Share

BAB. 5 Membeli Pertemanan Palsu

"Hai semuanya! Sudah lama nungguin gue?" celutuk Jihan yang baru saja datang.

"Tumben lama." tukas Fabi.

"Sorry jalanan macet!" Lalu Jihan pun mulai mengarang cerita indah yang tentu saja semua adalah kebohongan semata.

"Jihan, kita nongkrong di mana hari ini?" Salma mulai memancing Jihan.

Keduanya saling mengirim kode rahasia antara dirinya dan Fabi. Hari ini mereka berencana untuk membuat Jihan jatuh miskin. Karena baik Salma maupun Fabi telah mendapat aduan dari salah seorang teman sekelasnya, jika Jihan telah mencuri semua barang-barang temannya dan tidak mau mengakui perbuatannya.

"Hari ini, gue traktir kalian sepuasnya! Makanlah sesuka hati kalian. Setelah itu kita shopping!" seru Jihan antusias.

"Yeah! Hore! Jihan is the best!" ujar Salma.

"Jihan memang keren!" Fabi juga turut memuji gadis itu. Walaupun semuanya hanya lah kepalsuan semata.

Kemudian kedua gadis tersebut memesan menu yang paling mahal di restoran itu padahal mereka baru saja makan tadi.

Fabi dan Salma sengaja melakukannya untuk mempermalukan Jihan yang suka mencuri.

Akan tetapi, disaat makanan mewah itu tersaji di atas meja. Tidak ada raut wajah khawatir yang ditampilkan oleh Jihan sedikit pun. Membuat Fabi dan Salma menjadi kebingungan.

"Fabi, kok Jihan terlihat biasa saja?" bisik Salma.

"Gue juga nggak tahu tuh! Jangan-jangan hasil curiannya berjumlah besar!" curiga Fabi.

"Gila! Berarti kita harus menguras duitnya sampai habis!" Salma malah semakin bersemangat untuk menghabiskan uang Jihan.

"Setuju!"

Akan tetapi Jihan malah sibuk dengan ponselnya sekarang. Namun teman-temannya tidak tahu, jika dirinya sedang menghitung semua jumlah harga makanan yang dipesan oleh Fabi dan Salma secara gila-gilaan.

"Fabi sama Salma kelaparan banget kah? Mereka kok memesan makanan dalam porsi besar, gitu?" gumam Jihan dalam hatinya.

Beruntungnya, dia selamat kali ini. Persediaan rupiah hasil curiannya masih sangat banyak.

"Duh! Kok gue jadi kenyang, ya?" seru Salma tiba-tiba.

"Yaelah, kok kita bisa sama? Gue juga sangat kenyang!" Fabi juga turut ikut-ikutan merasa kekeyangan.

Padahal keduanya sama sekali belum mencicipi hidangan mewah itu. Mereka hanya memandanginya dari tadi.

Jihan sedikit kaget dengan ucapan Fabi dan salma. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa. Untungnya uang di dompetnya masih sangat cukup untuk membayar semua bill makanan tersebut.

Bahkan pelayan restoran pun sangat kaget melihat di atas meja begitu banyak terhidang makanan dan sama sekali belum tersentuh.

"Maaf, Mbak. Sepertinya semua makanan yang Anda pesan belum dimakan, ya?"

"Iya, Mbak. Kita keburu kenyang. Maklum lagi program diet," seru Fabi menjelaskan.

"Program diet?" tanya pelayan itu seakan tak percaya. Soalnya postur tubuh ketiga gadis itu sangat jauh dari kata kelebihan berat badan.

Bahkan ukuran tubuh mereka, tergolong dalam kategori langsing.

"Sudah, deh. Mbak jangan banyak tanya. Jika mau, silakan ambil semua makanan ini," tutur Salma lalu mengajak kedua temannya ke luar dari restoran mewah itu.

Pelayan itu tak berkata-kata lagi karena sang manager restoran sedang melotot ke arahnya dengan sangat tajam. Sementara Jihan hanya bisa pasrah karena uang hasil curiannya lenyap begitu saja.

"Jihan cantik! Kita mau ke mana lagi, nih? Masa cuma makan doang? Kan nggak asyik!" tukas Salma.

