Arga : suami Afnan : istri pertamaNayla : istri kedua"Terserah kamulah, capek Mas! setiap malam kamu selalu membahas soal poligami," ucap Arga sambil melepaskan pelukannya. "Mas hanya takut tak bisa adil." Menatap Afnan sendu wanita itu langsung memeluk sang suami. "Maafkan Afnan, Mas. Afnan hanya ingin mempunyai anak dari benih Mas, tak apa aku memiliki madu," lirihnya menumpahkan tangisan dan keinginan.***Afnan menggeleng. "Maksudku bukan ituuu," ujarnya pelan."Tapi jadi adik maduku." Perkataan Afnan membuat Nayla membulatkan matanya terkejut. "Kalau ngomong jangan ngawur deh," sergah Nayla menatap tajam Afnan yang berkata sembarangan menurutnya.***"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Setelah berkata demikian, ia memeluk tubuh Afnan lalu terlelap menjelajahi alam mimpi. ***Akankah Arga bisa adil dengan kedua istrinya, saat pulang honeymoon Nayla dinyatakan hamil. Lalu istri pertamanya pula dinyatakan hamil? Apakah Arga akan mempertahankan rumah tangga dengan Nayla saat mengetahui jika Afnan juga mengandung anaknya? Saat benih - benih cinta itu telah tumbuh dihatinya. Bercerai atau bertahan?
View MoreSeorang perempuan dengan gamis azka maxy berwarna mocca berpadu kerudung senada, dengan make-up tipis membuat dirinya terlihat mempesona. Netra cokelat terang dengan tatapan menyejukkan, menyusuri setiap lorong perusahaan. Tangannya membawa rantang berisikan bekal untuk sang suami. Senyuman melekat di bibir tipis tertutup cadar itu, membalas sapaan para karyawan yang lalu-lalang.
Berhenti di depan pintu coklat tua dengan ukiran yang unik, lengannya terangkat untuk mengetuk pintu. Sebuah suara bariton mempersilakan masuk, ia memegang knop pintu dan membuka perlahan, masuk dan segera menutupnya lagi.
"Assalamu'alaikum, Mas." Suara indah nan merdu masuk ke gendang telinga pria yang sedang berkutik dengan laptop.Lelaki itu bangkit lalu menoleh ke asal suara, netranya beradu dengan sang jelita. Senyuman terpatri di bibir tebal nan mengoda. Melangkah mendekat tangannya terulur memeluk pinggang ramping tak lupa mengecup setiap area wajah istrinya."Aku rindu," bisiknya sembari mendusel lalu menemukan cuping telinga istrinya ia langsung mengigit manja.Istrinya mengeliat geli lalu memutar tubuh menghadap Arga suaminya. "Jawab salamku dulu, Mas," ujarnya lembut, meraih tangan Arga, mengecupnya.Arga menepuk kening lalu terkekeh. "Walaikumsalam. Maaf, Mas lupa. Bahagia melihat kamu datang," jelasnya sembari menuntun Afnan duduk di sofa.Afnan mengangguk tanda mengerti, dengan cekatan ia menaruh rantang di meja lalu menyiapkannya. "Makanlah! pasti kamu lapar," seru Afnan memberikan sendok tetapi malah disuguhkan gelengan kepala."Tidak! aku mau kamu suapi. Pasti akan lebih nikmat dari tanganmu." Perkataan Arga membuat rona merah menjalar di kedua belah pipi Afnan.Arga berjalan meraih berkas di meja kerja, lalu melangkah ke tempat semula mendaratkan bokongnya dan bertopang kaki. Fokus membaca berkas sesekali menoleh, menerima suapan Afnan. Bekal bawaan Afnan habis tak tersisa, ia melirik jam tangan yang menunjuk pukul dua belas siang, waktunya salat dzuhur tiba. Lekas merapikan rantang dan mengajak suami berserta karyawan untuk salat berjama'ah, di kantor yang sudah tersedia tempat untuk beribadah.***Di lain tempat terlihat seorang wanita tengah terisak sambil merapikan pakaiannya, banyak memar ditubuhnya. Ia beringsut turun dari kasur dan bergegas keluar kamar, dengan penampilan sedikit berantakan dan bau pencintaan masih melekat badannya. Melangkah dengan cepat menuruni tangga dan keluar rumah megah milik kekasihnya. Segera memberhentikan taksi dan masuk."Mau kemana Mbak?""Kontrakan melati," sahut wanita itu menyenderkan badannya yang letih.Setelah sampai ia masuk melakukan ritual mandinya lalu tidur, menangis meratapi nasib yang menyedihkan. Lelah menangis dia akhirnya terlelap, masuk ke alam mimpi.