/ Urban / SALAH DIDIKAN : TERJERAT LEMBAH KELAM / BAB. 4 Bagai Parfum Isi Ulang, Wangi Tapi Palsu

공유

BAB. 4 Bagai Parfum Isi Ulang, Wangi Tapi Palsu

last update 최신 업데이트: 2024-01-11 18:04:42

Jihan pun segera ke luar dari kamarnya, lalu melangkah menuju ke dalam kamar utama. Wajahnya terlihat sedikit khawatir. Butiran-butiran keringat mulai berjatuhan dari kedua pelipisnya.

"Sial! Apa yang harus ku lakukan sekarang? Dasar bajingan kau Ningsih!" marahnya dalam hati.

Jihan pun mulai mendekati meja rias ibunya. Untuk mencari sesuatu yang dapat dirinya jadikan bukti, jika dia tak bersalah sama sekali.

Senyum penuh kelicikan tergambar sempurna di raut wajahnya karena Jihan telah menemukan apa yang dirinya cari-cari dari tadi.

"Ha-ha-ha! Ternyata keberuntungan masih bepihak kepadaku!" senangnya dalam hati.

Jihan lalu melangkah kembali ke dalam kamarnya sambil membawa botol parfum yang sama dengan botol parfum yang ada pada maid Ningsih.

Tentu saja dengan mudah Jihan menemukan parfum yang sama persis seperti yang dipakai oleh Nyonya Lisda. Karena parfum itu memang yang dirinya curi dari kamar sang ibu.

Jihan segera menyodorkan parfum itu di hadapan Maid Ningsih.

"Ini botol parfumnya, Maid. Tolong periksa sendiri," serunya dengan wajah tenang.

"Parfum ini wanginya sama persis," ucap Ningsih.

"Apakah Anda masih menuduh saya, Maid? Jelas-jelas bukan saya yang mencuri barang-barang pribadi milik Anda. Akan tetapi Mama yang melakukannya!" tegas Jihan penuh semangat.

"Tidak mungkin Nyonya Lisda melakukan itu!" bela Maid Ningsih.

"Lho, kenapa menjadi tidak mungkin? Mama akan bercerai dengan Papa. Pasti Mama membutuhkan uang yang banyak untuk biayai perceraiannya!" Jihan terus saja menyudutkan ibu kandungnya, dan berharap Maid Ningsih peraya dengan semua bulannya.

Akan tetapi Maid Ningsih tidaklah bodoh. Malah dia semakin yakin jika Jihan lah yang mencuri barang-barang berharganya.

Air matanya kembali mengalir menatap wajah tanpa dosa yang dari tadi ditampilkan oleh Jihan.

"Nona Jihan sangat lihai bersandiwara. Ternyata dia memang benar-benar pembohong dan pencuri ulung! Yang bersembunyi di balik wajah lugunya!" Maid Ningsih pun memberikan penilaian buruk terhadap Jihan.

Maid Ningsih tak habis pikir dengan tingkah Jihan tersebut. Sang art terus saja menangis dan mencoba membujuk Jihan untuk mengembalikan barang-barang miliknya yang telah hilang. Namun gadis itu tetap bersikeras jika bukan dirinya yang mencuri.

Lalu tiba-tiba ponsel Maid Ningsih berdering, pertanda ada panggilan telepon yang masuk di ponselnya. Dia pun segera mengangkatnya. Ternyata telepon itu berasal dari kampung. Yang mengabarkan jika anaknya baru saja dilarikan ke rumah sakit karena demam tinggi.

Hati Maid semakin hancur mendengar jika anaknya harus dirawat di rumah sakit.

"Nona, sepetinya saya harus pulang kampung dengan segera," tuturnya sedih.

"Lho ... memangnya kenapa, Maid?" tanya Jihan pura-pura prihatin.

"Anak saya dirawat di rumah sakit. Saya permisi dulu, Non. Mau bersiap-siap," serunya lagi. Lalu buru-buru ke luar dari kamar Jihan.

Seketika gadis itu tersenyum puas.

"Keberuntungan benar-benar telah bernaung kepada diriku. Tanpa ku usir. Maid Ningsih malah pergi dengan sendirinya!" sorak Jihan dalam hatinya.

