"Lagi pula, kamu bilang aku ini buaya bukan? Jadi untuk apa aku menahan diri dan berpura-pura baik di depanmu?" ucapku tenang.
"Apa?" Mata wanita melebar sempurna.
"Aku memutuskan untuk mengikuti semua ucapanmu Kalila."
Gadis itu benar-benar tampak ketakutan. Melihatnya demikian, justru membuatku semakin tertantang untuk menyentuhnya.
"Padahal sebelum ini, aku ingin jadi pria baik-baik untukmu. Tapi ... kamu malah memintaku jadi buaya. Sayang sekali." Kuusap pelan kerudung perempuan cantik yang tampak tak berkutik di sisi ranjang.
"Mas aku ...." Raut protes terlihat jelas di wajah wanita yang kini wajahnya begitu dekat.
Ya Tuhan, Kalila benar-benar cantik dari jarak sedekat ini. Sesuatu yang awalnya kuniatkan menggodanya dan tak serius, kini berubah menjadi keinginan menggebu yang datangnya nyaris tanpa kusadari. Aku menginginkannya.
"Sttt ... bukankah kits sudah menikah, Kalila? Aku dan kamu sudah cukup dewasa untuk melakukan ini," u
"Sudah nggak ada hubungan lagi sama Mas Dewa, kan? Jadi barang-barang mahal yang dibelikan suamiku, boleh dikembalikan dong." Suara Qinara di depan pintu tadi terngiang di telinga Kalila.Belum lagi ekspresi gadis itu yang sangat menyebalkan."Ish." Kalila memukul ranjang tempatnya duduk. "Kalau dia menyukai barang-barang mahal. Dan itu yang jadi alasan menggoda calon suamiku, kenapa bukan Mas Dareen saja yang digodanya?" ucapnya kesal."Sebentar, apa Qinara tidak tahu bahwa Mas Dareen itu anak orang kaya?" Kalila berpikir keras.Harusnya Qinara tahu, bukankah otaknya sama dengan sang Mama? Jadi harusnya mereka bisa mencium hal yang sama dari Dareen."Apa kalau nanti Qinara tahu juga akan merebut Mas Dareen dariku?""Ah, bodo! Ambil saja sekalian kalau mau! Pria mesum, gak peka! Suka nyosor sembarangan!" Dipegangi bibir yang sudah dua kali mendapat ciuman dari Dareen.Kemarahannya jadi merembet ke mana-mana. Dia langsung ingat kejadia
"Apa? Ini baju dibelikan Dewa?!" Mata Dareen melebar, seiring langkahnya yang pasrah terseret oleh Kalila."Tak bisa dibiarkan. Ayo kubelikan yang lebih bagus dan buang pakaian ini!" Dareen kemudian mengucap penuh semangat."Ya.""Pantes kamu kelihatan aneh pakeknya, mirip em ... mirip ...." Suara Dareen terdengar dipanjangkan karena berpikir."Mirip gembel!" gerutu Dareen sembari menyeimbangi langkah sang istri.Kalila manyun. Emosinya karena Qinara dan Dewa sekaligus lantaran barang-barang tadi membuatnya bersemangat ingin segera keluar rumah dan memborong semuanya."Lagi pula apa kamu tak punya baju lain selain yang mantanmu belikan?""Nggak ada. Semuanya sudah kuhibahkan orang. Mana aku tahu kalau kami bakal pisah gini?" sahut Kalila masih dengan nada kesal."Hiss." Dareen juga kesal mendengar jawaban Kalila. Perempuan itu bicara seolah dia sangat mencintai Dewa dan mengharap terus bisa bersamanya.***"Duh, b
"Masnya mau minum apa?" Seorang pelayan kafe bertanya sambil bersiap mencatat pesanan pelanggan."Americano!""Baik," sahut pelayan. "Masnya?" Lalu tatapannya beralih ke pria kedua di meja yang sama."Saya moccacino. Hot ya, Mbak.""Baik." Setelah mencatat pesanan dua pelanggan tersebut wanita yang mengenakan seragam pelayan itu menjauh."Americano muluk, gimana hidup lo terasa manis?" ceplos Angga, teman Dewa yang kini duduk berseberangan dengan pria yang baru sehari menikah itu."Sial memang. Nggak ada manis-manisnya. Setelah nikah pun hidup gue makin pait.""Lah ... jadi bener Qinara hamil anak lo?" tanya Angga yang meragukan kebenaran tersebut."Yah, dia bawa tes pack ke depan penghulu. Gila gak tuh!""Ya, gue kan di sana jadi lihat lah.""Nah, udah tahu tanya." Dewa menyandarkan kepala malas ke kursi.Kursi kafe itu sengaja didesain tinggi dengan bantal kecil di bagian lehernya. Tujuannya agar pengunju
Kalila mendorong pelan, menjauhkan tubuh pria yang tengah merangkulnya."Ayok, Mas! Katanya mau beliin aku baju?"Dareen menarik kepala sambil menautkan dua alisnya. Setelah mencerna kata-kata Kalila, baru ingat kalau mereka tadi keluar untuk berbelanja.Perempuan itu meninggalkannya lebih dulu ke arah mobil. Berjalan dengan penuh semangat."Buka Mas!" tunjuknya ke pintu mobil. Sontak saja, Dareen mengarahkan kunci ke mobil dan menekan tombolnya."Senang sekali kamu." Dareen merasa heran. Bagaimana Kalila bisa berubah dalam waktu secepat ini? Bukan hanya pergi dengannya dengan semangat penuh.Sebelum menarik pintu, Kalila melirik ke arah jendela Qinara, dan benar saja adiknya itu terlihat remang berdiri di depan jendela yang tersingkap gordennya. Ditariknya satu sudut bibir Kalila, melihat pemandangan itu."Sepertinya cewek matre sudah mulai mengendus kekayaan suamiku," gumamnya kemudian."Ya?" tanya Dareen yang mendengar ucapa