***Afnan sedang mengambilkan baju tidur untuk dipakai suaminya, terdengar suara pintu berdecit menandakan prianya sudah selesai membersihkan diri, ia berbalik lalu cepat menuntup mata."Mas! handuknya melorot," pekiknya. Arga terkekeh segera memakai handuk lagi. Berjalan meraih baju dan celana lekas memakainya. Setelah selesai menaruh handuk di tempat biasa, melangkah mendekati Afnan yang masih menutup mata."Buka matamu, aku sudah pakai baju," bisik Arga di telinga Afnan.Afnan tetap menggeleng enggan membuka telapak tangannya yang menutupi kedua kelopak mata. "Gak mau, 'kan cuma pakai baju berarti celananya belum," gerutunya, Arga terkekeh mendengar Afnan yang bertingkah seperti itu."Memangnya kenapa kalau aku gak pakai celana?" bertanya demikian lalu duduk di ranjang menarik Afnan yang kukuh menutup mata, untuk duduk di sisinya."A--aku malu," ucap Afnan terbata-bata."Kau menggemaskan." Arga memeluk Afnan dengan erat, sesekali mengecup tangannya yang masih menutup mata."Jangan ditutupi gitu, aku mau cium pipi kamu sayang," rengek Arga menyingkirkan tangan Afnan, tetapi mata itu masih tertutup rapat.Arga menyeringai jahil ia melompat naik ke atas kasur lalu berteriak. "Ular." Afnan terkejut lalu membuka matanya dan ikut naik."Mana ularnya, mana!" pekik Afnan membuat Arga tertawa terbahak-bahak.Afnan mengeryitkan alisnya lalu menatap tajam sang suami. "Kamu bohong, Mas," tuduh Afnan.
"He! suruh siapa percaya. Mana ada ular di sini," ucap Arga santai tak merasa bersalah sedikitpun."Wah kamu rese ya, Mas!" geram Afnan lalu menyerang Arga dengan mengelitiki pinggangnya, mereka tertawa bahagia setelah kelelahan terduduk menyender di kepala ranjang."Mas sayang kamu," ucap Arga tulus lalu memeluk Afnan sesekali mencium pucuk kepala."Afnan juga sayang Mas," sahut Afnan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang sang suami."Afnan boleh minta sesuatu gak," ucap Afnan ragu-ragu sambil mendongak menatap wajah Arga."Boleh." "M--mas, aku carikan madu untukmu ya." Perkataan Afnan membuat wajah Arga kembali datar, ia menatap sang istri dengan tatapan sulit diartikan."Tidak, Mas bilang tidak ya tidak!" ucap Arga tegas, tetapi tidak membuatnya melepaskan pelukan hangat itu."Mas, Afnan ingin bayi," pinta Afnan kukuh."Kamu bisa adopsi di panti asuhan." Membuka kerudung Afnan dan mengelus surai yang panjangnya sampai ke pinggang."Aku ingin dari benihmu Mas," tutur Afnan membuat simbol lingkaran di dada Arga dengan jarinya."Terserah kamulah, capek Mas! setiap malam kamu selalu membahas soal poligami," ucap Arga melepaskan pelukannya."Mas hanya takut tak bisa adil." Menatap Afnan sendu, wanita itu langsung memeluk sang suami."Maafkan Afnan mas, Afnan hanya ingin mempunyai anak dari benih Mas. Tak apa aku memiliki madu," lirihnya menumpahkan keinginan dan tangisan."Ya sudah, jangan bahas ini lagi. Terserah kamu yang atur semuanya termasuk memilih madumu dan pernikahannya." Perintah dengan nada tegas tak menerima penolakan.Afnan mengangguk senang lalu mencium wajah Arga bertubi-tubi, membuat Arga tersenyum mengoda. "Wahhh, sudah berani ya, sekarang," ucapnya mengurung Afnan dipelukan lalu membawa ke ranjang.Bibir mereka beradu, mencecap dengan lembut tetapi kegiatan itu terhenti saat suara perut Afnan. Menganggu aktifitas mereka membuat Arga tertawa saat Afnan menunduk malu.75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh
74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih
73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S
72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,
71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid
BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments