Share

5. pulang

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-05-16 09:35:21

Pulang dari kerja suamiku nampak penat sekali, iya letakkan kunci mobil dan tasnya di atas meja kerja lalu berjalan dengan lesu dan menjatuhkan dirinya di atas sofa depan ruang tv. Berulang kali dia mendesah sambil memijit di kepalanya.

"Kenapa Mas?" Aku datang membawakan segelas air hatiku jengkel atas percakapanku dengan ibu mertua beberapa saat yang lalu tapi aku harus tetap terlihat senyum di depan suamiku.

"Capek banget, tensi kerjaan banyak sekali ditambah klien dari Jepang itu sama sekali tidak pengertian mereka meminta kami untuk mengebut pekerjaan proyek, tapi mereka tidak mengetahui kendala apa yang kami hadapi di lapangan! Ah ya Tuhan!"

"Emangnya apa yang terjadi Mas?"

"Mereka meminta pengecoran jembatan harus selesai dalam minggu ini, tapi mereka tidak menyadari bahwa kami menghadapi kendala terlambatnya pasokan material dan cuaca yang tidak mendukung."

"... Lalu mereka mulai menyalahkan dan memintaku menyelesaikan semuanya sebagai supervisor lapangan."

"Ya Tuhan aku turut prihatin Mas Andai ada yang bisa kulakukan untuk membantumu!"

"Aku tidak akan membebani keluargaku karena aku bisa mengatasinya sendiri! Tapi, aku hanya memohon agar situasi rumah dan kondisi keluarga tetap tenang."

"Aku berusaha Mas tapi baru siang tadi aku mendapatkan teguran dari ibu mertua...."

"Kenapa?" Suamiku langsung duduk tegak dan mukanya tegang.

"Tadi pagi Mbak aruni minta aku untuk menyampaikan agar kau mengantarkan dia ke kecamatan."

"Untuk apa?"

"Anaknya mau lomba melukis. Jadi aku bilang kalau kita punya acara keluarga sekaligus kau sibuk sekali minggu ini."

"Kau tidak salah," ucap suamiku sambil mendesahkan nafasnya.

"Tapi sepertinya Mbak aruni melapor kepada ibu mertua sehingga beliau menegurku!"

"Bilang apa?"

"Kita harus memprioritaskan keluarga dan kerabat. Tapi aku sudah jelaskan pada ibu bahwa kita sudah berikan yang terbaik selama ini jadi aku ingin sekali Mas Bayu dan mas Hendra mengambil alih."

"Kok pasti sudah membuat Ibu marah...."

"Mau bagaimana lagi Mas aku juga prihatin dengan keadaan keluarga kita, kapan kita bisa membangun untuk diri kita sendiri kapan kita akan punya tabungan dan rumah yang layak juga kendaraan baru, kapan semuanya berubah dan beban yang banyak itu terangkat dari bahumu."

"Aku tidak menjadikan keluargaku sebagai beban!"

"Namun sebagai istrimu aku yang prihatin, Aku ingin suamiku memiliki mental yang sehat serta semangat yang kuat untuk menjalani hari-harinya, bukan terus tersita waktu dengan iparmu yang banyak maunya!"

"Sebenarnya nggak apa-apa sih, Aku hanya ingin berperan sebagai paman yang baik."

"Aku tidak meragukan niatmu Mas dan kau telah melakukan yang terbaik selama ini bahkan kau rela berulang kali menendang rencana keluarga dan mengajak anak-anak kita libur demi Gilang dan aruni!"

"Aku menangkap kecemburuanmu ujar suamiku sambil tersenyum dan menjawil pipi ini.

"Tidak Mas, aku tidak cemburu, Aku hanya ingin kita semua jaga jarak agar tidak terjadi fitnah atau hal yang tidak diinginkan. Ipar adalah maut dan benih-benih kebersamaan akan membuat kalian terbiasa untuk tidak menjaga jarak!"

"Aku mengerti," jawabnya mengangguk.

*

Minggu pagi.

"Aku harus ke lokasi proyek ucap suamiku sambil mengenakan kemeja kotak-kotak biru dan jam tangannya, Dia segera menyisir rambut dan menyemprotkan parfumnya.

"Ada apa? Bukannya ini hari Minggu?"

"Iya seperti yang kau katakan kemarin bahwa aku harus mengebut pengerjaan."

"Ya ampun Mas, kau jadi tidak punya istirahat."

