Share

4. kupikir mudah

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-16 09:34:39

Kupikir semudah itu menegur suamiku, semudah itu membentang jarak agar dia bisa menjaga diri dan tidak terlalu dekat dengan mantan iparnya yang sudah jelas bukan mahram. Aku berusaha agar mereka tidak terlalu intens bertemu atau berkomunikasi tapi sepertinya, untuk membuatnya menjadi kenyataan itu agak sulit.

Wanita itu saling menelpon suamiku, dan akulah yang mengangkatnya. Aku tanyakan apa tujuannya dan dia selalu punya alasan masuk akal agar Mas Arman membantunya, juga menuruti semua keinginannya.

"Mba Hani, Aku boleh minta izin buat diantar Mas Arman untuk membawa Gilang berlomba ke tingkat kecamatan. Kau tahu anakku cukup berbakat dalam hal melukis jadi aku ingin mendukung dan mengembangkan prestasinya. Apa boleh?"

"Saya bukannya tidak izinkan Mbak tapi minggu-minggu ini suami saya sibuk sekali, jika tidak begitu urgent saya sarankan untuk menyewa mobil saja atau sopir pribadi."

"Saya tidak berani pergi dengan orang yang tidak saya kenali, satu-satunya ipar yang baik dan dekat dengan kami hanya Arman. Tapi jika Mbak Hani tidak setuju maka saya tidak bisa berbuat banyak, artinya saya batalkan saja rencana untuk perlombaan di tingkat kecamatan tersebut."

Nah, kan, dia punya cara untuk meracuni dan membuat keadaan menjadi terpaksa agar semua orang menolongnya.

"Gini lho mba, Mas Armada rencana di akhir pekan ini dengan beberapa teman kantornya dan juga kami ada acara keluarga...."

Klik!

Belum selesai perkataanku tapi Wanita itu sudah mematikan ponselnya, dia tidak menghargaiku dan mematikannya begitu saja tanpa berpamitan atau mengucapkan terima kasih.

Dasar tidak tahu diri.

Kupikir semuanya sudah beres tapi ternyata tiba-tiba ibu mertua menelponku, beliau mengungkapkan kekecewaan dan kekesalannya atas apa yang kukatakan kepada aruni.

"Dek, kau tahu kan kalau si Mbak sudah nggak punya suami lagi, apa adik memang sudah tidak membolehkan Arman mengantarkan kakak iparmu?"

Nah mulai lagi, aruni pasti sudah memberitahu ibu mertua dan meminta beliau untuk berbicara dengan kami atas nama dirinya. Benar benar kurang ajar dan aku rasanya ingin menjambak wanita itu.

"Bu, bukan begitu, suami saya ada kesibukan. Lagi pula Kami menyarankan agar beliau menyewa mobil sekaligus dengan sopirnya kami tidak masalah membayarnya."

"Bukan uang yang diperlukan Dek tapi peran keluarga."

"Kalau begitu mbak aruni bisa diantarkan oleh Mas Bayu atau Mas Hendra, bukankah Mas Arman punya dua kakak yang lainnya?"

"Iya, benar, tapi mereka pasti sibuk dengan perjalanan bisnis dan keluarganya masing-masing!"

Bila ibu mertua juga memikirkan tentang maslahat anaknya yang lain, juga tentang kesibukan dan bisnis mereka lalu bagaimana dengan kami? Apa kami sama sekali tidak punya rutinitas keluarga dan kesempatan untuk me time sendirian? Oh ini konyol sekali.

"Keluarga kami juga sibuk Bu, satu kali kami juga butuh istirahat dan jeda, suamiku sudah memberikan pelayanan terbaik, jadi izinkan kami untuk istirahat dan mengalihkan sedikit tanggung jawab ini pada saudara-saudara lainnya!"

"Hani, harusnya kamu paham dong, kalau yang ekonominya membaik hanya kalian saja?!"

"Tapi kami juga punya kebutuhan keluarga Bu, malah Saya ingin merenovasi bagian atap depan rumah yang sudah bocor tapi selalu gagal karena sebagian besar gaji suamiku diberikannya untuk Mbak aruni. Bahkan suamiku memberikan dia perhiasan dan pakaian yang mahal tanpa mempertimbangkan kebutuhan kami menurutku itu sudah terlalu baik dan agak berlebihan!"

"Tidak ada yang namanya berlebihan jika itu menyangkut saudara dan kerabat!" Kali ini nada ibu mertua cukup tinggi membuatku malas mendengar ocehannya.

