5 - Wanita nakal
Arga melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, setelah sampai lekas memarkirkan mobil. Kemeja kotak - kotak berwarna abu-abu, jas coklat dengan dasi hitam dan celana warna senada dengan jas yang dipakai. Berjalan masuk ke cafe Naz, netranya menangkap sang istri yang sedang mengobrol bersama wanita, melangkah mendekat lalu berdehem. Afnan dan Nayla menoleh mendengar suara deheman, Nayla terpaku menatap pria yang ada dihadapannya, sedangkan Afnan bangkit dari duduknya segera meraih tangan Arga cepat mencium tajim.
"Mas, kenalkan ini Nayla Ramadhani calon istrimu," ucap Afnan tanpa basa - basi.
Arga melirik datar ke arah Nayla, yang dilirik menunduk kepalanya, gugup tiba - tiba menyerang akhirnya ia memilin-milin jarinya.
"Ayo, waktu kita tak banyak lagi," tutur Arga menatap Afnan, memegang lengannya untuk mengajak pergi.
"Tunggu. Aku pergi dulu ya Nay, nanti aku share lokasi buat kamu ke rumahku," ucap Afnan, Nayla hanya mengangguk sambil tersenyum paksa.
Arga menarik Afnan berjalan, tetapi ia berhenti menatap Nayla, "Nayla, belajar berhijab." Setelah mengucap kata itu ia berlalu pergi, Nayla wanita itu terpaku mencerna perkataan Arga, calon suaminya.
"Kita mau ke mana Mas?" tanya Afnan saat sudah duduk di jok mobil, sambil memakai sabuk pengaman.
"Acara ulang tahun anaknya Tuan Aldrick, aku diundang ke sana," sahut Arga sambil menyalakan mesin dan melaju membelah jalan.
Afnan hanya mengangguk kepala tanda mengerti, ia menyandar tubuhnya.
"Kenapa kamu dingin sekali tadi?" tanya Afnan menatap Arga yang fokus ke jalan.
"Serius kamu memilihnya sebagai maduku?" Bukannya menjawab Arga malah balik bertanya.
Afnan yang memejamkan matanya langsung melirik Arga, saat pria itu melontarkan pertanyaan. "Iya, memang kenapa?" tanyanya sambil menaikan alis sebelah.
"Ituuu, ah sudahlah, sebentar lagi kita sampai," ucap Arga tak melanjutkan ucapannya.
Afnan tersenyum mengerti. "Ah aku tahu, pasti karena Nayla tak berhijab, seperti perkataanmu tadi ke Nayla." Tebaknya.
Arga mengangguk sebagai jawaban, Afnan berceloteh, "aku tahu kok sifat, asal usul dan lain-lainnya dia, jadi tenang aja aku tak 'kan salah pilih."
Arga mematikan mobilnya saat sudah parkir, ia turun tak lupa membukakan pintu untuk Afnan. Mereka berjalan beriringan tangan bertautan, senyuman selalu melekat di bibir.
"Maaf Pak, Bu, mana undangannya?" tanya petugas di depan pintu masuk.
Arga merogoh sakunya dan memberikan undangan ke petugas, mereka dipersilakan masuk, Arga pria itu tak melepaskan pegangan tangan mereka ia membawanya mendekati Aldrick.
"Malam Tuan Adrick," sapa Arga saat sudah di dekatnya.
Pria itu menoleh lalu tersenyum menyambut kedatangan Arga. "Malam Tuan Arga, sudah lama? Maaf saya tak menyambut karena di sini banyak sekali tamu," ujar Aldrick panjang lebar.
Arga tersenyum. "Tak apa, saya mengerti."
Aldrick melirik Afnan, "ini siapa?" tanyanya.
"Perkenalkan ini istri saya Afnan Zakia," ucap Arga memperkenalkan Afnan, wanita itu menangkupkan tangannya saat Aldrick menyodorkan lengan untuk berjabat tangan.Aldrick menaik tangannya lalu menangkupkan, "salam kenal." Setelah berujar seperti itu Aldrick melihat anaknya yang sedang bercakap-cakap, lalu melambaikan tangan tak lupa berteriak memang namanya."Ada apa, Dady?" tanya gadis itu, netranya menatap Arga dan Afnan bergantian tak lupa mengerlingkan mata ke arah Arga.
Afnan memegang erat tangan Arga sambil meremas, sampai pria itu menatapnya lalu tersenyum."Malam, Mas Arga," sapa gadis itu di samping Aldrick.
"Malam juga Bella."
"Makasih udah mau datang ke acara ulangtahunku," ujarnya centil, tatapannya tak lepas dari paras Arga.
"Nikmati acara ini ya Arga, saya sama Bella mau menyapa tamu yang lain," ucap Aldrick.
"Oh iya, saya mau membicarakan hal penting nanti setelah acara tiup lilin kita bicarakan." Arga mengangguk sebagai jawaban, Bella masih sempat-sempatnya mengerlingkan matanya genit dengan jalan berlonggak-lenggok.
Saat mereka sudah pergi Afnan berbisik dengan suara ketus, "sepertinya gadis itu suka sama kamu." Meremas tangan Arga dengan kuat melampiaskan kecemburuannya.