Setelah merapikan semua pakaiannya di dalam dua koper besar. Maid Ningsih pun mulai ke luar dari dalam rumah megah itu. Sebelum naik ke dalam taksi yang akan membawa ke stasiun kereta api, sekali lagi Ningsih memandang rumah mewah itu.

Begitu banyak kenangan tercipta sejak dirinya mulai merantau ke ibu kota Jakarta sampai saat ini, begitu banyak kenangan tercipta di rumah megah itu.

Semua berakhir tragis. Jihan telah mencuri semua hasil kerja kerasnya selama bekerja di Jakarta. Hati Ningsih sangat sakit saat ini. Namun dirinya tidak ada bukti untuk mengusut lebih lanjut jika Jihan yang mencuri perhiasan dan uangnya.

"Nona Jihan, hanya Tuhan yang tahu jika kamu adalah pencuri yang sesungguhnya. Cepat atau lambat kebenaran akan terungkap! Kamu pasti akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas semua perbuatan jahatmu! Karena karma itu nyata!" tangisnya dalam hati.

Ningsih pun masuk ke dalam taksi itu yang mulai melaju meninggalkan rumah majikannya.

Ternyata Jihan mengintip kepergian Maid Ningsih dari jendela kamarnya. Setelah mengetahui jika taksi yang membawa sang art telah pergi jauh. Gadis itu pun mulai bersorak kegirangan saat ini.

"Hore! Hore! Hore! Akhirnya aku bebas! Aku jadi kaya mendadak!" teriaknya senang sambil mulai melompat-lompat di atas kasurnya.

Lalu Jihan mengeluarkan perhiasan dan uang yang dirinya curi dari Maid Ningsih kemudian memindahkannya ke dalam sebuah tas kecil.

Gadis itu berencana menjual beberapa perhiasan itu lalu mentraktir kedua temannya.

Fabi dan Salma, kedua sahabat Jihan baru saja sampai di sebuah restoran yang ada di dalam mall di bilangan Jakarta Selatan.

"Fabi, Lo dihubungi Si Jihan juga?" tanya Salma penasaran.

"Tentu, dong! Mana mau gue rugi!" serunya sambil mulai mengisap rokok elektrik miliknya.

Salma juga melakukan hal yang sama, gadis itu terlihat beberapa kali mengisap rokok elektrik. Sepertinya kedua gadis ini telah mahir dalam merokok.

"Yang gue dengar dari teman gue yang sekelas dengan Jihan. Dia kena sanksi berat dari sekolah karena ketahuan mencuri! Jangan-jangan uang untuk mentraktrik kita sore ini dari uang hasil Jihan mencuri!" tukas Salma.

"Ya biarin saja. Itu dosanya, kan Jihan yang mengajak kita nongkrong!" seru Fabi.

"He-he-he! Iya juga, sih." ujar Salma.

"Lagian ya, kita kan hanya berpura-pura berteman dengan Jihan! Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan!" Fabi berucap sejujurnya. Karena mereka berdua memang hanya berpura-pura untuk menjadi temannya.

"Setuju banget, Fabi! Gue juga mana sudi berteman sama pencuri kayak dia. Bisa-bisa kita ikut terkontaminasi dengan kelakuannya yang sangat bobrok itu!" Salma mengatakan semua itu dengan penuh cibiran yang mengarah kepada Jihan.

Tenyata keduanya hanya berpura-pura berteman dengan Jihan karena gadis itu suka mentraktir mereka barang-barang mewah. Padahal semuanya berasal dari perbuatan Jihan yang mencuri barang milik orang lain.

"Salma, hati-hati dompet Lo nanti isinya bisa dicuri sama Jihan, Si panjang tangan!" sergah Fabi.

"Ih ... dompet Lo juga kali, Fabi! Bisa-bisa berpindah tempat kepada pencuri ulung! Mukanya aja cantik. Tapi kelakuan kayak nenek sihir!"

"Ha-ha-ha!" Tawa keduanya memenuhi restoran itu, untung saja pengunjungnya hanya mereka berdua.

"Ibaratnya omongan SiJihan itu, kayak parfum isi ulang." seru Salma.

"Kok jadi parfum isi ulang, sih?"

