“Timmy, aku baru ingat. Istriku punya satu keluarga lagi yang dia sebut om dan tante. Kamu cari tahu ke omnya yang ada di Italia sekarang juga.” Perintah Mateo pada ajudannya yang duduk didepan disebelah supir.
“Siap bos,” Timmy mulai melakukan panggilan pada pria yang dimaksud. Perbedaan waktu antara Italia dan Indonesia yang hanya 6 jam, membuat Timmy tidak menunda-nunda lagi tugasnya.
“Kabari aku secepatnya!” Mateo turun sebelum Timmy berhasil menghubungi om Mahreen yang menikahkan mereka di negara terkenal dengan pizza itu.
Bos mafia itu berjalan dengan wajah ditutup masker warna hitam. Pria itu menjadi rentan akan bau-bauan setelah kejadian muntah-muntah di toilet kantor. Mateo mempercepat langkahnya menuju apartemen agar tidak menghirup lebih banyak aroma tajam yang akan membuatnya muntah kembali. Sesampainya di pintu apartemennya, Mateo berjalan cepat menuju kamarnya.
“Kak, ada apa denganmu? K
Sebuah rumah dengan arsitektur cukup megah terlihat jelas dari pagar besi yang menutupi rumah itu dari luar. Jantung Mateo berdegup kencang manakala mengetahui bahwa rumah ini adalah tempat satu-satunya kemungkinan besar sang istri yang melarikan diri, tinggal dan menetap.“Kamu yakin disini tempatnya?” Timmy yang ditanya, melihat sekali lagi rumah megah itu dan mencocokannya dengan data yang dia terima dari anak buahnya.“Benar, tuan. Kemungkinan besar nyonya tinggal disini karena hanya disinilah satu-satunya keluarga yang dimiliki nyonya, selain yang di Italia. Menurut informasi dari anak buah saya, keluarga nyonya yang lain tidak ada yang mau menampung nyonya sewaktu kedua orangtua nyonya kecelakaan dan meninggal, makanya nyonya dibawa ke Italia. Sedangkan keluarga yang tinggal dirumah ini baru mengetahui kecelakaan yang menimpa nyonya dan orangtuanya setelah sampai di Indonesia, karena sebelumnya mereka tinggal di luar negeri. Jadi, merekalah yang
Sementara itu di tempat lain, seorang perempuan cantik dengan balutan gaun terusan simple dengan warna coklat muda dan pashmina yang menutup sempurna rambutnya, sedang berada di sebuah rumah yang sedang di surveynya sebagai rumah sewa untuk tempat menetap seterusnya bersama bayi yang ada di dalam kandungannya.“Rumahnya cukup nyaman dan bersih. Lingkungannya pun sangat tenang dan tidak dekat jalan raya. Sepertinya aku akan mengambil rumah ini, nyonya.” Jawab Mahreen dengan ciri khas senyum ramahnya.“Baiklah, jadi kapan nona akan pindah kesini?” Tanay seorang wanita dengan tubuh cukup subur.“Hari ini bisa? Aku tidak perlu banyak perabotan dan aku juga sudah membawa pakaian yang aku butuhkan. Aku hanya ingin memastikan listrik dan air sudah tersedia.” Ucap Mahreen.“Jangan khawatir, nona. Begitu pembayaran selesai dilakukan, tidak sampai lima menit, nona bisa langsung menempati rumah ini.” Jawab nyonya pemil
“Baru saja suamimu datang dan menggeledah seluruh ruangan demi mencari kamu. Untung saja kamu sudah tidak ada dirumah. Kalau tidak, entah bagaimana nasib kamu.” Ujar Maira. Sang suami mengusap-usap punggung istrinya karena kondisinya yang masih shock. Seumur hidup mereka, baru kali ini mereka mengalami penggeledahan rumah.“Terus, bagaimana keadaan tante dan om juga semuanya? Apakah kalian baik-baik saja?” Mahreen langsung menegakkan tubuhnya mendengar cerita sang tante.“Kami baik-baik saja sayang. Tapi, dia sudah tahu … kalau kamu hamil. Maafkan kami,” Maira menutup m
“Edward, dua hari lagi atau hari Jumat ini kamu dan Eve ke Bali untuk melihat pembangunan pertama resort. Kalian pergi selama tiga hari dua malam. Senin kalian kembali ke kantor. Apa itu cukup?” Tanya Mateo lagi dengan tatapan bergantian ke Edward dan Eve.“Cukup? Itu terlalu lama!” Teriak Eve dalam hati.“Baik, tuan. Aku akan persiapkan semua berkas-berkas yang akan dibutuhkan disana.” Ujar Edward dengan suara tenang tanpa keterkejutan sama sekali. Eve mengernyitkan alisnya.“Bagaimana mungkin dia bisa setenang itu? Ini pertama kalinya aku pergi dinas luar … dengan dia.” Gumam Eve dalam hati.“Eve? Ada masalah?” Mateo menatap Eve tanpa berkedip sama sekali.“Ti-tidak ada, tuan. Aku akan booking hotel untuk menginapnya hari ini.” Ujar Eve dengan perasaan tidak menentu.“Ya, kalian atur-atur saja sendiri. Kalau sudah, kalian boleh keluar.” Mateo kembali