Arga terkekeh melihat kecemburuan Afnan dimaniknya. "Iya, sepertinya Bella menyukaiku," ucap Arga mengoda.
Afnan mencubit pinggang Arga, "Mas, ayo pulang! aku gak nyaman."
Arga meraih tengkuk Afnan dan menciumnya sekilas membuat sang empu membulatkan matanya. "Kamu menggemaskan, ingin rasanya aku memakanmu sekarangggg, aku tak'kan tergoda dengan Bella, jadi tenanglah," ujar Arga.
"Tidak sopan, jika kita pulang sekarang," jelas Arga menarik tangan Afnan untuk mengikutinya menyapa teman-temannya.
Jam sudah menunjuk angka sepuluh malam, acara akhirnya di mulai, waktu, tanggal dan bulan kelahiran Arabella Nash, mereka berkumpul mengelilingi meja yang sudah ada cake besar diatasnya. Bella gadis itu memotong kuenya dan memberikan potongan pertama untuk ayah, setelah menyuapi Aldrick. Melangkah mendekat ke arah Arga, Afnan wanita itu meremas lengan Arga sangat kuat mungkin kuku-kuku tangan melukai suaminya. Bella tersenyum saat sudah dihadapan Arga, tangan gadis itu terangkat ingin menyuapi Arga tetapi suara dingin Afnan membuatnya terhenti.
"Apa yang kau lakukan!" dengan nada lembut tetapi penuh ancaman tersirat.
75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh
74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih
73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S
72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,
71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid
BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav
BAB 69FARHAN DITAHANFarhan menyeringai, dirinya sudah berada di Indonesia. Malam ini ia beristirahat ke hotel, esok pagi akan langsung ke rumah mantan mertuanya. Lekas membersihkan diri lalu merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata menunggu hari besok. Bulan berganti matahari, pria itu tengah bersiap - siap."Tunggu Ayah, sayang," ucap Farhan, setelah merasa sudah rapi, ia melangkah keluar hotel lalu mengemudi bertemu Haidar."Sialan! segala pake macet," maki Farhan memukul setir.***Arga dan istri - istrinya tengah sarapan, mereka fokus ke makanan sampai Nayla berkata sesuatu."Mas," panggil Nayla membuat Arga yang tengah makan akhirnya menatapnya."Iya, ada apa? kamu ingin sesuatu?" tanya Arga bertubi - tubi membuat kedua wanitanya terkekeh."Tidak. Aku hanya ingin bertanya, seperti penjaga bertambah ya?" tanya Nayla mengeluarkan rasa penasarannya."Memang? aku tidak memperhatikannya," seru Afnan dib
BAB 68POLISI KE RUMAHAnisa terkejut saat ada polisi yang berjaga di rumah orang tuanya, ia segera bersalaman dengan mereka lalu bertanya."Maaf, Pak. Ada apa ya?" tanya Anisa hati - hati, Atha sudah tahu jika ada polisi berarti Farhan akan pulang karena Arga tak akan melepaskan pria yang menculik istrinya."Maaf, Nyonya. Saya disini menunggu Tuan Farhan pulang untuk kami bawa ke kantor dengan laporan dia dalang penculikan istri Tuan Arga," jelas polisi itu, membuat Anisa mengangguk mengerti."Ayoo masuk dulu," tawar Anisa dibalas gelengan oleh mereka."Tidak Nyonya, saya hanya mau bilang mau mengawasi rumah Nyonya, itu saja." Polisi itu menolak tawaran Anisa."Ya sudah, saya masuk ke dalam dulu," ucap Anisa dibalas anggukan oleh beberapa polisi."Nis, aku pamit pulang ya," ucap Atha memberikan Haidar pada Anisa."Iya, makasih sudah mentraktir Haidar," kata Anisa tulus sambil mengulas senyuman."Iya, assalamualaiku
BAB 67Kemarahan"Aku 'kan hanya menggodamu saja, tidak serius ingin kopi pahit," ujar Atha membuat Anisa mengerucutkan bibirnya."Pokoknya kamu harus habiskan! titik." Anisa langsung bangkit saat mendengar suara tangisan Haidar, meninggalkan Atha yang terbengong melihat tingkahnya."Harusnya tadi aku tidak mengodanya," keluh Atha lalu menyeruput kopi dan mengeryit tidak suka karena pahit sekali.Anisa lekas mengambil Haidar dari box bayi, lalu menyusuinya karena anaknya sudah mulai terbiasa lagi meminum ASI membuat dirinya bahagia. Sehabis itu ia membawa Haidar keluar, melihat Atha yang tengah memainkan ponsel-nya dan kopi sudah habis hanya tinggal ampasnya saja."Kopinya sudah habis?" tanya Anisa membuat Atha menoleh."Sudah, demi dirimu," sahut Atha bangkit lalu mengambil Haidar dari gendongannya."Dih, kamu yang pingin," ketus Anisa lalu mendaratkan bokongnya di sofa dan memakan cemilan."Hmmm." Atha hanya menyah