Home / Rumah Tangga / SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU / Bab 6 MENGUMPULKAN BUKTI

Share

Bab 6 MENGUMPULKAN BUKTI

last update Last Updated: 2025-03-06 07:39:45

"Kamu dianter sopir kan Mas?" tanya Davina.

"Iya, nanti sopir yang anter aku. Kamu lanjutin makannya, aku mau berangkat dulu ya, bye!" Anggara mengecup kening Davina sebelum ia pergi.

"Hati-hati Mas," teriaknya.

Saat suaminya sudah pergi, Davina melihat situasi dan tidak ada orang saat itu. Ia bergegas mengintip ke luar, dan benar saja Anggara tidak berangkat dengan sopir. Sopir yang sudah di siapkan oleh Hendra diberi kunci motor dan pergi begitu saja. Lalu Anggara menyetir sendiri dengan wajah sumringah.

"Jadi sopir dari Ayah pun kamu abaikan Mas, h'h akan ku tunjukkan permainan yang sesungguhnya." Davina kembali ke tempat duduknya dan memanggil Mbak Mi agar membantunya ke kamar.

"Mbak Mi, aku boleh minta tolong nggak?" Setelah sampai di ranjangnya, Davina memulai strategi awal.

"Boleh Non, mau minta tolong apa?" tanya Mbak Mi.

"Aku tuh lagi pengen ... banget rambutan rapiah, sebenernya kemarin itu pengen titip Mas Angga. Sayang aku lupa, selain itu aku juga takut ngrepotin Mas Angga Mbak. Boleh minta tolong belikan?" pintanya.

Mbak Mi sempat berfikir sejenak, tapi akhirnya beliau menyanggupi permintaan Davina. "Baik Non, saya akan carikan, tapi saya mohon Non Vina jangan keluar dari kamar ini sebelum saya kembali," ujar Mbak Mi.

"Siap Mbak, aku bakalan nunggu Mbak Mi di sini sampai pesanan ku datang." Davina terlihat senyum bahagia, tentu saja hal itu membuat mbak Mi juga senang.

Setelah mbak Mi pergi, Davina mulai punya kesempatan untuk mencari bukti2 perselingkuhan suaminya. Ia sengaja menyuruh mbak Mi pergi beli rapiah karena sekarang sedang tidak musim. Sudah pasti mbak Mi akan lama untuk mencari buah tersebut. Hal itu akan menjadi kesempatan bagi Davina untuk mengorek semua hal yang ia butuhkan nantinya.

"Aku mulai dari mana ya, kayaknya Mas Angga nggak akan nyembunyi'in sesuatu yang menurutnya penting di kamar ini. Kayaknya aku harus ke ruang kerjanya," ucap Davina. Tanpa berlama-lama, Davina segera menuju ruang kerja suaminya.

"Apa ini, struk pembayaran? Ini kan brand-brand mahal, jadi selama ini barang-barang branded yang dipakai Michelle itu pemberian Mas Angga. Dasar murahan, beli barang beginian aja mesti morotin gadun dulu. Nggak mampu beli sendiri!" Davina segera mengambil struk belanjaan itu dan memotretnya. Ia tidak akan membuat suaminya curiga, jadi Davina hanya akan mengambil fotonya saja. Dari nota pembelian itu sudah ada bukti-bukti yang cukup.

"Tiket pesawat ke Dubai? Bukannya di tanggal ini Mas Angga bilang ada pertemuan dengan clien di Kalimantan ya? Kenapa bisa sampai Dubai?" Davina terus saja menggali informasi tentang rahasia suaminya, tetapi semakin ia tahu semakin membuatnya sakit hati.

Lagi-lagi Davina dibuat kaget, karena ternyata Angga telah membelikan rumah dan mobil seharga 5 M untuk Michelle. "Hah, rumah juga mobil? J-jadi rumah dan mobil itu dibeli pakai uang Mas Angga?" Ini benar-benar keterlaluan bagi Davina, sedangkan rumah yang mereka tempati itu hanya Davina yang berkontribusi. Malah Anggara dengan seenaknya membelikan rumah untuk Michelle.