"Lalu Siapa yang lebih dipentingkan Bu, anak dan istri, ataukah wanita yang sudah habis masa iddahnya dari kakak ipar kami. Mas Hilman sudah meninggal 5 bulan yang lalu jadi saya rasa wanita itu sudah terbebas dari ikatan dan boleh mulai bekerja atau membangun kembali pertemanannya!"

"Ini konyol Dek, Kenapa adek menyarankan Kakak iparmu untuk bersuami lagi? ketika dia menikah dan suaminya tidak baik kepada Gilang, gimana nasib cucu ibu!"

Wanita itu memang mengatakan kata-kata dengan kalimat yang lembut tapi bobot dari perkataannya sangat menyakitkan hatiku, Dia seolah berat sebelah dan selalu mendukung Mbak aruni tanpa memikirkan perasaanku.

"Begini saja, jika Ibu luang waktunya, biar Ibu saja yang temani Mbak aruni pergi ke kecamatan untuk mengantar Gilang berlomba."

"Ibu ada pertemuan kontrol dengan dokter Hari Minggu nanti. Kau saja!"

"Nggak bisa Bu, aku ada acara keluarga di rumah ibuku!"

"Giliran keluarga ibumu kau pentingkan 'kan!"

"Bukan begitu..."

"Pokoknya Dek, biarkan Arman mengantarkan aruni."

Ya Allah, aku kehabisan kata-kata. Sejak awal aku sudah memperingatkan suamiku agar tidak terlalu mengambil semua tanggung jawab dan memanjakan aruni hingga akhirnya dia menginjak dan membuat keadaan menjadi sempit untuk kami. Aah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
othornya nggak masuk akal deh kayaknya keluarga DAJJAL turunan Fir'aun itu apa sih PAHAM yang di ikuti banyak kok JANDA malah MALU minta uang ke keluarga mendiang suaminya dan berusaha bekerja untuk mempertahankan hidup serta biaya anak sekolah tanpa menyusahkan keluarga mertua pakailah BUDAYA MALU
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   105

    *Menjelang liburan ke Eropa, intensitas kesibukanku semakin meningkat, aku harus memberikan pembekalan pada tim marketing dari orang-orang yang ada di toko agar menjaga kinerja mereka selama aku tidak berada di Indonesia. Aku juga melatih asisten rumah tangga dan penjaga anak-anak agar mereka tetap disiplinkan seperti biasa. Hanya libur di hari Sabtu dan Minggu dan tetap melakukan les tambahan belajar di hari biasa. Tak lupa juga kutekankan agar para pengasuh tetap menyuruh anak-anak disiplin beribadah, juga kuberitahu asisten rumah tangga baru untuk mengurusi obat herbal mertuaku. Mereka harus minum itu setiap pagi sebelum sarapan, jadi asisten harus menyiapkannya dalam keadaan hangat. *Keberangkatanku ke Eropa adalah hal yang paling membuatku antusias. Setelah tujuh bulan menikah, untuk pertama kalinya aku dan Mas Renaldi akan punya waktu berdua saja tanpa kehadiran anak-anak dan kerabat lainnya. Benar-benar hanya aku dan dia saja tanpa asisten atau bodyguard yang mengikuti ka

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   104

    *"Kulihat-lihat usahamu maju ya," ucap Lorena saat dia berkunjung ke butik tempat mendesain produk dan menjual barang. Aku yang cukup kaget dengan kedatangannya hanya bisa tersenyum sambil mengangguk tipis. "Iya, Alhamdulillah.""Aku tahu kau tak senang aku datang ke sini.""Tidak juga, hanya saja... tumben." Aku sedikit bingung kenapa dia mengunjungiku, ada kecanggungan di antara kami yang membuat aku dan dia hanya saling menatap tanpa bicara lagi."Apa kau senang dengan bisnis ini.""Aku senang, merasa beruntung ada tim marketing dan support yang memadai. Mas Renaldi memberiku kesempatan dan dukungan, tanpa dia mustahil merkku terjual dengan cepat.""Aku yang memberinya saran untuk menggunakan tim marketing dan orang-orang yang terpilih.""Kalau begitu terimakasih," balasku pada wanita berambut panjang itu."Ya kau pantas mendapatkannya."Aku tertawa karena untuk pertama kalinya dia bilang aku pantas mendapatkan sesuatu. "Tumben.""Dipikir-pikir kau memang pantas mendapatkanny

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   103

    "gimana aku nggak marah kalau kamu nggak adil. Kamu juga membiayai wanita yang unik itu untuk membuka usaha dan memberikan sekolah terbaik untuk anak-anak mereka. Jomplang sekali dengan pelayananmu pada anak kita.""Kalau begitu biarkan clarra bersamaku, biar dia tinggal denganku maka akan kuberikan perusahaan itu untuknya!"Wanita itu terdiam sepertinya dia keberatan untuk menyerahkan clarra kepada Mas Rinaldi karena jika Clara pindah bersama kami maka wanita itu tak akan punya cara lagi untuk mendapatkan uang bulanan dari Mas Renaldi. Hebat sekaligus licik sekali, saat dia sendiri sudah punya suami tapi masih mendapatkan nafkah dari mantan suaminya. Lima ratus juta perbulan, untuk uang sekolah dan kebutuhan Clara yang sebenarnya tidak akan sebanyak itu. Tapi aku tidak punya hak untuk keberatan pada pemberian suamiku untuk anaknya, itu adalah urusan pribadi yang tidak boleh diganggu gugat."Pulang dan nikmati hidup dengan suamimu, bukankah kau sangat mencintainya! Selagi aku masih m

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   102

    Sesuai dengan janji Mas Renaldi yang akan pergi ke sekolah anak-anak demi menegur orang-orang yang telah mengganggu mereka dan meminta kepada gurunya agar lebih berhati-hati. Suamiku mengunjungi tempat itu pukul 10.00 pagi dan dikabarkan padaku oleh asisten pribadinya Pak Dedi. Pria yang sudah 15 tahun jadi asisten Suamiku itu bilang kalau Mas Renaldy mengancam kepala sekolahnya, dia bilang tidak boleh Ada kesenjangan di sekolah tersebut, meski muridnya berasal dari latar belakang yang berbeda. "Bukan cuma anak orang kaya atau indo saja yang boleh menikmati fasilitas bagus, bahkan anak-anak dari kalangan menengah ke bawah dan latar belakang biasa saja mereka bisa menikmati pendidikan yang lebih baik dari sekolah umum.""Oh dia bilang begitu ya pak?""Iya Bu, Bapak juga bilang kalau tindakan bullying ini masih berlanjut maka beliau akan melaporkan ini ke dinas pendidikan dan mengadakan rapat pertemuan wali murid yang bisa berujung pada penutupan sekolah.""Wah, itu menakutkan juga Pa

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   101

    Kilau matahari menerangi kamarku, desir angin meniupkan tirai kamar yang terbuat dari kain satin, pintu balkon meniupkan hawa dingin ke arahku.Lembut gaun satin yang membungkus tubuh seakan memanjakanku, ditambah dengan nyamannya tempat tidur dan mewahnya kamar kami, aku seperti seorang ratu di istana sendiri. "Kalau pintunya terbuka berarti Mas Renaldi sudah pergi," gumamku sambil bangun dari tempat tidur dan menyibak selimut.Saat membuka pintu kamar, asisten rumah tangga yang kebetulan lewat menyapa dan membungkuk hormat. "Selamat pagi Nyonya l, mau sarapan apa pagi ini? Mau dibawakan ke kamar atau sarapan bersama mertua nyonya. ""Tidak apa, saya akan ambil sendiri," balasku. Terbiasa mengurus diriku sendiri sedikit membuatku canggung saat seseorang menawariku hendak makan apa dan diantar ke mana. "Nyonya ada kegiatan hari ini, kalau ada kami akan siapkan pakaiannya.""Tidak ada Mba, terima kasih atas bantuannya.""Dengan senang hati Nyonya," balasnya sambil tersenyum dan mela

  • SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA   100

    Setelah menenangkan anak-anak atas insiden yang terjadi di meja makan, aku langsung menemui suamiku yang sedang menghibur putrinya di ruang keluarga lantai dua. Gadis cantik dengan gaun berwarna peach itu, nampak begitu murung dan menundukkan kepalanya. "Maafin papa ya, kamu baru berkunjung ke sini dan sudah menyaksikan keributan kami.""Ga apa Pa, aku sudah lama mau ketemu papa juga.""Keadaannya sekarang Papa sudah punya istri kamu nggak papa kan?""Iya.""Kamu sudah kenalan sama tante Hanifah?""Belum sempat.""Kalau begitu mari kita berkenalan," ucapku kepada anak itu sambil mendekat dan berjongkok di hadapannya. "Namaku Hanifah, namamu siapa?""Clarissa putri," balasnya. "Kamu cantik sekali, garis wajahmu sangat mirip dengan kedua orang tuamu," pujiku sambil membelai perlahan di pipi gadis kecil itu, mata indah dan hidungnya yang mancung mirip ayahnya, sementara garis bibir dan wajahnya mirip ibunya. Dia tak bosan dilihat, fitur wajahnya seperti perpaduan antara orang Indonesi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status