Beranda / Romansa / SAHAM 50 PERSEN / Selamatkan Ibunya

Share

Selamatkan Ibunya

Penulis: Rumi Cr
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-19 15:16:51

Sebuah mobil jeep yang menabrak mereka buru-buru kabur dari tempat kejadian.

Pengunjung swalayan yang berada di parkiran segera melihat keadaan mereka. Bryan dan Adelia akan menjemput Nadia memelankan laju mobilnya ketika melihat mobil ambulans dan keramaian di seberang jalan gerbang perumahan 'Andalusia.'

"Ada kecelakaan, Pak?" tanya Bryan menurunkan kaca mobilnya.

"Iya, dua orang wanita. Kayaknya yang satu sudah meninggal. Wanita yang hamil mungkin kondisinya kritis karena waktu diangkat tadi, bajunya juga penuh darah."

"Hah! Wanita hamil? Jangan-jangan Mbak Nadia, Mas!" seru Adelia panik.

Dada Bryan seketika terasa nyeri, sebenarnya dari tadi pagi firasatnya kurang enak. Dan tumben sekali, Nadia ketika nunggu antrean periksa tadi memintanya mengelus perutnya. Twins seolah demo dalam perut istrinya itu, hingga Nadia meringis ketika melihat gerakan yang aktif di perutnya.

"Kita ikuti ambulans, itu, Mas ... untuk memastikannya karena kuhubungi ponsel Mbak Nadia tidak diangkat."

Adel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nopphy_lolipop
aku baca sambil tahan napas mbak. ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SAHAM 50 PERSEN    Yang Kutakutkan

    Diskusi malam di rumah orang tuanya, langsung ditindaklanjuti oleh Bryan keesokan harinya. Berdua Nadia, ia bertandang ke kantor Pak Ilham, pengacara keluarga Narendra. Tentunya Pak Narendra sudah mendiskusikan via telepon maksud kedatangan putra bungsunya ke kantor pengacara handal tersebut.“Baik, Mas Bryan, Mbak Nadia,” ucap Pak Ilham tenang sembari membetulkan kacamata yang bertengger di ujung hidungnya. “Kita nanti akan mengajukan permohonan penetapan anak. Ini, sesuai jalur hukum yang tepat. Mengingat almarhumah Mbak Septi tidak memiliki suami sah, dan identitas ayah biologis bayi-bayi ini tidak diketahui.”Nadia menyimak saksama, sesekali ia melirik ke arah suaminya yang terlihat serius menyimak penjelasan pengacara keluarganya itu. "Apa saja yang perlu kami siapkan, Pak?” tanya Bryan kemudian.“Pertama, surat keterangan kematian Mbak Septi,” jawab Pak Ilham, menunjuk daftar di laptop. “Kedua, surat keterangan dari kelurahan yang menyatakan bahwa ke

  • SAHAM 50 PERSEN    Ini, Takdir ...

    Mati-matian Nadia menahan air matanya yang nyaris tumpah. Sekali lagi, terlintas kenangan saat ia menatap Twins dalam tampilan 4 dimensi ketika pemeriksaan terakhirnya 2 minggu yang lalu.Alinka menggenggam tangan Nadia, seolah paham isi hatinya. Ia pun tahu betapa luka kehilangan bisa menggores dalam. “Bagaimana kabar Raihan dan Rayyan?” tanya Alinka, mengalihkan pembicaraan.“Hari ini, aku telah sempurna sebagai ibu susu untuk mereka berdua, Alin. Sebenarnya kami belum sempat kemari karena selama sepekan ini, konsultasi dengan dokter supaya aku bisa menyusui Raihan dan Rayyan.""Masyaallah, Nay ...."Nadia mengangguk pelan. “Alhamdulillah. Berkat dukungan dokter dan proses induksi laktasi, aku bisa memberi ASI pada baby Rai dan baby Yan. Rasanya seperti mendapat keajaiban.”Alinka tersenyum hangat. “Ini takdir, Nay. Dua malaikat kecil itu, kehilangan Septi, ibu yang mengandungnya. Dan kau, hadir sebagai pengganti ibu mereka." Alinka per

