Share

Ukiran Kunci

last update Last Updated: 2022-12-28 15:05:13

Malam beranjak naik, aku sangsi karena hanya berdua dengan Atha di rumah ini, takut malah jadi fitnah, hatiku sedikit gelisah, meski pun yakin tidak akan terjadi apa-apa pada kami, tetap saja rasa was-was itu ada.

Sesaat kemudian kudengar suara orang sedang bercakap-cakap di lantai bawah, Atha bicara dengan siapa? aku keluar dan menengoknya, ada seorang perempuan di ruang tengah.

Mungkinkah itu pacar Atha? apa yang harus kulakukan? bagaimana kalau dia salah paham saat melihatku di rumah ini?

Pelan aku hendak kembali ke kamar, takut malah membuat suasana menjadi keruh, “Kirana kemarilah!” Tiba-tiba Atha melihat dan memanggilku.

Sudah terlanjur terlihat, ya sudahlah, aku berjalan mendekati mereka, “Hallo Mbak Kirana, saya Talita teman kantornya Atha." Perempuan cantik itu mengulurkan tangannya.

“Hallo,” jawabku ragu, jauh sekali penampilanku dengan Talita, dia terlihat cantik dan fress. Sedangkan aku? udah kucel, lemak berlebih pula.

“Kalau begitu aku akan kembali, silahkan teruskan,” ucapku ragu, Atha hanya mengangguk.

Aku kembali ke kamar, lega sekali, setidaknya aku bisa tidur nyenyak malam ini, karena tidak hanya kami berdua, sekarang ada orang lain di rumah.

“Ah! Aku sangat lelah." Kutarik guling dan memeluknya erat, mencoba memejamkan mata dan melupakan kejadian pahit hari ini.

**

Sudah pukul 05.30, aku bergegas mengambil air wudhu, sebentar lagi sinar matahari muncul, terlalu nyaman bangun pun kesiangan.

Setelah shalat aku turun, celingukan mencari kedua orang itu.

Kulihat Talita keluar dari kamar Atha, “Maaf Mbak saya pulang dulu, takut telat masuk kantor,” ucapnya terburu-buru.

“Heh …, iya.” Aku yang masih syok karena perempuan itu keluar dari kamar Atha kemudian langsung mengangguk.

Apa semalam mereka tidur bersama? pikiran jelekku meronta.

“Berani sekali anak brandal itu!” Aku memekik marah. Berjalan mencari Atha, tapi tidak kutemukan dia di kamarnya, aku hanya melihat bantal dan selimut di sofa ruangan tv, seketika aku menghela napas lega. Aku tahu dia tidak akan senekat itu, meniduri anak perempuan orang sebelum dinikahi, tapi kemana anak itu?

“Talita apa kamu melihat Atha?” teriakku pada Talita yang sudah mengeluarkan mobilnya dari garasi.

“Dia sudah pergi dari satu jam yang lalu Mbak,” teriaknya, lalu melambaikan tangan.

Sejam yang lalu? pergi kemana dia, pagi-pagi buta?

Aku mencoba menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat, prasangka lebih buruk muncul dalam pikiranku, “Mungkinkah dia pergi ke rumahku untuk bertemu, Mas Irawan?”

Ah! ini tidak bisa dibiarkan, aku segera mengambil jaket dan bergegas memesan taksi online. Atha memang selalu nekat.

Setengah jam perjalanan aku sampai di rumah, benar saja mobil Atha sudah terparkir di halaman rumah ini.

Suara gaduh terdengar dari dalam, kuperhatikan percakapan mereka dari sisi pintu yang terbuka.

“Oh, jadi sekarang kamu yang menampung perempuan tidak berguna itu?” ucap Mas Irawan dengan santai duduk di atas kursi.

“Hentikan ucapanmu menyudutkan Kirana, Irawan!” sentak Atha berdiri di hadapannya.

“Kenapa? bukankah benar dia tidak berguna, hanya cari masalah di kantorku. Siapa juga laki-laki yang mau mengakuinya sebagai istri dengan penampilan seperti itu? Harusnya dia mengaca diri! apa dia tidak malu dengan penampilannya? Aku saja yang melihatnya sangat malu!”