"Tidak masalah." Dia mengucapkan Minggu lalu bergantian memeluk anak kami dan berpamitan, bahkan dia tidak sempat sarapan atau minum kopi buatanku.

Sampai beberapa saat setelah kepergian yang aku masih berpikir positif dan tenang-tenang saja, aku jalani hari minggu bersama anak-anak dengan berkunjung ke tempat Ibuku untuk membantu persiapan syukuran keluarga, juga berbelanja sendirian ke supermarket .

Menjelang sore aku bisa istirahat setelah menyetrika pakaian dan menyiapkan baju sekolah anak-anak. Selagi melihat-lihat I*******m aku tak sengaja melihat postingan aruni, yang nampak bahagia sambil memeluk anaknya yang ternyata juara.

Dia menulis caption Terima kasih Untuk Anakku yang hebat serta sosok yang selalu mendukung di belakang kami, lalu di slide yang kedua ada foto candid suamiku yang diambil tanpa sepengetahuannya, lelaki itu sedang memegang ponselnya sambil mengenakan kacamata hitam dan jam tangan yang membuatnya semakin tampan dan bergaya.

Jadi wanita itu sedang berterima kasih pada suamiku, karena tanpa pengetahuanku mas Arman sudah mengantarnya ke kecamatan!? Oh, sontak saja dadaku terbakar dan rasa jengkel yang selama ini berusaha kupendam langsung bergejolak bukan main.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   105

    *Menjelang liburan ke Eropa, intensitas kesibukanku semakin meningkat, aku harus memberikan pembekalan pada tim marketing dari orang-orang yang ada di toko agar menjaga kinerja mereka selama aku tidak berada di Indonesia. Aku juga melatih asisten rumah tangga dan penjaga anak-anak agar mereka tetap disiplinkan seperti biasa. Hanya libur di hari Sabtu dan Minggu dan tetap melakukan les tambahan belajar di hari biasa. Tak lupa juga kutekankan agar para pengasuh tetap menyuruh anak-anak disiplin beribadah, juga kuberitahu asisten rumah tangga baru untuk mengurusi obat herbal mertuaku. Mereka harus minum itu setiap pagi sebelum sarapan, jadi asisten harus menyiapkannya dalam keadaan hangat. *Keberangkatanku ke Eropa adalah hal yang paling membuatku antusias. Setelah tujuh bulan menikah, untuk pertama kalinya aku dan Mas Renaldi akan punya waktu berdua saja tanpa kehadiran anak-anak dan kerabat lainnya. Benar-benar hanya aku dan dia saja tanpa asisten atau bodyguard yang mengikuti ka

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   104

    *"Kulihat-lihat usahamu maju ya," ucap Lorena saat dia berkunjung ke butik tempat mendesain produk dan menjual barang. Aku yang cukup kaget dengan kedatangannya hanya bisa tersenyum sambil mengangguk tipis. "Iya, Alhamdulillah.""Aku tahu kau tak senang aku datang ke sini.""Tidak juga, hanya saja... tumben." Aku sedikit bingung kenapa dia mengunjungiku, ada kecanggungan di antara kami yang membuat aku dan dia hanya saling menatap tanpa bicara lagi."Apa kau senang dengan bisnis ini.""Aku senang, merasa beruntung ada tim marketing dan support yang memadai. Mas Renaldi memberiku kesempatan dan dukungan, tanpa dia mustahil merkku terjual dengan cepat.""Aku yang memberinya saran untuk menggunakan tim marketing dan orang-orang yang terpilih.""Kalau begitu terimakasih," balasku pada wanita berambut panjang itu."Ya kau pantas mendapatkannya."Aku tertawa karena untuk pertama kalinya dia bilang aku pantas mendapatkan sesuatu. "Tumben.""Dipikir-pikir kau memang pantas mendapatkanny