"Yeh ... masa Lo nggak tahu?"

Fabi segera menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda dirinya memang tidak tahu.

"Dengerin ya, baik-baik. Semua yang ada pada sosok Jihan itu seperti parfum isi ulang. Wangi tapi palsu! Ha-ha-ha-ha!" Keduanya kembali tertawa.

Mereka tak henti-hentinya menghina Jihan dan kebodohannya karena telah diperalat oleh keduanya.

Jihan sama sekali tidak tahu jika dirinya hanya sedang membeli pertemanan bersama Salma dan Fabi. Yang pada kenyataannya, kedua gadis itu tidak pernah mau untuk menjadi temannya. Karena telah mengetahui semua keburukan sikap dan tingkah Jihan selama ini.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • SALAH DIDIKAN : TERJERAT LEMBAH KELAM   BAB. 50 Keinginan Untuk Bebas Selamanya

    Pagi itu terasa sangat sunyi dan mencekam di rumah kecil yang ditempati oleh Ilham dan Jihan. Ilham terbangun dengan perasaan gelisah, seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres. Ketika pria itu bangkit dari tempat tidur dan mendekati Jihan yang berbaring di sebelahnya, wajahnya tiba-tiba berubah pucat. Napas Jihan terlihat berat, dan kulitnya mulai kehilangan rona. Tanpa berpikir panjang, Ilham segera mengguncang bahunya dengan lembut."Jihan, Sayang! Apakah kamu baik-baik saja? Kenapa wajahmu sangat pucat sekarang?" Ilham bertanya dengan nada yang sangat cemas.Namun Jihan tidak merespon sama sekali setiap perkataan dari pria itu. Matanya tetap terpejam, dan tubuhnya terasa semakin lemas. Tanpa buang waktu, Ilham langsung mengangkat tubuh Jihan yang lunglai itu dan segera membawanya ke dalam mobil. Pria itu pun dengan cepat mulai melajukan mobilnya ke sebuah rumah sakit yang selama ini merawat Jihan.“Jihan! Ku mohon bertahanlah! Aku sedang memba

  • SALAH DIDIKAN : TERJERAT LEMBAH KELAM   BAB. 49 Kamu Berhak Bahagia

    Setelah berbulan-bulan menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit, kondisi Jihan perlahan pun mulai membaik. Gadis berusia belia itu memang masih tampak rapuh, namun kesehatannya jauh lebih stabil dibandingkan ketika dia pertama kali didiagnosis dengan penyakit mematikan tersebut. Setiap minggu, Jihan tidak pernah absen untuk kontrol ke rumah sakit. Dia tahu, meskipun keadaannya sudah tidak separah dulu, namun tubuhnya masih belum sembuh total. Penyakit yang menyerang karena gaya hidupnya yang tidak sehat, kini meninggalkan jejak di tubuhnya, dan Jihan menyadari bahwa dia harus lebih menjaga diri dan waspada mulai sekarang.Namun, Jihan tidak mau larut dalam kesedihan atau rasa bersalah. Sebaliknya, gadis itu memutuskan untuk menggunakan pengalamannya sebagai alat untuk mencegah orang lain terjerumus ke dalam jalan yang sama. Kini, Jihan aktif dalam sebuah organisasi perempuan yang berkampanye tentang bahaya penyakit menular seksual dan gaya hid

  • SALAH DIDIKAN : TERJERAT LEMBAH KELAM   BAB. 48 Karma Itu Nyata

    Beberapa tahun kemudian,Di sebuah rumah sakit yang sunyi di salah satu sudut Kota Jakarta, yang terdengar di sana hanya suara mesin-mesin medis yang berirama monoton. Jihan, seorang gadis beli yang berpetualang tentang cinta selama ini, hidup bebas tanpa peduli akan konsekuensi dari tindakannya, kini terbaring lemah di sebuah ruang isolasi. Sebelumnya gadis itu adalah seorang pecinta hidup bebas. Bergonta-ganti pasangan ranjang, tanpa menggunakan pengaman sedikitpun, yang membuat imun tubuhnya ikut turun dan mudah terserang sakit, seperti saat ini.Wajah Jihan sangat pucat, tubuhnya kurus, dan tatapannya kosong. Penyakit ganas yang menggerogoti tubuhnya semakin parah, dan harapan hidupnya semakin tipis. Tak ada yang mendampinginya di sana, kecuali Ilham, satu-satunya lelaki yang tulus mencintainya.Ilham duduk di kursi di sebelah ranjang Jihan. Matanya tak pernah lepas dari gadis yang dia cintai sejak lama itu. Meskipun Jihan pernah bersama bany