“Kalau kamu malu dia berpenampilan seperti itu, sampaikan dengan baik! apa kamu sudah memenuhi semua kebutuhannya agar dia bisa berpenampilan baik? Kirana adalah perempuan cantik dan menarik sebelum menikah denganmu, kalau kamu memperlakukannya dengan baik, dia pasti masih sama seperti dulu!" Bela Atha. Air mataku menetes, ternyata bukan suami sendiri yang membelaku, tapi orang lain yang bahkan tidak tahu bagaimana kehidupanku selama dua tahun ini.

“Ah, omong kosong! Dianya saja yang tidak pandai merawat diri. Sudah! aku tidak mau membahasnya, pergi saja!” Bentaknya.

“Minta maaf padanya!” Atha tak kalah membentak.

“Heum. Ya! aku akan minta maaf agar dia mau bicara pada Pak Haidar. Aku tidak mau dipecat, bagaimana pun dia pembuat masalah itu!”

“Kamu memang keterlaluan Irawan!” Atha mencekal kerah baju Mas Irawan. Aku segera masuk dan menghentikannya.

“Lepaskan! Aku mohon." Kutatap wajah Atha agar ia melepaskan tangannya.

“Heuh!” Atha menghembuskan napasnya kasar dan berbalik.

“Cih! laki-laki ba*ci, bisanya berlindung di belakang perempuan!”

‘Bugh!’

Secepat kilat tangan Atha mendarat di pipi Mas Irawan hingga wajahnya terseok dan sisi bibirnya mengeluarkan darah.

Aku terperanjat melihat adegan cepat itu dan segera menarik tangan Atha, “Kamu yang ba*ci Mas, bukan Atha! laki-laki yang malu mengakui istrinya sendiri di hadapan teman-temannya adalah laki-laki pengecut yang sok mampu membahagiakan istri padahal hanya peduli pada diri sendiri!” cercaku padanya sebelum berlalu.

Kaki Atha mematung, tangannya masih mengepal kencang, “Aku tidak ingin melihatnya lagi, mari kita pergi!” ucapku lembut padanya, agar ia tidak kembali memukul Mas Irawan, Atha menurut dan kami pun pergi dari sana.

Wajah Atha masih bermuran, meski kami sudah melaju meninggalkan rumah itu, “Aku akan menggugat cerai Mas Irawan, jangan kotori lagi tanganmu,” ucapku pelan. “Aku telah salah memilih suami, Tha. "Suaraku tercekat dan berat, cepat kualihkan pada pembicaraan lain agar tidak menangis di depannya, dia pasti akan semakin sedih dan marah. “Hari ini aku akan pergi ke Bank untuk mencairkan sedikit uang tabungan sisa kerja dulu, mencari kontrakan di sekitar sini. "Lanjutku lagi. “Aku harus meneruskan hidupku menjadi diri Kirana.”

Atha masih diam, “Tidak perlu mengantarku, kamu pasti sibuk, aku akan berkunjung ke rumah Anna." Aku terus berbicara meski Atha tidak mengeluarkan sepatah kata pun, jelas sekali ia masih memendam amarahnya.

Mobil sudah sampai di depan rumah, Atha berjalan lebih dulu tanpa menoleh padaku, entah apa yang dirasakannya, kenapa ia terlihat lebih sakit daripada aku sekarang?

Pintu kamarnya pun tertutup rapat saat aku berjalan menuju kamarku di lantai dua. Atha benar-benar marah padaku, dia pasti kecewa karena dulu aku tetap memutuskan untuk menikah dengan Mas Irawan padahal dia pernah mencegahnya.

[Pakailah mobilku! kuncinya di atas laci.]

Pesan dari Atha masuk, aku memicingkan mata, dia selalu seperti ini, mementingkanku daripada dirinya.

Setelah siap aku berjalan ke lantai bawah mencari kunci yang Atha tinggalkan, mataku menatap kunci dengan gantungan persegi panjang berwarna silver, sederhana tapi sangat elegant, sepertinya di pesan khusus sesuai permintaan. Ada ukiran tangkai bunga yang terlihat melengkung seperti huruf ‘R’.

‘Deg’

Hatiku melonjak saat melihatnya, segera memeriksa apakah ada huruf ‘I' sebelumnya?

“Ah tidak, mana mungkin Atha.” Aku segera menepis pikiran itu, ini hanya ukiran tangkai dahan yang kebetulan melengkung.

Aku menggeleng-gelengkan kepala, terus menepis pikiran mengganggu itu, sembari mengambil jas yang sudah kukeringkan semalam, menggantung dan menyetrikanya dengan setrika uap, sudah terlihat rapih dan wangi, aku membungkusnya dengan hati-hati, ini pakaian orang lain, tentu saja harus kuperlakukan dengan baik.

Rencananya aku akan ke rumah Anna dulu sebelum pergi ke Bank dan mencari rumah kontrakan, sudah tidak sabar ingin menemuinya. Anna adalah perempuan lembut, cantik, dan sangat agamis. Aku ingin tahu bagaimana kabarnya sekarang? Dia selalu bisa membuat hatiku yang keras menjadi lembut, menyulap hatiku yang kacau menjadi begitu tenang.

“Benar aku harus segera menemuinya untuk mencari solusi dari masalahku ini." Yakinku dalam hati, melaju mantap untuk menemui Anna.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 40 (Tamat)

    Atha~Aku mengepal dan meremas rasa sakit, lelaki bajingan itu telah berani menyakiti istriku! Selama ini aku membiarkannya karena masih menganggapnya teman, tapi kali ini dia benar-benar menunjukkan sifat kegilaannya. Aku sungguh tidak menyangka dia bisa melakukan hal sekeji itu pada Kirana, perempuan yang bahkan pernah ia cintai.Aku tidak pernah berpikir bahwa ada cinta seperti itu, melukai wanitanya sendiri hanya karena cintanya tak berbalas."Lacak keberadaan Ihsan dan keempat lelaki itu sekarang! Aku tidak akan membiarkannya lepas setelah apa yang mereka lakukan pada Kirana!" sentakku pada semua pegawai IT kantor."Aku ingin membuat perhitungan dengan kepalan tanganku sendiri! dia pikir bisa menguji cinta dan kesetiaanku pada Kirana dengan cara seperti ini? sungguh Ihsan benar-benar bodoh!""Apa maksudnya Pak?" seseorang bertanya karena merasa heran dengan pemikiranku."Hm!" Aku berdecak."Ihsan melakukan sebuah siasat agar aku merasa jijik pada Kirana dan mencampakannya. Dia ti

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 39

    "Kiran.""Iya sayang."Atha memicingkan matanya."Why?""Hanya belum terbiasa," jawabnya sembari mengelus rambutku lembut."Hari ini kita akan melihat rumah yang dibelikan Ayah, jam sepuluh aku jemput ya?" ucapnya lagi. Ia masih sibuk menata dasi yang dikenakan. Aku mendekat dan memberi sentuhan, memukul manja dadanya yang bidang."Rumah ini dan rumah kamu gimana?" tanyaku tanpa menatap."Kamu suka tinggal di sini?" Aku menggangguk dua kali."Lihat saja dulu rumahnya, mungkin kamu lebih suka. Kirana Tufatu Zahra bisa tinggal di mana saja, tidak masalah asal sama aku," jawabnya dengan barisan gigi yang putih."Aku berangkat dulu ya, hati-hati. Jangan bukakan pintu untuk sembarang orang," pesannya sebelum pergi. Aku mengambil punggung tangan dan menciumnya lembut. Atha memandang sesaat sebelum ia mengecup keningku dan melangkah menuju mobil.Aku melihat ia menghidupkan mobilnya, dan menatap lewat kaca spion. Apa yang beda hari ini? rasanya ada sesuatu yang kurang nyaman dihati saat me

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 38

    “Aku harus pergi ke kantor sebentar, ada urusan yang tidak bisa didelegasikan sama yang lain,” ucap Atha mendekatkan wajahnya, hanya beberapa inci saja jarak kami sekarang.Aku mengerucutkan bibir, ini hari pertama pernikahan kami. Atha tidak bisa mengajukan cuti meski pemilik perusahaan.“Hanya sebentar saja, aku akan segera kembali,” rayunya lagi sembari mencubit pipi.“Iiii. Sakit!” Mataku melotot. Atha tergelak sembari berlari kekamar untuk mengambil kunci mobil.Ponsel yang kusimpan di atas meja bergetar pelan, sengaja hanya digetarkan tanpa suara agar punya waktu privasi dengan Atha, malah pesan group aku senyapkan.Pesan WhatsApp sampai penuh, chat teman-teman yang menyampaikan selamat juga berbaris rapi, apalagi group kantor sampai ribuan komentar, entah apa yang sedang mereka bahas, Aku kurang tertarik. Dari deretan pesan itu kulihat ada nama Ihsan di barisan paling atas.[Selamat atas pernikahannya ya Kirana, maaf kalau sikapku telah mengecewakanmu. Baru kali ini aku mencin