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   103

    "gimana aku nggak marah kalau kamu nggak adil. Kamu juga membiayai wanita yang unik itu untuk membuka usaha dan memberikan sekolah terbaik untuk anak-anak mereka. Jomplang sekali dengan pelayananmu pada anak kita.""Kalau begitu biarkan clarra bersamaku, biar dia tinggal denganku maka akan kuberikan perusahaan itu untuknya!"Wanita itu terdiam sepertinya dia keberatan untuk menyerahkan clarra kepada Mas Rinaldi karena jika Clara pindah bersama kami maka wanita itu tak akan punya cara lagi untuk mendapatkan uang bulanan dari Mas Renaldi. Hebat sekaligus licik sekali, saat dia sendiri sudah punya suami tapi masih mendapatkan nafkah dari mantan suaminya. Lima ratus juta perbulan, untuk uang sekolah dan kebutuhan Clara yang sebenarnya tidak akan sebanyak itu. Tapi aku tidak punya hak untuk keberatan pada pemberian suamiku untuk anaknya, itu adalah urusan pribadi yang tidak boleh diganggu gugat."Pulang dan nikmati hidup dengan suamimu, bukankah kau sangat mencintainya! Selagi aku masih m

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   102

    Sesuai dengan janji Mas Renaldi yang akan pergi ke sekolah anak-anak demi menegur orang-orang yang telah mengganggu mereka dan meminta kepada gurunya agar lebih berhati-hati. Suamiku mengunjungi tempat itu pukul 10.00 pagi dan dikabarkan padaku oleh asisten pribadinya Pak Dedi. Pria yang sudah 15 tahun jadi asisten Suamiku itu bilang kalau Mas Renaldy mengancam kepala sekolahnya, dia bilang tidak boleh Ada kesenjangan di sekolah tersebut, meski muridnya berasal dari latar belakang yang berbeda. "Bukan cuma anak orang kaya atau indo saja yang boleh menikmati fasilitas bagus, bahkan anak-anak dari kalangan menengah ke bawah dan latar belakang biasa saja mereka bisa menikmati pendidikan yang lebih baik dari sekolah umum.""Oh dia bilang begitu ya pak?""Iya Bu, Bapak juga bilang kalau tindakan bullying ini masih berlanjut maka beliau akan melaporkan ini ke dinas pendidikan dan mengadakan rapat pertemuan wali murid yang bisa berujung pada penutupan sekolah.""Wah, itu menakutkan juga Pa

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   101

    Kilau matahari menerangi kamarku, desir angin meniupkan tirai kamar yang terbuat dari kain satin, pintu balkon meniupkan hawa dingin ke arahku.Lembut gaun satin yang membungkus tubuh seakan memanjakanku, ditambah dengan nyamannya tempat tidur dan mewahnya kamar kami, aku seperti seorang ratu di istana sendiri. "Kalau pintunya terbuka berarti Mas Renaldi sudah pergi," gumamku sambil bangun dari tempat tidur dan menyibak selimut.Saat membuka pintu kamar, asisten rumah tangga yang kebetulan lewat menyapa dan membungkuk hormat. "Selamat pagi Nyonya l, mau sarapan apa pagi ini? Mau dibawakan ke kamar atau sarapan bersama mertua nyonya. ""Tidak apa, saya akan ambil sendiri," balasku. Terbiasa mengurus diriku sendiri sedikit membuatku canggung saat seseorang menawariku hendak makan apa dan diantar ke mana. "Nyonya ada kegiatan hari ini, kalau ada kami akan siapkan pakaiannya.""Tidak ada Mba, terima kasih atas bantuannya.""Dengan senang hati Nyonya," balasnya sambil tersenyum dan mela

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   100

    Setelah menenangkan anak-anak atas insiden yang terjadi di meja makan, aku langsung menemui suamiku yang sedang menghibur putrinya di ruang keluarga lantai dua. Gadis cantik dengan gaun berwarna peach itu, nampak begitu murung dan menundukkan kepalanya. "Maafin papa ya, kamu baru berkunjung ke sini dan sudah menyaksikan keributan kami.""Ga apa Pa, aku sudah lama mau ketemu papa juga.""Keadaannya sekarang Papa sudah punya istri kamu nggak papa kan?""Iya.""Kamu sudah kenalan sama tante Hanifah?""Belum sempat.""Kalau begitu mari kita berkenalan," ucapku kepada anak itu sambil mendekat dan berjongkok di hadapannya. "Namaku Hanifah, namamu siapa?""Clarissa putri," balasnya. "Kamu cantik sekali, garis wajahmu sangat mirip dengan kedua orang tuamu," pujiku sambil membelai perlahan di pipi gadis kecil itu, mata indah dan hidungnya yang mancung mirip ayahnya, sementara garis bibir dan wajahnya mirip ibunya. Dia tak bosan dilihat, fitur wajahnya seperti perpaduan antara orang Indonesi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status