  • SAHAM 50 PERSEN    Muara

    Selepas salat Maghrib, Bryan sudah bersiap menemani Nadia berkunjung ke rumah Devan dan Alinka, sebagaimana janji Nadia pada Alinka sore tadi. Mereka berdua datang khusus untuk melihat keponakan Bryan, cucu perempuan pertama keluarga Narendra. Yang kehadirannya tentu menjadi pelipur lara, atas kembalinya Twins ke haribaan Illahi.Bryan memarkirkan mobil di depan rumah mewah kakaknya, rumah bergaya modern yang dipercantik taman bunga dan ayunan di depan teras. Ada gasebo di dekat air terjun buatan yang nampak cantik oleh cahaya kekuningan dari lampu taman yang dipasang di sepanjang pagar samping rumah.Begitu pintu terbuka, aroma bedak bayi bercampur wangi minyak telon menyambut mereka, menyiratkan kebahagiaan hadirnya princes Devan Narendra dalam istana kakak ipar Nadia tersebut.Devan berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar. “Akhirnya kalian datang!” serunya sambil memeluk Bryan. Pria itu, menoleh ke Nadia dengan ekspresi lembut. “Bagaimana kabarmu, N

  • SAHAM 50 PERSEN    Anak Kita

    Nadia segera berkonsultasi dengan dokter kandungannya. Ia menjelaskan niatnya untuk menyusui Raihan dan Rayyan melalui prosedur induksi laktasi. Dokter menjelaskan dengan detail prosedurnya, mengingat Nadia baru saja mengalami persalinan, tubuhnya masih merespons hormon menyusui, yang akan menjadi keuntungan besar dalam proses ini. Ini adalah peluang langka yang tidak dimiliki oleh setiap wanita yang ingin menginduksi laktasi.Dengan dukungan medis yang intensif, resep obat, suplemen, dan bimbingan ahli laktasi serta praktik relaktasi yang gigih, tubuh Nadia mulai kembali menghasilkan ASI. Lima hari pertama menjadi perjalanan emosional dan fisik yang melelahkan. Ia harus memompa ASI setiap dua jam, bahkan di malam hari, demi menstimulasi produksi. Teknik skin-to-skin dengan Raihan dan Rayyan menjadi rutinitas wajib, di mana ia akan memeluk mereka erat ke dadanya, merasakan kehangatan tubuh mereka, dan berharap sentuhan itu bisa memicu hormon oksitosin.Pelukan panj

  • SAHAM 50 PERSEN    Baby Rai–Baby Yan

    Tiga hari setelah dinyatakan kondisinya stabil, dokter memperbolehkan Nadia pulang. Sebagai istri kedua Bryan, sudah sewajarnya ia kembali ke rumah Narendra. Namun, hatinya bersikeras kembali ke rumahnya sendiri, ia teringat kedua putra Septi, Raihan dan Rayyan, yang kini menjadi anak angkatnya.Di kamar VVIP di mana Nadia dirawat, nampak Bryan adu pendapat mengenai rencana istrinya ingin tinggal di rumahnya saat ini. Bryan yang duduk di sofa, menatap penuh kekhawatiran pada Nadia. Rasa yang tak bisa disembunyikan, karena tak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada wanitanya itu. “Aku ingin tinggal di rumahku, Yan,” ucap Nadia pelan, suaranya masih sedikit serak. “Nanti barangku biar diambil Mas Sharman. Kamu bisa tenang kembali ke Malang untuk mendampingi Adelia.”Bryan menggeleng, sorot matanya sendu menatap wanita yang sangat ia cintai. “Aku akan menemanimu sampai kesehatanmu pulih, Dia.”Nadia tersenyum tipis. “Aku sudah pulih, Yan. Pulanglah ke Malang, Adelia lebih butuh

  • SAHAM 50 PERSEN    Menyakitkan

    Aroma antiseptik yang tajam masih setia memenuhi rongga paru-paru Nadia. Di balik tirai putih rumah sakit yang menjuntai kaku, kondisi fisiknya perlahan membaik. Namun, raga yang pulih itu tak sejalan dengan jiwanya. Nadia lebih banyak diam, seolah-olah sebagian dari dirinya telah ikut terkubur bersama insiden tragis itu. Tatapannya seringkali kosong, menerawang jauh menembus dinding beton kamar perawatan, mencari sesuatu yang ia sendiri tahu takkan pernah kembali. Bryan duduk di samping ranjang, memerhatikan setiap tarikan napas istrinya yang terasa berat. Wajah pria itu kusam, bayang-bayang hitam melingkari matanya yang lelah. Ia merasa seperti lilin yang terbakar di kedua ujungnya. Di satu sisi, ia bersyukur karena Adelia—istri pertamanya—kini didampingi oleh kedua mertua dan mamanya di Malang. Kehadiran keluarga besar di sana memberinya sedikit ruang untuk bernapas dan memfokuskan seluruh sisa energinya pada Nadia, istri keduanya yang masih rapuh di Jakarta. Kondisi Nadia perlah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status