreen tersenyum. Hatinya sangat senang mendapatkan keluarga baru yang begitu baik dan menyukainya.

“Nayra, kamu tunjukkan ke kak Mahreen kamarnya. Biarkan kak Mahreen beristirahat dulu. Pasti kamu capek sekali setelah penerbangan jauh. Kamu mandi lalu istirahat. Nanti, waktunya makan akan kami panggil keluar. Atau, kamu mau makan sekarang?” Ucap Maira, ibu dari Zikri dan Nayra.

“Aku mandi dan istirahat dulu, tante. Kalau boleh. Aku sudah makan di dalam pesawat dan masih kenyang.” Jawab Mahreen dengan ramah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Linda Goins
English please
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status