  • SALAH DIDIKAN : TERJERAT LEMBAH KELAM   BAB. 47 Terbawa Hasrat

    Jihan merasakan tubuhnya mulai terasa panas dan tidak nyaman setelah membaringkan tubuhnya di kamar hotel. Perasaan panas itu semakin menjadi-jadi, membuatnya merasa tidak nyaman. Tanpa sadar, dia mulai membuka satu per satu kancing bajunya, mencoba meredakan sensasi panas yang terus meningkat.“Panas …. Panas …” lirihnya lemah.Haikal, yang sedang duduk di kursi di dekat ranjang,seketika tercengang melihat sikap Jihan. Matanya memperhatikan setiap gerakan Jihan dengan cermat dan penuh keheranan,karena obat perangsang itu bekerja sangat cepat."Jihan Sayang, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Haikal dengan suara terkejut, meskipun hanya pura-pura saja.Jihan, yang masih dalam keadaan tidak sadar, hanya menatap Haikal dengan mata yang sayu. "Aku merasa panas, Haikal. Sangat panas," ujarnya dengan suara yang lemah.Haikal segera menyadarkan Jihan akan situasinya. "Jihan, berhenti. Kamu harus berhenti," ujarnya dengan suara

  • SALAH DIDIKAN : TERJERAT LEMBAH KELAM   BAB. 46 Niat Licik Haikal

    Petugas hotel itu tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja ada, Tuan. Hotel kami masih memiliki beberapa kamar kosong. Silahkan ikuti saya.”Haikal dan Jihan mengikuti petugas tersebut menuju kamar yang telah disediakan. Begitu pintu kamar terbuka, udara segar dan kenyamanan seketika menghampiri mereka.“Ini kamar Anda, Tuan,” ucap petugas hotel itu dengan ramah sambil membuka pintu kamar.Haikal menoleh ke arah Jihan, seraya berkata, “Ayo, Jihan masuklah. Kita bisa istirahat sejenak dan menyegarkan diri sebelum melanjutkan petualangan kita di Kota Bandung,” ajaknya dengan senyum hangat.Jihan tersenyum lega. “Terima kasih, Haikal. Kamu memang selalu tahu apa yang aku butuhkan,” ucapnya sambil mulai memasuki kamar.Setelah melewati aktivitas yang padat di Kota Bandung, Haikal dan Jihan akhirnya sampai di dalam kamar hotel yang nyaman. Udara segar di dalam kamar membuat mereka merasa rileks setelah beraktivitas di luar. Haikal

  • SALAH DIDIKAN : TERJERAT LEMBAH KELAM   BAB. 45 Rencana Ke Bandung

    Pagi menyingsing dengan sinar matahari yang membelai lembut tirai di sebuah apartemen di salah satu sudut Kota Jakarta. Aroma kopi yang harum memenuhi dapur, bercampur dengan bau sedap bahan-bahan sarapan yang tengah dipersiapkan oleh Jihan. Jihan, gadis muda yang ceria, sibuk mengaduk-aduk panci yang berisi bubur ayam hangat. Semangatnya terpancar dalam setiap gerakan. Sebentar lagi, dia akan memberi kejutan untuk Dulah, pacarnya yang masih tidur di dalam kamar.Untuk memuluskan rencananya ke Bandung bersama Haikal. Jihan perlu merayu Dulah. Agar pria itu mau mengizinkannya untuk pergi.Dulah, yang masih terbaring di kasur dengan mata yang masih setengah terpejam, mendengar derap langkah Jihan di dapur. Dia seketika tersenyum. Setiap hari, kehadiran Jihan memberikan semangat baru baginya. Meski kegiatan Dulah di kantor seringkali sangat sibuk. Namun dia selalu menyempatkan waktu untuk sarapan bersama.Sesaat kemudian, Jihan melangkah keluar dari

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status