Lift yang membawa Maira sampai di basemen dan wanita itu bergegas menuju mobilnya. Dalam hitungan menit, mobil itu melesat meninggalkan gedung perkantoran Thunderbolt Corp. Selang beberapa detik kemudian, mobil yang membawa Mateo pun mengikuti mobil Maira dengan jarak yang cukup jauh agar tidak terlihat kalau sedang mengikuti.Maira yang tidak mengetahui diikuti, terus meluncur menuju tempat yang sudah dijanjikan bersama keponakannya yang sedang berbadan dua.“Kamu pelan-pelan saja bawa mobilnya. Tapi, jangan sampai dia lepas dari jangkauan.” Ujar Mateo dengan suara beratnya.“Siap tuan!” Jawab si supir.Setelah membuntuti hampir setengah jam lamanya, akhirnya mobil Maira berhenti di depan sebuah restoran yang menyajikan menu makanan ala timur tengah yang cukup terkenal di kota ini. Mahreen memilih tempat ini karena sangat nyaman dan tidak bising seperti restoran pada umumnya. Dia tidak bisa muncul begit
“MAHREEN! AAARGGHH!” Sang pria terduduk berlutut di atas lantai dengan kedua telapak tangannya mengusap wajah dan rambutnya. “Aku pasti menemukan kamu, sayang!” Geram Mateo dengan tangan terkepal. “TIMMY!” Suara menggelegar Mateo mampu menembus hingga keluar unit apartemen dan membuat ajudan setia sang bos mafia lari tergesa-gesa.“Siap tuan!”“Kamu cari tahu sampai dapat dimana istriku tinggal. CEPAT!” Teriakan Mateo sudah lama tidak didengar Timmy dan itu cukup membuat pria berbadan tegap itu langsung beranjak dari tempat dia berdiri untuk menemui anak buahnya dan Menyusun strategi demi mencari istri bos yang melarikan diri.“Mahreen, aku pasti akan menghukummu karena berani meninggalkan aku!” Dengan rahang mengeras dan tangan terkepal ditinju ke atas lantai, siapapun tidak akan berani mendekati pria yang sedang berada di puncak emosinya.Sementara itu di
“Huh, kamu kenapa kaku begitu sih kak? Itulah mengapa kamu tidak punya pacar sampai usiamu sekarang karena semua perempuan takut padamu.” “MAYA!” Suara teriakan sang kakak yang menggelegar membuat nyali Maya ciut juga. Perempuan berjilbab itu menghentakkan satu kakinya ke lantai dan keluar begitu saja dari ruangan kerja sang kakak. Sebastian memijat pelipisnya yang tidak pusing dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh berat pria itu rasakan memimpin adik dan ibunya sejak kepergian sang ayah untuk selama-lamanya. Sebelum maya berhijab, adiknya itu bergaul dengan teman-temannya yang suka keluar masuk klub malam. Dengan beberapa teman wanitanya yang suka keluyuran di malam hari, dari situlah dia mengenal lelaki yang menjadi ayah dari anak-anaknya. Pernikahan mereka pun terjadi karena Maya mengandung lebih dahulu anak hasil perbuatan sembunyi-sembunyinya dengan lelaki itu. Selama mereka menikah, Maya dikuras habis-habisan oleh sang suami n
“Il ragazzo della discoteca ha già pagato. Calmati. (Orang di klub malam sudah membayar. kamu tenang saja.)” Ujarnya.Adrianna disambut oleh dua orang pelayan wanita yang diberitahu dari pos penjagaan kalau nona muda mereka pulang kerumah dalam keadaan mabuk berat. Dengan bergegas, dua pelayan wanita itu mengikuti nona majikan mereka yang diangkat oleh seorang penjaga bertubuh kekar masuk ke dalam kamarnya agar mempercepat proses pemindahannya. Supir taksi itu pun pergi setelah berhasil mengantarkan penumpang mabuknya pulang.“Huh, untung saja nona pulang sebelum tuan dan nyonya sampai rumah.” Ujar salah seorang pelayan yang membantu melepaskan pakaian yang dikenakan nona muda mereka agar tidur lebih nyenyak.“Tapi, kasihan juga karena tuan dan nyonya jarang dirumah. Nona Adrianna hampir tidak pernah mendapatkan perhatian.” Jawab pelana lainnya. Keduanya membersihkan sang nona cepat-cepat.