Share

Menyakitkan

Penulis: Rumi Cr
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-21 22:28:00

Aroma antiseptik yang tajam masih setia memenuhi rongga paru-paru Nadia. Di balik tirai putih rumah sakit yang menjuntai kaku, kondisi fisiknya perlahan membaik. Namun, raga yang pulih itu tak sejalan dengan jiwanya. Nadia lebih banyak diam, seolah-olah sebagian dari dirinya telah ikut terkubur bersama insiden tragis itu. Tatapannya seringkali kosong, menerawang jauh menembus dinding beton kamar perawatan, mencari sesuatu yang ia sendiri tahu takkan pernah kembali.

Bryan duduk di samping ranjang, memerhatikan setiap tarikan napas istrinya yang terasa berat. Wajah pria itu kusam, bayang-bayang hitam melingkari matanya yang lelah. Ia merasa seperti lilin yang terbakar di kedua ujungnya. Di satu sisi, ia bersyukur karena Adelia—istri pertamanya—kini didampingi oleh kedua mertua dan mamanya di Malang. Kehadiran keluarga besar di sana memberinya sedikit ruang untuk bernapas dan memfokuskan seluruh sisa energinya pada Nadia, istri keduanya yang masih rapuh di Jakarta.

Kondisi Nadia perlah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nopphy_lolipop
di tunggu lagi thorr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SAHAM 50 PERSEN    Anak Kita

    Nadia segera berkonsultasi dengan dokter kandungannya. Ia menjelaskan niatnya untuk menyusui Raihan dan Rayyan melalui prosedur induksi laktasi. Dokter menjelaskan dengan detail prosedurnya, mengingat Nadia baru saja mengalami persalinan, tubuhnya masih merespons hormon menyusui, yang akan menjadi keuntungan besar dalam proses ini. Ini adalah peluang langka yang tidak dimiliki oleh setiap wanita yang ingin menginduksi laktasi.Dengan dukungan medis yang intensif, resep obat, suplemen, dan bimbingan ahli laktasi serta praktik relaktasi yang gigih, tubuh Nadia mulai kembali menghasilkan ASI. Lima hari pertama menjadi perjalanan emosional dan fisik yang melelahkan. Ia harus memompa ASI setiap dua jam, bahkan di malam hari, demi menstimulasi produksi. Teknik skin-to-skin dengan Raihan dan Rayyan menjadi rutinitas wajib, di mana ia akan memeluk mereka erat ke dadanya, merasakan kehangatan tubuh mereka, dan berharap sentuhan itu bisa memicu hormon oksitosin.Pelukan panj

  • SAHAM 50 PERSEN    Baby Rai–Baby Yan

    Tiga hari setelah dinyatakan kondisinya stabil, dokter memperbolehkan Nadia pulang. Sebagai istri kedua Bryan, sudah sewajarnya ia kembali ke rumah Narendra. Namun, hatinya bersikeras kembali ke rumahnya sendiri, ia teringat kedua putra Septi, Raihan dan Rayyan, yang kini menjadi anak angkatnya.Di kamar VVIP di mana Nadia dirawat, nampak Bryan adu pendapat mengenai rencana istrinya ingin tinggal di rumahnya saat ini. Bryan yang duduk di sofa, menatap penuh kekhawatiran pada Nadia. Rasa yang tak bisa disembunyikan, karena tak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada wanitanya itu. “Aku ingin tinggal di rumahku, Yan,” ucap Nadia pelan, suaranya masih sedikit serak. “Nanti barangku biar diambil Mas Sharman. Kamu bisa tenang kembali ke Malang untuk mendampingi Adelia.”Bryan menggeleng, sorot matanya sendu menatap wanita yang sangat ia cintai. “Aku akan menemanimu sampai kesehatanmu pulih, Dia.”Nadia tersenyum tipis. “Aku sudah pulih, Yan. Pulanglah ke Malang, Adelia lebih butuh