"Awas ya Mas, aku akan memberikan perhitungan sama kamu dan gundikmu itu. Aku yakin sekarang kamu sedang menikmati uang perusahaan juga, nikmatilah selagi masih ada waktumu. Jika semua bukti sudah ditangan ku, maka giliran aku yang memimpin permainan," tukasnya.

Setelah membawa semua bukti-bukti itu, Davina segera kembali ke kamar. Di sana ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Hallo, aku ingin kamu awasi Anggara selama di kantor Ayah. Awasi keuangan kantor juga, karena aku yakin Anggara sedang bermain-main denganku. Berikan setiap laporan keuangan padaku, tapi kirim via email pribadiku," ucap Davina lalu menutup telfon.

Malam semakin larut, tetapi kemunculan Anggara belum juga terlihat. Davina melihat jam yang ada di dinding lalu berkata, "sepertinya dia menginap di rumah Gundiknya lagi. Berarti aku harus menambah strategi ku."

Tepat pukul 2 dini hari, ada suara mobil masuk. Davina yang semula sudah tertidur jadi terbangun. Lalu ia mengintip dari balik korden jendela kamarnya. "Pulang juga kau ternyata, hah apa itu?" Davina terlihat kaget, ia menajamkan penglihatannya kembali. "Dasar murahan, sampai malam pun masih aja ngikutin ke sini," geramnya. Ternyata Michelle juga ikut bersama Anggara. Mereka terlihat berjalan sempoyongan, sudah dipastikan mereka habis dari dugem.

Keesokan harinya, Davina bangun lebih awal dan meminta mbak Mi untuk menuntunnya di ruang tengah. Dimana samping ruangan itu adalah kamar tamu, tempat Michelle biasanya tidur jika menginap. "Mbak, tolong nyalain tv dong! Aku mau denger berita-berita viral yang lagi hits," titahnya.

"Baik Non, saya carikan acara yang bagus untuk Non Vina." Mbak Mi segera menemukan channel TV yang menurutnya seru.

"Non Vina mau dibuatin minum apa?" tawar mbak Mi.

"Em ... aku mau teh hijau aja deh mbak, sama crackers ya mbak. Kayaknya enak nih dengerin tv sambil ngeteh," ucapnya sembari tersenyum.

Tanpa berlama-lama lagi, mbak Mi langsung membuatkan minuman untuk Davina. Disaat yang bersamaan ada suara pintu kamar terbuka, tetapi suaranya sangatlah pelan. Tanpa mereka sadari, Davina melihat dari pantulan kaca dan seketika Michelle terkejut.

"Ha Astaga!" seru Michelle. Namun, sedetik kemudian ia menutup mulutnya sendiri.

"Mbak Mi, Mbak Mi kenapa?" tanya Davina sambil menoleh ke samping dengan pandangan kosong. "Suara siapa itu?" Lantaran belum mendapatkan jawaban, Davina masih bertanya dan tidak ada jawaban juga. Bahkan Anggara juga sudah disitu, tiba-tiba berita di tv menampilkan sesuatu yang mengerikan.

Seorang istri di Surabaya Jawa Timur telah memotong rudal suaminya dan membakar selingkuhan sang suami hingga gosong. Wanita berinisial SM itu mengaku geram karena telah diselingkuhi suaminya selama bertahun-tahun.

Begitulah ucapan sang pembawa berita pagi itu, seketika Anggara dan Michelle yang masih berdiri di belakang merinding dibuatnya. Apalagi ditambah ucapan Davina, "wah memang pantas suami kayak gitu dipotong anunya. Apalagi selingkuhannya, wanita murahan kayak gitu memang nggak pantas ada di dunia ini, huh gerem sekali aku! Untungnya suamiku nggak kayak gitu, kalau enggak udah aku cincang dia, terus kasih makan ke Singa," ucapnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 11 TAK LAMA LAGI

    "Nak apa kamu terluka, kenapa kamu melamun?" tanya Johanes."Ah, e ... tidak kok Kek. Saya tidak apa-apa, silahkan di cek dulu Kek, apa isinya masih lengkap," usul Davina."Iya semuanya masih lengkap, sekali lagi terima kasih ya Nak. Sebagai ucapan terima kasih ku, ini untuk jajan nanti." Johanes memberi Davina sejumlah uang di dalam amplop coklat."Kakek, ini tidak perlu. Saya ikhlas menolong Kakek, sebenarnya itu tadi hanya gerakan reflek setelah mendengar Kakek berteriak tadi. Sepertinya kondisi Kakek sudah lebih aman sekarang, aku harap para pengawal Kakek tidak berada terlalu jauh dari Kakek. Aku harus pergi Kek, sampai jumpa." Davina segera pergi dengan melambaikan tangan.Johanes hanya tersenyum sambil menggeleng pelan, lalu ia pergi bersama para pengawalnya. Sementara Davina sendiri merasa lega karena sepertinya kakek Johanes tidak mengenalinya. Saat ini perusahaan milik Johanes masih ada kerjasama dengan milik ayahnya, Davina takut jika Johanes mengenalinya maka akan mengatak

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 9 AKU BISA MEMBANTUMU

    "Mas, ponsel ini yang keluaran terbaru udah ada lho. Kamu nggak mau beliin aku Mas," rayu Michelle."Boleh Sayang, emang berapa harganya?" Anggara tampak tersenyum menanggapi permintaan kekasihnya itu."Murah kok Mas, paling cuma 35 jutaan. Emang beneran kamu mau beliin aku Mas?" tanya Michelle untuk memastikan lagi."Iya dong, kamu pikir aku orang miskin. Tentu tidak Sayang hahaha ...,"ucapnya dengan percaya diri."Apa jangan-jangan kamu udah dapet duit lagi dari istrimu yang buta itu ya Mas?" Michelle terlihat semangat dengan pertanyaannya itu."Pinter banget sih kamu hahaha...." Anggara tertawa penuh kemenangan.Malam itu Anggara masuk ke kamar Davina sambil mengendap-endap saat Davina sudah terlelap. Lantaran saat di kantor Anggara mendengar jika Davina dikirim uang dalam jumlah banyak, sudah pasti saat itu uang istrinya masih banyak. Benar saja, ada beberapa gepok uang di laci nakas. Tanpa ragu dan takut Anggara mengambil beberapa gepok dan hanya disisakan dua gepok saja.'Orang

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 8 SEMUANYA JADI MUDAH

    Pagi itu Anggara pergi ke kantor tanpa pamit dengan Davina. Jika dia Davina yang kemarin, maka hatinya akan sangat sedih mendapat perlakuan seperti itu dari suaminya. Sayangnya Davina hari ini sudah berbeda, semenjak semalam dia mengetahui jika suaminya secara diam-diam mengambil isi rekeningnya. Anggara menggunakan sidik jari Davina untuk melakukan transaksi mobile banking, padahal saat itu Davina sedang tertidur. Meskipun Davina sempat sadar, tapi dia memilih untuk membiarkan Anggara melakukan apa yang dia mau."Bagus jika dia sudah pergi, tinggal aku suruh Mbak Mi pergi juga. Lalu para teknisi cctv akan segera datang," ucapnya sambil menatap jendela.Beberapa menit yang lalu Davina baru saja melihat suaminya pergi dengan mobil barunya, tentu saja ada Michelle juga yang sedang glendotan di lengan Anggara. Tidak ada rasa cemburu sedikitpun di hati Davina saat ini, sepertinya memang dia sudah mati rasa. "Mbak ... Mbak Mi," panggilnya."Iya Non, ada apa?" tanya mbak Mi."Sekarang tang

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 7 SETAN APA MALING

    "Hallo selamat siang, saya butuh seseorang yang bisa dijadikan mata-mata. Bisakah kalian mengirimkan orang yang paling ahli? Berapa pun harganya akan saya bayar," ucap Davina.Yah, wanita itu menghubungi sebuah agen detektif yang cukup terkenal di kota itu. Lantaran aktingnya yang harus tetap berpura-pura buta, Davina memiliki batas ruang gerak. Dia tidak bisa mengikuti kemana suaminya pergi, sehingga ia memutuskan untuk menyewa seorang detektif saja."Aku harap dengan cara ini bisa membantuku," gumamnya sendiri. Data diri serta foto Anggara telah dikirimkan Davina ke agensi itu. Lalu seseorang mengabari jika akan menuju lokasi Anggara saat ini."Bagus, sekarang aku akan menghubungi pengacara ku." Davina mulai menceritakan semua yang dia alami ke pengacaranya. Dia juga meminta pengacaranya agar mendampinginya dalam proses yang sedang dia jalani sekarang. "Mba Mbak Mi," panggilnya.Dari arah dapur mbak Mi sedikit berlari kecil dan menyahuti panggilan majikannya, "iya Non ada apa?""Se

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 6 MENGUMPULKAN BUKTI

    "Kamu dianter sopir kan Mas?" tanya Davina."Iya, nanti sopir yang anter aku. Kamu lanjutin makannya, aku mau berangkat dulu ya, bye!" Anggara mengecup kening Davina sebelum ia pergi."Hati-hati Mas," teriaknya.Saat suaminya sudah pergi, Davina melihat situasi dan tidak ada orang saat itu. Ia bergegas mengintip ke luar, dan benar saja Anggara tidak berangkat dengan sopir. Sopir yang sudah di siapkan oleh Hendra diberi kunci motor dan pergi begitu saja. Lalu Anggara menyetir sendiri dengan wajah sumringah."Jadi sopir dari Ayah pun kamu abaikan Mas, h'h akan ku tunjukkan permainan yang sesungguhnya." Davina kembali ke tempat duduknya dan memanggil Mbak Mi agar membantunya ke kamar."Mbak Mi, aku boleh minta tolong nggak?" Setelah sampai di ranjangnya, Davina memulai strategi awal."Boleh Non, mau minta tolong apa?" tanya Mbak Mi."Aku tuh lagi pengen ... banget rambutan rapiah, sebenernya kemarin itu pengen titip Mas Angga. Sayang aku lupa, selain itu aku juga takut ngrepotin Mas Angg

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 5 KEPUTUSAN DAVINA

    Tanpa sengaja seorang pria menabrak Davina dari belakang. Sambil terus menepuk-nepuk pipi Davina, pria itu mencoba membangunkannya. "Akh … sial, aku harus segera membawanya ke rumah sakit." Pria itu segera mencari taksi untuk membawa Davina ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Davina segera mendapatkan perawatan dari para tenaga medis. "Suster tolong berikan perawatan terbaik untuknya, saya akan membayarnya berapapun," pinta Pria itu. "Baik Pak, silahkan lakukan pendaftaran. Kami akan menangani pasien," jawab seorang suster. Pria itu segera ke bagian administrasi untuk melakukan registrasi pasien. Seorang petugas bertanya, "Bapak yang bertanggung jawab kan?" "Iya, saya yang menabraknya. Jadi saya yang bertanggung jawab, tolong berikan perawatan yang terbaik untuk wanita itu." Wajahnya terlihat panik. "Bapak atas nama siapa?" tanya petugas itu lagi. Pria itu tak menjawab, hanya memberikan kartu identitasnya pada petugas. "Denis!" Setelah semua perawatan selesai, Davina dip

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status