Share

2. Masa Iddah

“Aku mandi dan istirahat dulu, tante. Kalau boleh. Aku sudah makan di dalam pesawat dan masih kenyang.” Jawab Mahreen dengan ramah.

“Baiklah kalau begitu. Nayra, antarkan kakakmu kekamarnya ya.” Ujar Maira.

“Iya ma,”

“Sebelumnya, aku ingin mengucapkan terima kasih pada om dan tante yang masih mau menampung aku tinggal disini. Aku pasti akan membalas kebaikan om dan tante.” Jawab Mahreen sebelum meninggalkan ruangan tempat berkumpul tersebut.

“Sudahlah, kita semua bersaudara. Itulah pentingnya untuk saling mengenal saudara satu sama lain jadi kita bisa saling membantu. Mami kamu sangat supel meskipun papi kamu super sibuk tapi mami kamu selalu rajin berkumpul dengan keluarga besar. Sekarang pergi istirahat. Nanti kita ngobrol lagi.” Ucap Maira lagi dengan senyum tulusnya.

“Baik tante, aku permisi dulu kalau begitu.” Mahreen pun meninggalkan tiga orang yang ada diruangan tamu dan mengikuti kemana Nayra menarik lembut lengannya.

“Kak Mahreen, ini kamarnya sudah disiapkan sejak kemarin. Aku penasaran sekali sudah tidak sabar untuk bertemu kakak. Mami bilang ibu kak Mahreen cantik sekali jadi pasti anaknya juga cantik. Ternyata benar juga, sangat cantik malah. Hehehe …” Nayra berbicara panjang lebar sambil membantu menarik koper perempuan dalam balutan pashmina tersebut.

“Terima kasih ya Nayra, kalian begitu baik sekali padaku. Aku pikir aku tidak punya saudara lagi tapi ternyata masih ada yang peduli padaku.” Jawab Mahreen sambil duduk di kursi meja rias.

“Jangan sungkan-sungkan kak. Aku dan mas Zikri juga papi dan mami akan selalu ada untuk kakak. Sekarang kakak mandi dulu dan istirahat. Kalau sudah segar, boleh keluar kamar. Aku pergi dulu yaa. Aku masih ada mata kuliah sore ini.” Nayra melambaikan tangan pada Mahreen dan meninggalkan perempuan itu sendiri di kamar barunya.

Mahreen menatap sekeliling isi kamarnya. Semuanya tampak sangat tertata dengan cantik. Cat tembok warna coklat muda membuat Mahreen merasakan hati dan pikirannya lebih tenang. Perempuan itu pun memutuskan untuk membuka kopernya dan mengambil satu set pakaian untuk dibawa ke kamar mandi sebagai pakaian ganti.

-----

“Malam ini kita berkumpul untuk menyambut anggota keluarga baru kita, Mahreen, yang mulai hari ini dan seterusnya akan tinggal bersama kita. Papi dan mami harap, kita semua akan bisa saling terus mendukung satu sama lain. Anggap saja Mahreen sebagai kakak kamu Nayra, juga adik kamu Zikri. Semoga kamu senang dan betah tinggal bersama kami, ya Mahreen.” Ujar Hasan, om Mahreen yang ternyata merupakan sepupu sedarah dengan ibunya Mahreen

“Aku mengucapkan terima kasih untuk om, tante, mas Zikri, dan Nayra karena mau menerima aku tinggal disini. Aku tidak menyangka kalau aku masih memiliki saudara, selain keluarga om Naval.” Jawab mahreen sendu.

“Ya sayang, maafkan kami yang baru mengetahui peristiwa kecelakaan kedua orangtua kamu ya. Saat itu kami masih tinggal di Singapura. Kami baru kembali ke Indonesia setelah dua tahun kecelakaan itu terjadi. Mas Naval yang memberitahu kami kalau kamu diboyongnya ke Italia. Semoga kamu mau memaklumi dan memaafkan kami.” Ujar Maira sambil mengusap punggung Mahreen. Nayra dan Zikri tersenyum lirih mendengar kenyataan yang terjadi.

“Tidak apa-apa, tante. Memang sudah jalan hidupku seperti ini. Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian.” Jawab Mahreen dengan senyum manisnya.

“Ayo sambil makan ya, keburu dingin makanannya.” Ujar Maira. “Oya, Mahreen, karena kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami, tante harap tidak ada yang kamu tutupi dari kami. Termasuk urusan pribadi kamu. Karena dalam keluarga ini rahasia itu bisa menjadi penyebab retaknya hubungan sebuah kekeluargaan.” Jawab Maira.

“Kecuali, rahasia siapa pria yang sudah menolak Nayra.” Jawab Zikri dengan santainya.

“Mas! Apa-apaan sih? Malu-maluin tahu tidak?” Nayra cemberut mengerutkan bibirnya mendengar kakaknya mulai menggoda dirinya.

“Mulai deh,” Maira, mami mereka berkata. Mahreen tersenyum geli mendengar pertengkaran adik dan kakak tersebut.

“Mahreen, boleh tante tahu … kapan kamu bercerai dengan suami kamu?” Maira mulai bertanya yang sejujurnya Mahreen tidak ingin mengorek luka lama lagi.

“Satu bulan yang lalu, tante.” Jawab Mahreen dengan suara lirih dan pelan.

“Yang sabar ya sayang. Tuhan pasti memberikan pengganti yang lebih baik.” Jawab Maira yang dibalas dengan senyuman tipis oleh perempuan yang mengenakan jilbab instant warna peach dan gamis rumahan warna senada.

“Iya, kak Mahreen cantik sekali pasti banyak lelaki yang naksir kakak. Mas Zikri kalau bukan saudara juga pasti sudah naksir kakak, hahaha …”

PLAK!

“Aww,”

“Mulut kamu ya tidak bisa dijaga!” Zikri memukul belakang kepala Nayra, adiknya, dan melotot menatap wajah Nayra yang cengengesan senang karena bisa gantian meledeknya.

“Ya tidak mukul juga kali.” Jawab Nayra emosi.

“Karena mulut kamu sudah keterlaluan.” Jawab Zikri dengan tatapan tajamnya.

“Biarin! Siapa yang duluan tadi nyindir aku? Huh, disindir balik tidak mau kan?” Ujar Nayra menyeringai sinis.

“Kalian itu kalau tidak bertengkar sedetik saja sepertinya kurang afdol.” Maira dan Hasan geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua anaknya.

Nayra dan Zikri saling melirik ketus dan mengerutkan bibir masing-masing.

“Oya Mahreen, masa iddah kamu masih dua bulan lagi. Jadi, selama dua bulan kedepan, kamu dirumah saja menemani tante kamu ya. Kamu tidak boleh kemana-mana sampai masa iddahmu berakhir.” Ujar Hasan. Maira dan kedua anaknya mengangguk-angguk setuju. Mahreen pun mengiyakan. “Baik om.”

“Dan, biar kamu tidak bosen, kamu mau tidak menjadi asisten tante? Tante ini kan desainer interior freelance. Tante butuh asisten untuk membantu tante mengelola order yang masuk. Nayra selalu menolak kalau maminya minta tolong. Huh!” Kini giliran tante Maira yang cemberut mengerutkan bibir. Mahreen tersenyum melihatnya.

“Dengan senang hati, tante. Daripada aku bengong tidak melakukan apapun, aku senang bisa membantu tante. Kebetulan, aku juga lulusan desain interior dan gelarku adalah Sarjana Desain. Jadi, aku harap bisa membantu tante dengan lebih baik.” Jawab Mahreen sambil tersenyum lebar.

“Wah pi, jodoh sekali aku dan Mahreen. Ternyata keponakan kita seorang Sarjana Desain, sama seperti aku.” Maira senang luar biasa bisa dipertemukan dengan sesama lulusan desain interior. Nayra dan Zikri tersenyum melihat betapa gembiranya mami mereka.

Setelah obrolan semalam, akhirnya kini Mahreen memiliki kesibukan menghandle urusan tante Maira dari dalam rumah jika tantenya itu sedang berada di luar. Maira dan Mahreen berdiskusi panjang lebar semalam tentang pembagian tugas dan apa saja yang harus dilakukan perempuan yang sudah resmi menyandang status janda tersebut.

Mahreen senang ilmunya terpakai juga pada akhirnya. Saat di Italia dan sebelum menikah, Mahreen sempat bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang interior namun setelah menikah, ilmunya langsung terkubur dalam-dalam bersama peraturan ketat dari sang suami yang tidak menginginkan istrinya untuk bekerja di luar rumah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status