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 37

    Pemandangan yang menakjubkan! lelaki di hadapanku saat ini terlihat bak malaikat tak bersayap, bulu alis teduh, lekuk wajah sempurna, dan hati yang menawan. Sungguh aku tak salah memilihnya menjadi imam untuk menuju surga-Nya.“Mau sampai kapan, kamu memandangku seperti itu?” ucapnya pelan tanpa membuka mata.“Bagaimana kamu tahu, aku sedang menatap, kalau matamu saja tidak terbuka?” jawabku, seraya membelai lembut, lengkung hidungnya yang indah. ‘Kamu adalah ciptaan Tuhan yang diberikan kelebihan dalam rupa,' batinku.“Aku tidak memerlukan bola mata untuk melihat bidadari, karena ia sudah bersatu dalam jiwaku,” jawabnya perlahan, sembari membuka kelopak mata.“Kamu adalah salah satu ciptaan Tuhan yang sempurna Kirana.” Tangan Atha membelai lembut rambutku yang mengurai menutupi kening. Bahkan kami saling memuji satu sama lain.“Shalat berjamaah yuk.” Atha bangkit dan berdiri dengan celana pendek tanpa menggunakan atasan alias telanjang dada, bulu-bulu halus di dada bidangnya membuat

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 36

    Aku menatap sosok yang baru di depan cermin, perempuan yang sama dua tahun lalu, tapi hari ini lebih terlihat dewasa dengan binar bola mata yang bahagia. Tidak ada keraguan dalam tatapannya, tidak seperti dua tahun lalu ketika memakai riasan yang senada untuk acara yang sama, namun hatinya entah ada di mana.“Kamu sudah siap sayang?” tangan Ayah menyentuh pundak, aku berbalik untuk menatapnya.“Ayah, Insya Allah sekarang Kirana tidak salah memilih lagi,” ucapku pelan, menahan hawa panas dalam kantung mata.“Anak Ayah sekarang sudah lebih dewasa, pengalaman pahitmu bisa menjadi pelajaran yang terbaik dalam memilih pasangan lagi,” Ayah memegang erat puhu tangan, meyakinkan kalau aku sudah memilihnya dengan pertimbangan yang lebih dewasa dan matang.Ayah memapahku untuk berjalan, keluarga dan sahabat terdekat sudah menunggu di ruang tamu. Mas Haidar dan Khaira pun tampak duduk manis di tengah-tengah mereka.Aku menegakkan pandangan, melihat calon suamiku yang sudah berdiri untuk menyamb

  • SALAH MEMILIH SUAMI   Part 35

    Aku mengangkat wajah, setelah tertunduk cukup lama untuk memulihkan hati. Kutatap laki-laki yang ada di hadapanku sekarang, matanya sendu dengan wajah yang sedikit pucat, bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman yang indah dan manis.“Ihsan adalah lelaki yang akan sulit untuk ditolak perempuan, termasuk oleh Kiran. Ia tampan, baby face, lembut, romantis, dan punya cukup materi,” jelasku, hal itu seketika membuat Mami tersenyum lebar, bibir pucat Ihsan pun sedikit lebih bernyawa dengan senyuman yang tergaris.“Tapi, sayangnya Kiran sudah memiliki satu pria seperti itu sejak 8 tahun silam, meski banyak yang hampir menyerupainya, ada hal yang tidak dimiliki orang lain dan hanya dimiliki olehnya saja. Atha seorang pria yang memiliki rasa cinta tanpa meminta, ia hanya cukup mencintai, memberikan kebahagiaan, bahkan melepas tanpa dendam. Ia membiarkan perempuan yang dicintainya memilih kebahagiaannya sendiri tanpa mengurangi rasa cinta yang dimilikinya, ia tetap menemani perempuan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status