"Ayok cepetan!" Mata Kalila berbinar ketika kakinya menjejak sebuah counter Hape yang megah.Perempuan yang masih mengenakan pakaian pemberian Dewa tersebut sangat bersemangat. Dareen tersenyum masam. Baru kali ini sejak kejadian kemarin wanitanya itu terlalu riang, seperti anak kecil. Selebihnya .... 'Galak banget!' maki Dareen dalam hati."Iya, sabar!" sahutnya sambil berjalan mengikuti Kalila yang sudah dua meter ada di depannya."Ini Mas! Aku mau yang ini!" tunjuk Kalila pada sebuah kotak IPhone. Benda yang bertengger paling depan karena merupakan produk yang sedang dipromosikan."Mana? Ini?" Dareen memastikan.Kalila melebarkan matanya, dengan senyum sangat lebar dan anggukan berkali-kali. Dareen terus terkekeh dibuatnya. Ia tak pernah menyangka bisa membuat Kalila se bahagia sekarang hanya dalam waktu sehari.Tadinya Dareen pikir, setidaknya Kalila akan perlu waktu tiga bulan untuk bisa menerimanya. Yah, karena dia melihat sendiri baga
Matanya terpejam, lalu membuka perlahan dengan debar tak beraturan melihat hasil di atas benda pipih itu. "Ya Tuhan, bagaimana kalau Mas Dewa marah dan menghukumku atas dusta ini.Baru saja matanya membuka memindai hasil tes pack, mata bulat Qinara melebar sempurna karena terkejut."Apa?!"Saking terkejut, tubuh Qinara jatuh luruh di dinding toilet yang basah."Apa ini? Apa aku hamil? Kenapa harusnya meragukan gini?" Qinara syok. Ada dua garis tapi satu garisnya tampak samar. Bahkan nyaris tak terlihat.Tak memahami apa yang dilihat, Qinara memutuskan segera keluar untuk menyerahkan tes pack ke dokter.Saat keluar dari toilet, Dewa sudah menunggu. Gegas pria itu menghambur ke arah sang istri yang tampak sedih."Gimana?" tanya Dewa melebarkan mata dan mengangkat kedua alisnya. Dia sangat penasaran dan tak sabar melihat hasil tes di tangan Qinara.Perempuan itu mendesah. Diperlihatkan dua garis di tangannya."Hah?" Dewa me
Mobil yang Dewa kemudikan telah sampai di halaman keluarga Praman. Selepas pulang dari dokter, Dewa dan Qinara merasa frustasi. Keduanya berjalan gontai masuk ke dalam rumah.Ucapan dokter SpOG yang ditemui masih terngiang di telinga."Jelas saja masih samar. Karena baru jadi." Dokter itu tersenyum. "Jadi bulan ini tidak berhubungan?" tanyanya lagi."Benar. Saya tak pernah menyentuhnya karena ...." Ucapan Dewa tertahan.Mana mungkin dia membuka kebobrokannya sendiri di depan orang lain. Meniduri anak orang, padahal sedang dia juga akan menikahi kakaknya. Terkadang, Dewa sadar bahwa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan.Dia juga sadar bahwa Kalila pasti sulit memaafkannya jika tahu. Namun, nafsu sudah menguasai pikiran, hingga akal dan hatinya tertutup secara bersamaan.Qinara meliriknya tajam. Dia tahu Dewa tak mungkin meneruskan ucapannya. Namun, cara bicara Dewa sangat menyakiti hatinya. Seolah pria itu sama sekali tak mengingininya.
"Kita pindah saja dari rumah ini. Pergi yang jauh dari mereka. Aku janji akan menyembuhkan lukamu Kalila." Dareen mengucap dengan sangat serius.Kalila mendongak. Menatap dua mata elang pria yang menghunus ke arahnya. Dari sana ia bisa tahu bahwa Dareen tak main-main dengan ucapannya.Namun, dia juga ingat ucapan Dewa tentang Dareen. Pria yang juga pernah dipergoki dari kamar Qinara."Jangan salah paham, Mas." Kalila berusaha menggeser tubuh Dareen yang berat. Namun, gagal. Hingga ia mengembus kasar."Apa?" Dareen tampak tak terima.Kalila kembali mendongak, menatap serius ke wajah tampan pria di depannya."Yah, aku tak mau Mas Dareen salah paham. Aku tak bilang akan belajar mencintai Mas atau bertahan di sisi Mas." Kalila mengatakan apa yang ada di pikirannya setelah dia tahu, bahwa Dareen sama buayanya dengan Dewa.Ah, meski pun ia belum yakin tentang itu. Yang jelas sebelum Kalila tahu bagaimana aslinya Dareen, dia tak akan mengamb