"Iya nih, Jihan. Tapi ngomong-ngomong jadi kan kita shopping? Kan tadi dalam restoran kamu yang bilang sendiri. Setelah ini kita mau ke belanja-belanja?" Fabi juga ikut menagih omongan Jihan di restoran tadi.

"I ... iya, jadi kok! Ayo buruan nanti kita ketinggalan!" seru Jihan kepada mereka, sambil menarik kedua tangan temannya untuk memasuki sebuah butik besar yang berada di dalam area mall.

"Yeah! Jihan memang yang terbaik! Hore!" seru keduanya serentak.

Namun disaat Jihan tidak melihat ke arah mereka. Keduanya saling menunjukkan mimik wajah tidak suka kepada gadis itu.

"Jihan, apakah kamu mau kita berbelanja sesuka hati?" ujar Salma lagi.

"Apa?" kaget Jihan tak menyangka jika kedua temannya ingin berbelanja sesuka hati mereka.

"Duh ... bagaimana kalau uang yang ada padaku tidak cukup untuk membayar belanjaan mereka?" tuturnya dalam hati

Menyadari Jihan yang diam saja dari tadi, membuat Salma dan Fabi menjadi kesal.

"Fabi, sepertinya Jihan tidak ikhlas untuk mengajak kita shopping. Mending kita pulang saja, deh!" serunya kepada Salma.

"Sepertinya sih, begitu. Ayo, kita pulang saja! Jihan sudah berubah sekarang! Tidak setia kawan lagi kepada kita!" Salma lalu menarik tangan Fabi untuk segera ke luar dari dalam butik itu.

"Hei, tunggu! Kalian mau ke mana? Aku akan membayar semuanya kok. Jadi kalian bebas berbelanja," teriak Jihan memanggil nama keduanya.

"Apakah benar begitu Jihan?" tanya Fabi mewakili isi hati Salma.

"Tentu saja. Belanjalah sesuka hati kalian. Nanti saya akan membayarnya. Asalkan kita tetap berteman. Aku akan mengikuti semua yang kalian inginkan." ucapnya lagi.

"Begitu kek, dari tadi! Kita tetap bisa berteman kok, Jihan. Asalkan Lo juga tetap mentraktir kami seperti biasanya." Kali ini Salma yang angkat bicara.

"Iya, kalian tenang saja. Gue akan selalu mengikuti semua permintaan kalian. Asalkan kita juga tetap berteman sampai seterusnya." Jihan berharap jika dirinya baik kepada Salma dan Fabi maka kedua gadis itu akan menolongnya suatu saat nanti.

"Tentu dong! Kita adalah teman!" sahut Salma dan dibalas anggukan oleh Fabi.

Tanpa basa-basi lagi kedua gadis itu mulai berkeliling mencari barang incaran mereka. Keduanya sama sekali tidak peduli dengan Jihan yang terlihat mulai pucat pasi karena melihat tingkah mereka yang memborong banyak pakaian di butik ini.

Disaat kedua temannya sedang asyik berbelanja, Jihan pun mulai ke luar dari butik itu. Sang gadis segera berjalan menuju toko perhiasan terdekat untuk menjual perhiasan Maid Ningsih yang telah dicuri olehnya.

Manager toko perhiasan itu sedikit curiga kepada Jihan karena menjual banyak perhiasan tanpa adanya surat-surat sedikit pun. Dia berpikir jika mungkin saja Jihan telah mencuri barang berharga milik orang lain.

"Nona, maaf. Anda menjual banyak perhiasan tapi kenapa tidak ada sedikit pun surat-suratnya?" tanya manager itu menusuk.

"Jadi Anda curiga kepada saya?"

sahut Jihan sinis.

"Iya, tentu saja saya curiga. Bisa saja Anda mencurinya. Mohon maaf, Nona. Toko kami tidak berani membeli perhiasan tanpa surat-surat yang jelas," tegas sang manager.

Jihan tidak dapat berbuat apa-apa selain mengikuti saja apa yang dikatakan oleh manager itu. Dia pun segera mengumpulkan perhiasan itu dan kembali memasukkannya ke dalam tasnya.

"Sial! Apa yang harus kulakukan sekarang? Tidak mungkin aku mempermalukan diriku sendiri di hadapan Salma dan fabi," gumamnya dalam hati.

"Aku harus mencari toko lain yang mau membeli semua perhiasan tak berguna ini!" ketusnya lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status