  • SAHAM 50 PERSEN    Menyakitkan

    Aroma antiseptik yang tajam masih setia memenuhi rongga paru-paru Nadia. Di balik tirai putih rumah sakit yang menjuntai kaku, kondisi fisiknya perlahan membaik. Namun, raga yang pulih itu tak sejalan dengan jiwanya. Nadia lebih banyak diam, seolah-olah sebagian dari dirinya telah ikut terkubur bersama insiden tragis itu. Tatapannya seringkali kosong, menerawang jauh menembus dinding beton kamar perawatan, mencari sesuatu yang ia sendiri tahu takkan pernah kembali. Bryan duduk di samping ranjang, memerhatikan setiap tarikan napas istrinya yang terasa berat. Wajah pria itu kusam, bayang-bayang hitam melingkari matanya yang lelah. Ia merasa seperti lilin yang terbakar di kedua ujungnya. Di satu sisi, ia bersyukur karena Adelia—istri pertamanya—kini didampingi oleh kedua mertua dan mamanya di Malang. Kehadiran keluarga besar di sana memberinya sedikit ruang untuk bernapas dan memfokuskan seluruh sisa energinya pada Nadia, istri keduanya yang masih rapuh di Jakarta. Kondisi Nadia perlah

  • SAHAM 50 PERSEN    Kehilangan

    Akibat kecelakaan yang dialaminya, Nadia mengalami luka di bagian perut yang sangat serius. Selain kehilangan kedua bayi, rahim Nadia pun harus diangkat. Dan kini ... ia koma.“Kami minta Anda terus berdoa. Kondisi Bu Nadia sampai saat ini, belum stabil. Tapi kami sudah melakukan yang terbaik,” ujar dokter.Bryan mengangguk. Ia meminta izin untuk menemui Nadia karena hanya Bryan, selaku suaminya yang diperbolehkan masuk.Padahal setengah enam pagi tadi, Bryan baru bertolak dari Malang. Kemarin jenazah Twins langsung dibawa ke Malang dengan ambulans untuk dikebumikan di sana. Kedua orangtuanya masih menemani Adelia di rumahnya sedangkan Sharman bersama Devan turun tangan mengurus proses pemakaman Septi di sini.Ruang ICU sunyi. Hanya bunyi alat monitor yang terdengar. Tubuh Nadia dibalut alat-alat medis. Selang pernapasan tertancap di mulutnya. Napasnya tersengal, dijaga oleh mesin.Bryan mendekat. Ia duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan yang dulu selalu mengusap pipinya dengan le

  • SAHAM 50 PERSEN    Selamatkan Ibunya

    Sebuah mobil jeep yang menabrak mereka buru-buru kabur dari tempat kejadian.Pengunjung swalayan yang berada di parkiran segera melihat keadaan mereka. Bryan dan Adelia akan menjemput Nadia memelankan laju mobilnya ketika melihat mobil ambulans dan keramaian di seberang jalan gerbang perumahan 'Andalusia.'"Ada kecelakaan, Pak?" tanya Bryan menurunkan kaca mobilnya."Iya, dua orang wanita. Kayaknya yang satu sudah meninggal. Wanita yang hamil mungkin kondisinya kritis karena waktu diangkat tadi, bajunya juga penuh darah.""Hah! Wanita hamil? Jangan-jangan Mbak Nadia, Mas!" seru Adelia panik.Dada Bryan seketika terasa nyeri, sebenarnya dari tadi pagi firasatnya kurang enak. Dan tumben sekali, Nadia ketika nunggu antrean periksa tadi memintanya mengelus perutnya. Twins seolah demo dalam perut istrinya itu, hingga Nadia meringis ketika melihat gerakan yang aktif di perutnya."Kita ikuti ambulans, itu, Mas ... untuk memastikannya karena kuhubungi ponsel Mbak Nadia tidak diangkat."•Adel

  • SAHAM 50 PERSEN    Awaaaasss, Naayyy!

    Hari-hari Nadia makin berwarna ketika membersamai Septi mengasuh kedua putranya. Sesuai harapannya teman kecilnya itu, tinggal di rumahnya bersama Sindy.Nadia juga sering menginap di rumah pemberian Bryan itu. Kadang ia meminta bantuan Sharman untuk mengantar dan menjemputnya dari rumah Pak Narendra."Semenjak bertemu Septi, aku seperti kamu lupakan, Nay ..." Alinka cemberut sembari mengelayut manja di lengan Nadia ketika mereka jalan-jalan pagi seperti biasanya."Ya, ampun Alin. Aku ke sana itu, hanya seminggu tiga kali karena belum boleh ninggalin rumah ini, sama mama dan papa. Masih banyak waktu untuk kita bersama.""Aku jadi sedih, ya ... kalau ingat, habis lahiran kamu enggak tinggal di sini lagi, Nay ...""Lha, enggak mungkinlah aku masih tinggal di sini. Sementara aku bukan bagian dari keluarga Narendra lagi. Tapi, aku tetap sering-sering main ke rumahmu nanti. Sekalian aku bawa Raihan dan Rayyan menjenguk princes kesayangan kelu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status