Share

8. KEJANGGALAN

“Chriestie!” teriak Nanny. Akhirnya Nanny berbicara. Wajahnya tetap tenang namun auranya terlihat menyeramkan. “Mari kita berbicara!”

Gadis berkacamata itu hanya bisa menghembuskan nafas lelah. Jelas sekali dia tidak terima diperlakukan seperti itu. Namun caranya menatap Nanny menunjukan bentuk penghormatannya. Luna melihat hal tersebut dengan jelas. Batinnya pun berkata bukan Chriestie yang melakukannya, namun dari semua perkataan yang dilontarkannya kemarin tentu saja membuat dia menjadi tersangka utama.

Setelah Nanny pergi membawa Chriestie, Galang mendekatinya. “Kenapa kamu ga bilang kamu dapet surat kaya gini?”

Luna menunduk takut. “Aku tidak ingin kalian bertengkar seperti tadi.”

“Justru kamu harus ngomong!” ucap Galang.

“Kenapa?” tanya Luna.

“Karena aku sudah berjanji akan menjagamu!” Galang berkata dengan tegas.

Deg....

Jantung Luna berdebar kencang. Namun ini bukanlah perasaan takut, melainkan rasa senang. Perkataan Galang membuat pipinya kemerahan. Seakan mengisyaratkan sesuatu kepadanya.

“Intinya Luna, kalau ada apa-apa ngomong,” ucap Danny.

Luna menengok ke arah Danny. Untuk sesaat dia melupakan jika lelaki tersebut ada di sana juga. Bagaimana bisa Luna sempat tidak menyadari keberadaan Danny. Sungguh tidak sopan sekali dia.

“Janji ya!” pinta Galang. Suaranya yang lembut membuat Luna tidak bisa menolak. Terkadang Luna merasa aneh mengapa Galang melembutkan suaranya jika sedang berbicara kepadanya.

Mereka bertiga berbicara seolah tidak menyadari jika ada satu orang lagi yang menatap dari muka pintu. Sarah menatap mereka bergantian namun dia hanya berdiri dalam diam.

***

“Aku dan Galang adalah teman masa kecil,” ucap Sarah. Sore itu Luna menemaninya duduk di halaman belakang. “Meskipun umurnya dua tahun lebih tua, namun kami sangatlah dekat.”

Luna mengangguk, “karena itulah kamu masuk ke kampus yang sama? Serta berada di kosan yang sama?”

Sarah menatap Luna lekat-lekat. “Aku pindah ke Bandung untuk bersekolah di sini ketika kelas dua SMA. Orangtuaku menitipkan aku kepada Galang di kosan ini.”

“Jadi kamu sudah lama di kosan ini?” tanya Luna.

“Yap!” Sarah mengangguk. “Aku akan membantumu untuk beradaptasi di sini. Katakan saja bila butuh apapun.”

Luna tersenyum. Dia bersyukur mendapatkan seorang teman sekarang. “Terimakasih.”

Deg....

Luna langsung menengok ke belakang. Dia merasakan aura yang aneh. Jelas-jelas dia merasa ada sosok yang memperhatikannya dari jauh. Sosok yang sama yang dia lihat memasuki Sarah tempo hari.

“Kenapa?” tanya Sarah.

“Tidak!” ucapnya berbohong. Luna masih mengawasi sekeliling. Hawa tersebut menghilang. Padahal jelas-jelas hawanya terasa sangat menusuk.

Rasa penasaran Luna muncul. Tanpa sengaja dia melihat sosok hitam memasuki ruangan.

Deg... deg... deg...

Jantungnya berdetak kencang. Rasa penasarannya semakin meningkat. Dia bergelut dengan batinnya. ‘haruskah kuikuti?’ begitulah katanya.

Sarah terus memperhatikan Luna. “Luna? Ada yang salah?” tanyanya.

Luna menggigit bibirnya. Haruskah dia berbicara kepada Sarah? Bagaimana jika Sarah ketakutan? Terlebih Luna mengetahui bahwa Sarah pernah dirasuki. Seseorang yang pernah dirasuki mahkluk tak kasat mata akan memiliki lubang tak terlihat. Lubang tersebut akan dengan mudah dimasuki oleh para sosok tak terlihat tersebut. Maka dari itu Sarah dalam bahaya jika mengetahuinya.

“Aku ke dalam duluan ya!’ ucapnya mencari alasan.

Sarah mengangguk. “Baiklah. Aku akan diam di sini sebentar lagi.”

Luna mengikuti sosok tersebut. Sebagai seorang indigo dia bisa merasakan sosok meskipun dari jauh. Kemampuan ini memang baru disadarinya tidak lama. Perasaannya tidak tenang. Dia merasakan bahwa sosok tersebut akan membawa sesuatu yang besar di kemudian hari. Dia merasakan bahwa sosok tersebut adalah sesuatu yang jahat.

Sosok tersebut berbentuk bayangan. Luna tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas. Namun dia tahu ke mana perginya. Dia pergi ke samping rumah.

Sesampainya di sana. Punduk Luna berubah menjadi dingin. Badannya bergetar hebat. Belum pernah Luna merasakan ini sebelumnya. Dia tahu ada sesuatu yang salah. Namun dia terus memberanikan dirinya. “Beranilah Luna, kamu harus berubah!” ucapnya pada dirinya sendiri.

Ueeeeekkkkkk......

Luna mengeluarkan cairan putih dari dalam perutnya. Matanya masih melotot tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya. Tepat di depan matanya tersebut dia melihat pemandangan baru yang nyara. Seekor ayam hitam terlihat tercabik-cabik di sana. Ayam tersebut masih mengeluarkan darah segar dari tubuhnya. Tidak sampai di sana di sebelah ayam mati tersebut, terdapat sejumlah bunga-bungaan khas pemakaman. Kembang tujuh rupa terpampang di sana. Diletakan dalam sebuah wadah kecil yang terbuat dari daun pisang. Tidak lupa beserta beberapa dupa yang dibakar.

“Apa-apaan ini!” ucap Luna.

Dia kemudian berjongkok mendekat. Bau dupa yang khas membuat perutnya mual. Namun Luna sudah bertekat tidak akan mundur. Dia menjadi penasaran siapa orang yang melakukan hal tersebut.

“Aha terciduk!” suara Chriestie terdengar dari belakang. Luna langsung membalikan badan. Seperti biasa wajah Chriestie terlihat sinis menatapnya. “Jadi yang dikatakan kertas tersebut benar? Kamu penganut ilmu hitam bukan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status