Share

6 - Ancaman berakhir dengan kegagalan

6 - Ancaman berakhir dengan kegagalan

๐Ÿ๐Ÿ Afnan Zakia POV ๐Ÿ๐Ÿ

Hati ini bergemuruh, melihat suamiku hendak disuapi kue oleh Bella. Apa ini yang akan kurasakan saat nanti Mas Arga, mengucapkan ijab kedua kalinya dengan Nayla. Sungguh tak rela perempuan itu menyuapi suamiku! saat tangannya terangkat, refleks aku berujar dingin penuh ancaman. Semua mata melihatku bingung.

"Apa yang kau lakukan!" 

Bella menatapku, ingin rasanya mencakar wajah yang angkuh. Ia mendekat ke arahku dan memandangku dengan malas.

"Kau mengganggu saja!" 

Lenganku terkepal, ingin rasanya meninju bibir yang berkata tak disaring itu. Harusnya aku yang marah, kenapa dirinya yang berujar demikian. Tetapi tak'kan sudi mengotori tangan demi gadis yang seperti jalang ini, pakaian yang kurang bahan, dibagian dadanya sangat rendah memperlihatkan payudara yang menonjol seperti ingin keluar, bajunya sangat ketat bahkan hanya diatas payudara Astagfirullah maafkan hambamu ini yang telah ghibah. 

"Apa kau buta atau tuli hmmm, Arga sudah memiliki ISTRI! yaitu aku," seru Afnan dengan menekatkan kata Istri untuk memperjelas statusnya.

"KAUUU!" Gadis itu menunjuk wajahku.

"Turunkan telunjukmu, jangan pernah kamu berani menunjuk wajah istriku!" murka Arga dengan nada tegas nan berwibawa.

Semua mata tercengah mendengar tutur kata suamiku, memang aku tak pernah muncul dalam publik baru kali ini aku ikut, hanya sedikit dari mereka yang tahu dan karyawan kantor. Gadis itu tersenyum mengejek, tak menganggap perkataan Arga. Dengan pongahnya dia berujar dengan lantang.

 "Wanita jelek ini, tak pantas untukmu Mas. Bahkan dirinya menutup sebagian wajahnya dengan cadar."

Arga menyeringai mendengar ucapan Bella. "Apa yang kau tau tentang istriku, apalagi wajahnya," ujar Arga sinis.

"Bahkan istriku lebih cantik darimu yang hanya hasil make-up tebal itu!" tandas Arga menatap tajam, Bella membulatkan netranya mendengar suara marah suamiku.

"Tidak mungkin, kamu pasti bohong Mas!" Seru Bella menatap balik Arga.

"Sudahlah, jangan bertengkar acara belum selesai," lerai Aldrick menarik Bella ke sisinya saat situasi mulai ruyam.

"Tapi, Dadyyyy,"

"Diamlah." Aldrick menatap tajam putrinya yang mulai bertingkah.

Akhirnya Bella menuruti Ayahnya dan berbaur dengan yang lain, ia menoleh ke arahku dan menatap dengan sinis.

Situasi mulai tenang, Arga menarikku ke teman karibnya yang sedang meminum yang dihidangkan.

"Malam David," sapa suamiku menepuk pundak David.

Menoleh melihat kami lalu tersenyum dan memeluk sebentar dan melepaskannya.

"Sejak kapan kamu di Indonesia?" tanya suamiku.

David tersenyum lalu mengajak duduk, "sudah dua bulan Ga, kalian makin harmonis aja. Anak kalian ke mana? waktu aku pergikan Afnan sedang hamil." Pertanyaan itu membuatku tertunduk, ada sesak di dada gejola penyesalan datang, David yang melihat riak wajahku yang mendung mulai bingung.

"Kamu kenapa Afnan, apa aku salah bicara?" tanyanya khawatir.

Arga ia mengelus punggungku lalu berbisik. "Tenanglahhhh, ia sudah bahagia di sana, jangan kamu tangisi lagi."

"Apa yang terjadi? ceritakan padaku," pinta David penasaran.

Arga menatap David yang terus melontarkan pertanyaan lalu menghela napas berat. "Afnan tertabrak mobil saat kandungannya berusia tiga puluh minggu dan anakku tidak bisa diselamatkan," ucapnya lirih, riak terkejut jelas di wajah David ia mendekat.

"Maaffff, aku tidak tahu, bersabarlah pasti tuhan akan memberikan kepercayaan kepada kalian lagi," tutur David membuat titik terang di hatiku.

"Terimakasih," sahutku lalu tersenyum.

"Tempat tinggalmu masih sama?" tanyaku membuka percakapan dengan suara yang masih terdengar lirih.

"Iya, lain kali kalian mampir ya, jangan aku terus yang selalu mampir di rumah kalian," kata David sambil mengunyah makanan.

Arga merotasi matanya, "iya, insya allah."

"Kamu sudah memiliki calon?" tanyaku meraih jus lalu meminumnya membasuh tengorokan yang kering.

๐Ÿ๐ŸAuthor POV๐Ÿ๐Ÿ

David mengerucutkan bibirnya lalu menatap Afnan dengan wajah sulit diartikan.

"Kamu mengejekku, aku belum menemukan yang pas," kilahnya.

Arga tertawa lalu memukul bahu David memang mereka sangat akrab "Bilang aja, gak laku."

"Sakit Ga, banyak yang ngantri jadi istriku cuma aku belum dapat yang pas aja," sangah David mengelus bahunya yang agak nyeri.

Afnan mencubit pinggang Arga lalu berceloteh, "ihhhh, kamu mukul Davidnya jangan kenceng-kenceng, tuh liat David kesakitan." 

"Ahhhh, dia mah lebay Sayang, aku ninjunya pelan kok," kilah Arga memeluk pinggang Afnan.

Afnan melirik jarum jam tangannya yang sudah menunjuk pukul sebelas malam.

"Mas, sudah malam, pulang yuk," ajak Afnan memegang tangan Arga yang melingkar dipinggangnya.

Arga mengangguk lalu pamit dengan David tak lupa berjalan ke arah Aldrick untuk berpamitan.

"Tuan Aldrick, kami pamit pulang," ucap Arga saat sudah di depan Aldrick.

Aldrick menoleh lalu melihat jam tangannya. "Cepat sekali, kita bahkan belum berbincang soal yang penting," larang Aldrick dengan halus.

"Ya sudah, ayo bicarakan sekarang, istriku sudah ingin pulang." Aldrick melirikku lalu mengajak kami ke ruangan tak lupa membawa Bella juga.

Setelah sampai mereka dipersilakan duduk.

"Ada apa?" tanya Arga to the point.

"Aku ingin kamu menikahi anakku, tak apa jadi yang kedua. Jika kamu menolaknya perjanjian kita batal!" ucap Aldrick dengan tegas sambil duduk dengan angkuh, Bella gadis itu tersenyum.

Afnan membulatkan mata menatap tak percaya. "Tidak bisa begitu, saya tak sudi memiliki madu seperti dia," ucapnya tegas sambil menunjuk Bella yang menatap tak suka.

Bella menyeringai. "Kamu tak bisa menolaknya Mas, atau perjanjian kamu dengan Dady batal," ucapnya sambil bertopang kaki.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status