Home / Horor / SANG INDIGO / 8. KEJANGGALAN

Share

8. KEJANGGALAN

Author: Rainfall
last update Last Updated: 2021-10-08 15:15:37

“Chriestie!” teriak Nanny. Akhirnya Nanny berbicara. Wajahnya tetap tenang namun auranya terlihat menyeramkan. “Mari kita berbicara!”

Gadis berkacamata itu hanya bisa menghembuskan nafas lelah. Jelas sekali dia tidak terima diperlakukan seperti itu. Namun caranya menatap Nanny menunjukan bentuk penghormatannya. Luna melihat hal tersebut dengan jelas. Batinnya pun berkata bukan Chriestie yang melakukannya, namun dari semua perkataan yang dilontarkannya kemarin tentu saja membuat dia menjadi tersangka utama.

Setelah Nanny pergi membawa Chriestie, Galang mendekatinya. “Kenapa kamu ga bilang kamu dapet surat kaya gini?”

Luna menunduk takut. “Aku tidak ingin kalian bertengkar seperti tadi.”

“Justru kamu harus ngomong!” ucap Galang.

“Kenapa?” tanya Luna.

“Karena aku sudah berjanji akan menjagamu!” Galang berkata dengan tegas.

Deg....

Jantung Luna berdebar kencang. Namun ini bukanlah perasaan takut, melainkan rasa senang. Perkataan Galang membuat pipinya kemerahan. Seakan mengisyaratkan sesuatu kepadanya.

“Intinya Luna, kalau ada apa-apa ngomong,” ucap Danny.

Luna menengok ke arah Danny. Untuk sesaat dia melupakan jika lelaki tersebut ada di sana juga. Bagaimana bisa Luna sempat tidak menyadari keberadaan Danny. Sungguh tidak sopan sekali dia.

“Janji ya!” pinta Galang. Suaranya yang lembut membuat Luna tidak bisa menolak. Terkadang Luna merasa aneh mengapa Galang melembutkan suaranya jika sedang berbicara kepadanya.

Mereka bertiga berbicara seolah tidak menyadari jika ada satu orang lagi yang menatap dari muka pintu. Sarah menatap mereka bergantian namun dia hanya berdiri dalam diam.

***

“Aku dan Galang adalah teman masa kecil,” ucap Sarah. Sore itu Luna menemaninya duduk di halaman belakang. “Meskipun umurnya dua tahun lebih tua, namun kami sangatlah dekat.”

Luna mengangguk, “karena itulah kamu masuk ke kampus yang sama? Serta berada di kosan yang sama?”

Sarah menatap Luna lekat-lekat. “Aku pindah ke Bandung untuk bersekolah di sini ketika kelas dua SMA. Orangtuaku menitipkan aku kepada Galang di kosan ini.”

“Jadi kamu sudah lama di kosan ini?” tanya Luna.

“Yap!” Sarah mengangguk. “Aku akan membantumu untuk beradaptasi di sini. Katakan saja bila butuh apapun.”

Luna tersenyum. Dia bersyukur mendapatkan seorang teman sekarang. “Terimakasih.”

Deg....

Luna langsung menengok ke belakang. Dia merasakan aura yang aneh. Jelas-jelas dia merasa ada sosok yang memperhatikannya dari jauh. Sosok yang sama yang dia lihat memasuki Sarah tempo hari.

“Kenapa?” tanya Sarah.

“Tidak!” ucapnya berbohong. Luna masih mengawasi sekeliling. Hawa tersebut menghilang. Padahal jelas-jelas hawanya terasa sangat menusuk.

Rasa penasaran Luna muncul. Tanpa sengaja dia melihat sosok hitam memasuki ruangan.

Deg... deg... deg...

Jantungnya berdetak kencang. Rasa penasarannya semakin meningkat. Dia bergelut dengan batinnya. ‘haruskah kuikuti?’ begitulah katanya.

Sarah terus memperhatikan Luna. “Luna? Ada yang salah?” tanyanya.

Luna menggigit bibirnya. Haruskah dia berbicara kepada Sarah? Bagaimana jika Sarah ketakutan? Terlebih Luna mengetahui bahwa Sarah pernah dirasuki. Seseorang yang pernah dirasuki mahkluk tak kasat mata akan memiliki lubang tak terlihat. Lubang tersebut akan dengan mudah dimasuki oleh para sosok tak terlihat tersebut. Maka dari itu Sarah dalam bahaya jika mengetahuinya.

“Aku ke dalam duluan ya!’ ucapnya mencari alasan.

Sarah mengangguk. “Baiklah. Aku akan diam di sini sebentar lagi.”

Luna mengikuti sosok tersebut. Sebagai seorang indigo dia bisa merasakan sosok meskipun dari jauh. Kemampuan ini memang baru disadarinya tidak lama. Perasaannya tidak tenang. Dia merasakan bahwa sosok tersebut akan membawa sesuatu yang besar di kemudian hari. Dia merasakan bahwa sosok tersebut adalah sesuatu yang jahat.

Sosok tersebut berbentuk bayangan. Luna tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas. Namun dia tahu ke mana perginya. Dia pergi ke samping rumah.

Sesampainya di sana. Punduk Luna berubah menjadi dingin. Badannya bergetar hebat. Belum pernah Luna merasakan ini sebelumnya. Dia tahu ada sesuatu yang salah. Namun dia terus memberanikan dirinya. “Beranilah Luna, kamu harus berubah!” ucapnya pada dirinya sendiri.

Ueeeeekkkkkk......

Luna mengeluarkan cairan putih dari dalam perutnya. Matanya masih melotot tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya. Tepat di depan matanya tersebut dia melihat pemandangan baru yang nyara. Seekor ayam hitam terlihat tercabik-cabik di sana. Ayam tersebut masih mengeluarkan darah segar dari tubuhnya. Tidak sampai di sana di sebelah ayam mati tersebut, terdapat sejumlah bunga-bungaan khas pemakaman. Kembang tujuh rupa terpampang di sana. Diletakan dalam sebuah wadah kecil yang terbuat dari daun pisang. Tidak lupa beserta beberapa dupa yang dibakar.

“Apa-apaan ini!” ucap Luna.

Dia kemudian berjongkok mendekat. Bau dupa yang khas membuat perutnya mual. Namun Luna sudah bertekat tidak akan mundur. Dia menjadi penasaran siapa orang yang melakukan hal tersebut.

“Aha terciduk!” suara Chriestie terdengar dari belakang. Luna langsung membalikan badan. Seperti biasa wajah Chriestie terlihat sinis menatapnya. “Jadi yang dikatakan kertas tersebut benar? Kamu penganut ilmu hitam bukan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SANG INDIGO   111. Bayuuuuu

    "Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb

  • SANG INDIGO   110. DALAM BAHAYA

    "Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia

  • SANG INDIGO   109. TUMBAL DAN SIGIL

    "Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa

  • SANG INDIGO   108. KETEMU

    "Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann

  • SANG INDIGO   107. BERPEGANGAN TANGAN

    Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m

  • SANG INDIGO   106. KITA KEJAR CHRIESTY

    "Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status